Monday, February 25, 2013

Sulawesi Barat Menanti Diekplorasi

February 20, 2013

Mamuju, EnergiToday -- Sulawesi Barat tengah berupaya mengembangkan sumber energi alternatif yang bersumber dari nabati yang berbasis peternakan khususnya ternak sapi yang sudah dimulai sejak 2011 lalu. Sebenarnya daerah ini potensi tambangnya menunjukkan Kabupaten ini kaya sumber daya alam.

Tahun 2012 sebuah perusahaan swasta PT Tately NV menemukan cadangan gas di kedalaman 3.000 meter di bawah perut bumi di Blok Budong-Budong. Selain PT Tately NV sejumlah perusahaan migas lainnya di Sulawesi Barat masih melakukan eksplorasi di antaranya PT Exon Mobil yang melakukan eksplorasi di block Suremana dan block Mandar serta PT Marathon Indonesia di block Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara serta Chonoco Philips juga sedang melakukan eksplorasi.

Khusus di Kabupaten Mamuju, menurut Kepala Bidang Pertambangan Umum Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulbar Amri Ekasakti sejak 2007 hingga saat ini,terdapat 73 perusahaan tambang yang telah mendapatkan izin usaha pertambangan (IUP). Mereka menguasai blok tambang yang tersebar di 15 kecamatan di Mamuju. Selama ini, dari 73 perusahaan tambang,belum ada yang melakukan eksploitasi atau operasi produksi.


Namun sejak 2012 lalu ada 10 perusahaan yang menyatakan diri akan melakukan operasi produksi.Perusahaan tambang itu akan mengelola potensi tambang, seperti bijih besi, nikel, batu bara, mangan, logam.

Amri mengatakan untuk potensi tambang zeolit di Provinsi Sulawesi Barat sekitar 70% bisa dikelola. Potensi tambang zeolit tersebut salah satunya terdapat di Kecamatan Messawa,Kabupaten Mamasa. Kandungan tambang zeolit di Kabupaten Mamasa tersebut mencapai 17.057.600 ton.

Potensi bahan galian mineral logam mulia atau emas secara keseluruhan terdapat di empat Kabupaten di Sulawesi Barat yang siap dikelola diantaranya terdapat di Kabupaten Mamuju, Mamuju Utara, Mamasa dan Kabupaten Polewali Mandar (Polman).

Di Kabupaten Mamuju selain terdapat di Batuisi Kecamatan Kalumpang dan Dusun Mao Kecamatan Bonehau, emas juga terdapat di Dusun Sangajo, Kecamatan Korossa dan di Desa Tabolang, Kecamatan Topoyo.

Sedangkan emas di Kabupaten Mamuju Utara terdapat di alian sungai Lariang, tepatnya di daerah Antai Kiri dan Masabo setelah dilakukan penelitian, sedangkan di Kabupaten Mamasa, terdapat di daerah Tarinding, Mawa Kecamatan Tabang.

Untuk di Kabupaten Polman, emas terdapat di daerah Sumarrang, Ongko, dan Suruang, Kecamatan Campalagian. Jika potensi emas yang dimiliki Provinsi Sulbar dikelola dengan maksimal, maka masyarakat akan dapat menikmati emas itu sebagai aset kekayaan daerah yang dapat meningkatkan pendapatan daerah dan menumbuhkan ekonomi daerah serta kesejahteraan masyarakat.

Selain di Kabupaten Mamasa, tambang zeolit juga terdapat di Desa Seppong,Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, dengan potensi cadangan mencapai 26.400.000 ton.

Sementara itu, Amri menyebut untuk potensi kaolin terdapat di Kecamatan Wonomulyo,Kabupaten Polewali Mandar, sekitar 1.570.937 ton. Apabila kekayaan tambang itu dikelola maksimal, provinsi ini akan meningkat ekonominya. (alf)

http://energitoday.com/2013/02/20/sulawesi-barat-menanti-diekplorasi/

Sunday, February 24, 2013

Pemerintah Dorong Produksi Gas Bumi

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik mengatakan, pemerintah akan mengubah paradigma produksi minyak dan gas bumi mulai tahun ini. "Saya sudah mengatakan kepada Presiden, paradigma bahwa investasi migas hanya produksi minyak bumi harus segera diganti mejadi investasi migas adalah produksi minyak dan gas bumi," kata Jero saat ditemui di komplek Parlemen Senayan, Senin, 18 Februari 2013.


 Jero Wacik

Menurut Jero, data menunjukkan produksi minyak bumi nasional terus menurun dan sebaliknya, produksi gas bumi nasional terus meningkat. "Artinya, kita tidak mungkin hanya mengandalkan minyak bumi saja karena produksinya menurun," katanya. Ia pesimistis produksi minyak bumi bisa kembali cemerlang mencapai lebih dari 1,6 juta barel per hari walau pun pemerintah terus mendorong produsen migas menerapkan teknologi enhanced oil recovery.

Sebagai gantinya, kata Jero, pemerintah akan mendorong produksi gas bumi nasional. Kebijakan tersebut ia ambil dengan perhitungan masih banyak potensi gas bumi yang belum tergali dan tereksploitasi oleh perusahaan migas, baik perusahaan nasional, mau pun internasional. "Seperti di sekitar Sulawesi, diperkirakan masih banyak potensi gas bumi yang terpendam dan bisa dieksplorasi," kata Jero.

Selain itu, lanjut Jero, pemerintah juga akan mendorong produksi gas bumi nasional demi meningkatkan realisasi produksi gas bumi. Beberapa ladang gas bumi yang akan didorong produksinya, yaitu blok Mahakam, blok Natuna dan Natuna Barat, serta blok Masela.

Dari data Kementerian ESDM, realisasi produksi gas bumi nasional mengalami sedikit fluktuasi dalam rentang waktu 2009-2012. Pada 2009, produksi gas nasional mencapai 1,42 juta barel setara minyak per hari (BOEPD), produksi kemudian meningkat pada 2010 menjadi 1,582 juta BOEPD. Pada 2011, produksi gas sedikit mengalami penurunan hingga menginjak level produksi 1,508 juta BOEPD dan pada 2012 produksi gas mengalami penurunan menjadi 1,455 juta BOEPD.

Melihat prospek berbagai proyek pengembangan gas bumi, Jero yakin produksi gas pada 2013 akan kembali meningkat menjadi 1,517 juta BOEPD. Beberapa proyek adalan migas pemerintah yang diperkirakan memberikan sumbangan cukup besar bagi produksi gas bumi adalah proyek Sumpal di Sumatera Selatan dengan produksi migas 40 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), proyek Rubi di Sulawesi Barat dengan produksi migas 50 MMSCFD, dan proyek South Mahakam di Kalimantan Timur dengan produksi migas 202 MMSCFD.

Ditemukan Cadangan Gas Baru di Mamuju

Mamuju Utara
Bupati Mamuju Utara, Sulawesi Barat, Ir. H. Agus Ambo Djiwa, menyampaikan, PT Tately NV yang melakukan pengeboran telah menemukan cadangan gas pada blok Budong-Budong.


"PT Tately yang melakukan pengeboran hingga kedalamam 3.000 meter di bawah perut bumi telah menemukan cadangan gas. Namun, saat itu dihentikan karena tekanan gas dari perut bumi sangat kencang," kata Agus Ambo Djiwa di Mamuju, Sabtu.


Agus Ambo Djiwa

Menurutnya, PT Tateli kembali melakukan pengeboran kedua di Kecamatan Baras Kabupaten sekitar 50 kilometer dari kota Mamuju Utara dan hasilnya telah ada potensi cadangan gas.


"Berdasarkan keterangan pihak Tately menyimpulka ada potensi gas bernilai ekonomis. Kita harapkan, tetesan gas yang ditemukan ini dapat dikelola sehingga menjadi potensi penopang percepatan pembangunan di daerah kami," jelasnya.


Bupati meyakini, kandungan gas di daerahnya bisa dikelola dengan baik oleh perusahaan yang telah melakukan investasi besar-besaran di daerahnya.


"Kita berdoa saja, semoga tetesan migas itu benar-benar bisa berproduksi. Ini akan menjadi potensi unggulan untuk menopang bertambahnya sektor pendapatan daerah dan pendapatan negara," jelas Agus.


Ia menyampaikan, sekarang ini daerah Sulbar termasuk Mamuju Utara menjadi lahan sejumlah perusahaan asing untuk melakukan pengelolaan migas.


Selain PT Tately NV sejumlah perusahaan migas lainnya di Sulbar masih melakukan eksplorasi di antaranya PT Exon Mobil yang melakukan eksplorasi di block Suremana dan block Mandar serta PT Marathon Indonesia di block Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara serta Chonoco Philips juga sedang melakukan eksplorasi.


"PT Exon Mobil yang mengelola blok Suremana membubarkan diri karena tidak menemukan migas melainkan menemukan gunung merapi didasar laut, termasuk PT Marathon juga gagal," kata dia.


Republika

Migas Blok Suremana-Mandar Tak Ekonomis


RADAR SULBAR 14/01/2013

Exxon Mobil Setop Eksplorasi
EDITOR: MUHAMMAD ILHAM

JAKARTA — Target pemerintah daerah di Sulbar mendapatkan cipratan bagi hasil pengelolaan minyak dan gas (migas), tak seperti yang diimpikan. Dari sejumlah blok yang dieksplorasi sejumlah kontraktor
migas internasional di provinsi ini, satu per satu mulai mundur.
Pada Desember lalu, Statoil sebagai pemegang kontrak pengelolaan Blok Karama Kabupaten Mamuju, menyatakan menghentikan eksplorasinya. Sebab tidak menemukan cadangan migas yang ekonomis.
Hanya dalam tempo sebulan, ExxonMobil Oil Indonesia, salah satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Indonesia, menyatakan mengembalikan Blok Surumana dan Blok Mandar di Sulbar ke pemerintah. Pengembalian kedua blok ini lantaran dinilai tidak ekonomis. Wakil Presiden ExxonMobil Indonesia untuk urusan publik dan pemerintah Erwin Maryoto mengatakan, perusahaan ini telah memutuskan mengembalikan asetnya kepada pemerintah setelah bertahun-tahun melakukan eksplorasi di Sulbar.


Erwin Maryoto

Menurutnya, semua kontraktor minyak dan gas di Indonesia, memiliki tiga sampai enam tahun untuk mengetahui apakah konsesi mereka memiliki cadangan hidrokarbon yang cukup untuk memasuki tahap produksi. “Jika kita tidak dapat menemukan cadangan komersial, tentu saja kita akan mengembalikan ke pemerintah,” katanya.
Blok Suremana dan Mandar terletak di Selat Makassar, persisnya di perairan Sulbar. Blok ini memiliki empat sumur minyak dan gas pada kedalaman 1.500 meter. ExxonMobil memenangkan kontrak bagi hasil (PSC) untuk mengembangkan blok Suremana pada tahun 2006. Perusahaan memegang saham 80 persen dalam kontrak dan sisanya dimiliki oleh Malaysia yang berbasis di Petronas. Perusahaan juga memenangkan tender Blok Mandar pada 2007 dan memegang saham 100 persen.
“Namun, setelah melakukan serangkaian survei seismik dan pengeboran sumur, kami menemukan cadangan tidak ekonomis untuk dikembangkan,” ungkapnya.
Erwin menolak mengungkapkan jumlah yang diinvestasikan oleh ExxonMobil dalam pengembangan proyek. Secara umum, minyak dan gas kontraktor menghabiskan setidaknya USD100 juta untuk  mengeksplorasi minyak dan gas di laut dalam.
Secara umum, Indonesia mengalami penurunan produksi minyak selama bertahun-tahun karena sumur mengalami penuaan. Produksi minyak mentah Indonesia pada 2012 hanya sekitar 870.000 barel per hari (bph) dari sekitar 1,3 juta barel per hari secara teratur diproduksi di awal 2000-an.
Hal ini telah mendorong pemerintah untuk memaksimalkan eksplorasi lebih lanjut di perairan dalam, terutama berlokasi di bagian timur Indonesia. ExxonMobil merupakan salah satu minyak asing pertama dan investor gas untuk memasuki perairan dalam Indonesia untuk mengeksplorasi cadangan hidrokarbon.
Sementara industri mengharapkan untuk berinvestasi USD26,2 miliar tahun ini, lebih tinggi dari tahun lalu total sekitar USD23 miliar hanya USD2,7 miliar akan dihabiskan untuk eksplorasi, dengan 200
kontraktor yang berencana mengebor 75 sumur eksplorasi dan lebih dari 80 coal bed methane (CBM) eksplorasi gas sumur.
Selain dua blok di Sulbar, Erwin mengatakan ExxonMobil juga berencana mengembalikan blok Gunting di Jombang, Jawa Timur kepada PSC yang memenangkan pada 2008. “Kami hanya melakukan survei seismik dan belum dibor, tapi kami menghadapi perlawanan sosial dari masyarakat,” katanya. (**)

Thursday, February 14, 2013

Dirjen migas baru jamin Indonesia masih potensial buat investasi


Reporter : Ardyan Mohamad

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Edy Hermantoro hari ini, Kamis (31/1), resmi menggantikan pejabat sebelumnya Evita Legowo yang masuk masa pensiun.


Edy Hermantoro

Meskipun baru saja dilantik, dia langsung dihadapkan pada beberapa kasus pengembalian blok eksplorasi, mayoritas lepas pantai (off shore), ke pemerintah. Contohnya kontraktor migas asing Statoil asal Norwegia tahun lalu batal meneruskan proyek di Blok Karama, Sulawesi Barat, lantaran tidak ditemukan minyak.

Menghadapi kondisi itu, Edy mengaku masih tetap optimis. Pasalnya banyak proposal eksplorasi migas baik on shore maupun off shore menumpuk di mejanya. "Kita sekarang menerima aplikasi hampir 49 (proposal) untuk melakukan investasi (migas), artinya Indonesia itu kan masih bagus untuk investasi," ujarnya di kantornya.

Dari data yang dia pelajari, usulan untuk meneliti kandungan migas di seluruh Indonesia itu berasal dari perusahaan asing maupun domestik. Tapi karena baru menjabat, dia belum tahu berapa persen porsi proposal off-shore atau on-shore, serta di mana saja sebarannya.

"49 Proposal itu perusahaan, bisa juga, perusahaan Prancis mengajukan empat sampai lima blok eksplorasi, macem-macem ada luar ada dalam negeri, saya belum jelas," tuturnya.

Sebagai langkah untuk menjamin optimisme calon investor, direktorat jenderal migas akan selalu memutakhirkan data-data blok yang potensial. Wilayah yang ditargetkan untuk diperiksa kandungan minyaknya adalah Teluk Salawati. "Kita untuk dibikin migas ada 4.000-an kilometer yang akan didata, menggunakan APBN," kata Edy.(mdk/rin)

Tak Ada Migas, Blok Karama Dikembalikan

Kamis, 24 Januari 2013
Tak Ada Migas, Blok Karama Dikembalikan





JAKARTA, FAJAR -- Karena tidak mengandung cadangan minyak dan gas (migas), Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKSS) asal Norwegia, Statoil dan anak usaha PT Pertamina (Persero) Pertamina Hulu Energi, memutuskan mengembalikan seluruh wilayah kerja di Blok Karama Selat Makassar, Sulawesi Barat.

Manager Umum Hubungan Pemerintah dan Humas Statoil Indonesia, Mochamad Tommy Hersyaputera, Kamis, 24 Januari mengungkapkan, pengeboran di tiga sumur yakni Gatotkaca, Anoman dan Antasena tak membuahkan hasil.


Mochamad Tommy Hersyaputera

"Maka tahap selanjutnya kami mengembalikan wilayah kerja ini ke pemerintah, setelah menyelesaikan komitmen yang tertera pada kontrak kerja sama," ungkapnya. (asw)

KSPMI : Ketergantungan Impor Migas Masih Tinggi

Sabtu, 17 November 2012 22:25 WITA | Ekonomi
Makassar (ANTARA News) - Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Migas Indonesia (KSPMI) Faisal Yusra menyatakan, ketergantungan impor minyak dan gas Indonesia masih sangat tinggi, akibat tidak seimbang pertumbuhan kebutuhan konsumsi dan kapasitas produksi serta cadangan minyak mentah.

Hal itu disampaikan Presiden KSPMI Faisal Yusra dalam diskusi terkait Undang-undang Migas di Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Universitas Hasanuddin, Makassar, Sabtu.


Faisal Yusra

Dikatakan, kebutuhan konsumsi migas dalam negeri setiap tahunnya mengalami pertumbuhan enam hingga tujuh persen namun tidak diikuti dengan pertumbuhan sektor migas.

Tidak tumbuhnya sektor migas dalam negeri karena lapangan migas baru tidak diperuntukan bagi konsumsi dalam negeri, lebih banyaknya produk yang dijual ke luar. Selain itu, Pertamina hanya memiliki hanya 15 persen migas Indonesia.

"Akibatnya kita tidak mampu meningkatkan kemandirian dan ketahanan energi karena produksi dan cadangan menurun. Kalau tidak ada temuan yang baru, kita hanya sanggup 11 tahun lagi. Maka tidak ada lagi namanya cadangan minyak mentah di Indonesia," jelasnya.

Ia menguraikan, total kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) Indonesia mencapai 1,3 juta barrel per hari sementara pasokan sebesar 900 ribu barrel yang sebagian besar dikelola perusahaan asing dan 400 ribu barrel diantaranya diimpor. Sedangkan Pertamina hanya berkontribusi sebanyak 150 ribu barrel.

Selain melakukan perubahaan pada Undang-Undang (UU) Migas sejalan dengan Undang-Undang Dasar 1945 pada 33 untuk nasionalisasi migas Indonesia, strategi jangka pendek yang disarankan adalah agar pemerintah menyerahkan blok migas yang telah berakhir kontrak kerjasamanya dengan perusahaan migas asing, kepada Pertamina.

Perusahaan migas asing diposisikan sebagai mitra untuk mengelola bagian-bagian tertentu dalam rantai pasokan migas.

Direktur Econit Advisory Group Hendri Saparini berpendapat, UU Migas adalah satu bagian dari 'national development plan' dan tidak bisa didiskusikan secara terpisah dengan undang-undang lainnya.


Hendri Saparini

Ia mencontohkan, antara pengelolaan sumber daya alam dengan undang-undang penanaman modal. Jika hanya fokus pada undang-undang migas dan lupa pada undang-undang penanaman modal tidak akan efektif karena undang-undang penanaman modal asing membolehkan penguasaan migas sampai 95 persen.

"Jadi ini harus bersama-sama, sehingga koreksi terhadap undang-undang migas tadi juga bisa sejalan dengan investasi asing yang masuk," jelasnya.

Liberalisasi terhadap sumber daya alam, lanjut dia, tidak hanya lewat undang-undang migas, tapi juga melalui undang-undang penanaman modal termasuk melalui undang-undang BUMN. "Sehingga harus ada gerakan dari kita untuk melakukan perubahan ini," katanya. (T.KR-RY//M019)

Monday, February 11, 2013

Lima perusahaan migas gagal dapat minyak di Indonesia

Lima perusahaan migas gagal dapat minyak di Indonesia

Reporter : Ardyan Mohamad

http://m.merdeka.com/uang/lima-perusahaan-migas-gagal-dapat-minyak-di-indonesia.html



Bisnis pengeboran minyak dan gas (migas) sebetulnya sangat berisiko. Usaha eksplorasi bahan bakar fosil ini memiliki risiko tinggi, lantaran aspek investasinya besar sementara tingkat keberhasilan meraup keuntungan relatif rendah (high excess rate).

Besarnya risiko mencari minyak itu juga dialami perusahaan migas yang beroperasi Indonesia. Berdasarkan data Kementerian ESDM dan Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas) sampai akhir 2012, ada banyak perusahaan gagal mencari minyak di Tanah Air, sehingga harus menanggung kerugian.

Itu sebabnya, ketika perusahaan asing maupun domestik mendapat kontrak karya mengeksplorasi kawasan tertentu, bukan berarti mereka otomatis mendapat tambang uang. Berbulan-bulan meneliti, berkali-kali mengebor tanah atau dasar laut, minyak yang didamba bisa jadi urung didapat.

Malah, kisah tragis baru-baru ini menimpa perusahaan Statoil asal Norwegia saat merambah Blok Karama, di Sulawesi Barat. Perusahaan itu rugi besar-besaran setelah enam tahun gagal menemukan cadangan minyak. Alhasil mereka menyerah dan mengembalikan hak eksplorasi kepada pemerintah Indonesia.

Kisah Statoil bukan yang pertama terjadi dalam periode lima tahun terakhir. Pada kurun waktu yang sama, ada banyak perusahaan gagal mendulang minyak dari bumi pertiwi.

Berikut daftar lima perusahaan yang mengalami kegagalan saat berburu minyak di Indonesia:


1. ConocoPhillips


SKK Migas (dulu bernama BP Migas sebelum dibubarkan Mahkamah Konstitusi) mencatat kontraktor blok migas paling apes saat mencari minyak di Indonesia selama 2009-2012 adalah ConocoPhillips, asal Amerika Serikat. Perusahaan ini rugi hingga USD 310,7 juta alias Rp 29,8 triliun.Â

Padahal perusahaan pengeboran berbasis di Kota Houston ini sudah mencari minyak di tiga sumur potensial Tanah Air. Yaitu sumur minyak Kaluku-1 di Blok Kuma, Makassar, Aru-1 di Amborip VI, Papua, dan blok Mutiara Putih-1 di Arafura, Maluku.

Ketiga upaya eksplorasi itu terbukti besar pasak daripada tiang. Bahkan Usaha ConocoPhillips mengebor sumur Kaluku-1 di Makassar mencatat kerugian terbesar, mencapai USD 149 juta, karena minyak di sana tidak sebanyak yang mereka duga.Â


2. Murphy Oil Corp


Perusahaan migas dengan kantor pusat di Kota Arkansas, Amerika Serikat ini juga apes saat mencari minyak di Indonesia. Mereka sudah mati-matian mengeksplorasi sumur Lengkuas-1, yang berlokasi di Blok Semai, Papua.

Biaya besar digelontorkan demi mendapatkan emas hitam itu. Apa daya, belasan kali mengebor, rupanya minyak nihil didapat.

Perusahaan yang berdiri pada 1950 ini akhirnya mengalami kerugian besar. SKK Migas menyebut Murphy sebagai operator sumur dengan biaya terbesar yang tidak menemukan hasil. Kerugian Murphy mencapai USD 214,7 juta atau setara Rp 20 triliun.?


3. ExxonMobil


Lagi-lagi, perusahaan Amerika bernasib apes saat berburu minyak di Tanah Air. ExxonMobil asal Kota Texas menjadi salah satu operator yang pulang tanpa hasil setelah tiga tahun berusaha mengebor empat sumur.

Perusahaan yang didapuk majalah Forbes sebagai salah satu yang terkaya di dunia ini bernasib sial meski telah meneliti dua blok minyak potensial Indonesia.?

SKK Migas mencatat ExxonMobil mengalami kerugian dari sumur Rangkong-1 di Blok Surumana, Selat Makassar sebesar USD 50,6 juta. Kegagalan mendulang minyak juga dialami di tiga sumur Blok Mandar, Selat Makassar yakni Kris-1 (rugi USD 45,3 juta), Sultan-1 (rugi USD 109,7 juta), dan Kriss Well-1 ST (rugi USD 24,4 juta).

Alhasil, ExxonMobil mencatat total kerugian sebesar USD 302,3 juta atau sebesar Rp 29 triliun lantaran gagal dapat minyak di Indonesia.


4. Hess


Perusahaan yang kantor pusatnya berlokasi di Kota New York, Amerika ini ikut-ikutan apes setelah empat tahun mengebor beberapa blok potensial di Tanah Air. Dua sumur yang mereka eksplorasi di Papua tidak menghasilkan minyak sesuai harapan.

Hess padahal sudah fokus menggarap dua sumur yang konon kaya minyak dan gas di Blok Semai V. Apa daya, nasib berkata lain.?

SKK Migas mencatat perusahaan migas asal Negeri Paman Sam ini mendapat total kerugian USD 222,7 juta. Rinciannya, mereka rugi di sumur Andalan-1 sebesar USD 164,4 juta dan buntung di Andalan-2 sebesar USD USD 52 juta.?


5. Statoil


Statoil asal Norwegia menjadi perusahaan teranyar yang menyerah mencari minyak di Indonesia. Padahal mereka sudah membentuk perusahaan patungan bernama Statoil Indonesia menggandeng Pertamina Hulu Energi.?

Perusahaan migas ini mencari tanda-tanda hidrokarbon, ciri keberadaan minyak di blok Karama, Selat Makassar, Sulawesi Barat. Namun, dari aktivitas eksplorasi meliputi studi geologi dan geofisika, seismik 3D, dan pengeboran tiga sumur yaitu sumur Gatotkaca, Anoman, dan Antasena selama enam tahun, tidak ditemukan cadangan energi yang diinginkan.

Alhasil, menurut SKK Migas, perusahaan ini akhirnya mengembalikan seluruh wilayah kerja (WK) di blok Karama ke pemerintah. Kerugian Statoil mencapai USD 271 juta (Rp 2,6 triliun), dan tidak diganti pemerintah karena seluruh biaya eksplorasi yang telah dikeluarkan sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.?

Statoil: Itu Hal Biasa dalam Eksplorasi Migas


Kembalikan WK Migas ke Pemerintah
Statoil: Itu Hal Biasa dalam Eksplorasi Migas
Pebrianto Eko Wicaksono - Okezone

Kamis, 24 Januari 2013



JAKARTA - PT Statoil Indonesia menyatakan keputusan pengembalian Blok Karama kepada pemerintah merupakan hal yang lazim dalam kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi (migas).

General Manager-Government Relations & Public Affairs Statoil Indonesia Mochamad Tommy Hersyaputera mengatakan, pada dasarnya, pengembalian Blok Karama merupakan suatu proses atau tahapan normal dalam kegiatan eksplorasi migas. Pasalnya, eksplorasi migas membutuhkan biaya besar dan teknologi tinggi.


Mochamad Tommy Hersyaputera

"Ini merupakan suatu proses atau tahapan normal dalam kegiatan eksplorasi migas," kata Tommy, di Jakarta, Kamis (24/1/2013).

Tommy menjelaskan, apabila hasil dari eksplorasi menunjukan indikasi adanya cadangan, maka akan dilakukan pengembangan, begitu juga sebaliknya. Pihaknya menilai ketiga sumur eksplorasi di wilayah kerja Karama tidak menunjukan adanya cadangan hidrokarbon.

"Tahap selanjutnya, kami merasa perlu untuk mengembalikan wilayah kerja Karama kepada Pemerintah, setelah menyelesaikan atau memenuhi komitmen yang tertera pada kontrak kerja sama," tambah Tommy.

Tommy mengungkapkan, di Indonesia, Statoil saat ini mempunyai interest di sembilan wilayah kerja lainnya, di mana selain Karama, Statoil juga bertindak sebagai operator di wilayah kerja Halmahera-II. Statoil masih akan terus mengeksplorasi wilayah wilayah di Indonesia, pada khususnya di laut dalam, bagian timur Indonesia.

"Di Indonesia, Statoil belum berproduksi, seluruh area masih dalam tahapan eksplorasi. Produksi Statoil per harinya hampir mencapai sekira dua juta barrel oil equivalent per harinya yang sebagian besar dihasilkan dari lapangan Statoil di Norwegia," tutup Tommy.

Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pengelola Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Statoil Indonesia bersama Pertamina Hulu Energi (PHE) memutuskan untuk mengembalikan seluruh wilayah kerja (WK) di blok Karama, Selat Makassar, di Perairan Sulawesi Barat.

Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas SKK Migas Hadi Prasetyo mengatakan, WK tersebut dikembalikan ke pemerintah karena meski telah berupaya optimal, hasil evaluasi yang telah dilakukan mengindikasikan tidak ditemukannya cadangan hidrokarbon di WK tersebut.

"Selama enam tahun, Statoil telah melakukan seluruh komitmen kegiatan eksplorasi dan kewajiban yang disebutkan dalam perjanjian kontrak bagi hasil," kata Hadi. (gnm)

17 Kontrak Migas Dikembalikan


INVESTOR DAILY ::     02 Februari 2013

Dilelang Ulang

Widhyawan mengatakan, kontrak-tor-kontraktor tersebut minimal telah melakukan eksplorasi 6-10 tahun, sebelum memutuskan untuk mengembalikan hak pengelolaan lapangan. Namun, SKK Migas enggan merinci siapa saja KKKS yang akan diterminasi kontraknya ini.

Menurut Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini, keputusan terminasi kontrak belum dikeluarkan, sehingga masih ada kemungkinan KKKS melanjutkan kegiatan operasi migas. Selain itu, bisa saja KKKS yang dipaksa dipu-tuskontraknya menjanjikan perbaikan kinerja, sehingga batal diterminasi.

"Karena ini belum pasti, kami belum bisa menyebutkan nama-namanya. Kami khawatir nanti ternyata masih dilanjutkan setelah beberapa pertimbangan," papar dia.

Apalagi, lanjut Widhyawan, keputusan terminasi kontrak sebenarnya merupakan kewenangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Bila kontrak diputus, wilayah kerja yang dikembalikan akan dilelang ulang.

Pasalnya, bisa saja cadangan migas tidak ditemukan karena pengeboran tidak di titik yang tepat. Sedangkan cadangan yang dianggap tidak ekonomis oleh satu perusahaan, bisa dinilai masuk keekonomian oleh perusahaan lain," tuturnya.

Keberhasilan eksplorasi juga ditentukan oleh strategi interpretasi data dan pengetesan masing-masing perusahaan. "Jadi ketika dilelang ulang, ada kemungkinan perusahaan lain tertarik. Apalagi, data dari pemerintah sudah ditambah dengan data kontraktor pascapengembalian wilayah kerja," kata dia.

Wilayah kerja yang sudah pasti dikembalikan ke pemerintah adalah Blok Karama di Sulawesi Barat milik Statoil Indonesia. Berdasarkan hasil evaluasi, blok ini dipastikan tidak memiliki cadangan hidrokarbon. Seluruh biaya eksplorasi di blok itu diperkirakan mencapai US$ 271 juta dan tidak akan diganti oleh negara.

ExxonMobil juga telah menyampaikan keinginan untuk mengembalikan tiga blok miliknya kepada pemerintah. Rinciannya, Blok Surumana di Selat Sulawesi, Blok Mandar di Laut Sulawesi, dan Blok Gunting di Jawa Timur. Ketiga blok ini dianggap sulit dikembangkan dan tidak ekonomis. Khusus Blok Gunting, kegiatan operasi sulit dilanjutkan karena ditentang masyarakat.

'Tapi ini statusnya belum putus kontrak. Mereka memang sudah mengajukan pengembalian, tetapi karena belum ada keputusan, mereka belum bisa bilang putus kontrak," ujar Widhyawan.

Wilayah kerja lain yang juga ingin dikembalikan adalah Blok Semai-2 milik Hess.

Pemberhentian Presdir

Sementara itu, Rudi Rubiandini mengatakan, Presiden Direktur (Presdir) Exxon Mobil Indonesia (EMOI) Richard J Owen memang tidak diizinkan untuk diperpanjang jabatannya. Pekan depan ada satu lagi presdir perusahaan migas yang bakal dihentikan jabatannya.


Rudi Rubiandini

Menurut dia, hal tersebut merupakan sesuatu yang biasa dalam industri migas. Hal ini seperti dialami presdir perusahaan migas dari Jepang dan Exxon tahun lalu.

Dia mengatakan, SKK Migas sudah memberikan rekomendasi kepada menteri ESDM mengenai presdir perusahaan migas yang akan diberhentikan. Dengan demikian, Kementerian ESDM tinggal menentukan putusan akhir.

Namun, Rudi tidak bersedia menyebutkan nama presdir maupun perusahaannya. Dia menjelaskan, ada beberapa alasan kenapa keputusan tersebut diambil, terutama karena kinerja yang kurang, yang terlihat dari nilai produksi di wilayah kerja yang digarap.

Tak Capai Target

Widhyawan menjelaskan, oleh karena seluruh wilayah kerja yang dikembalikan ini masih dalam tahap eksplorasi, pemutusan kontrak nantinya tidak berpengaruh pada upaya pencapaian target produksi minyak yang bisa dijual (lifting) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013, sebesar 900.000 barel per hari (bph). Namun, Rudi Rubiandini memaparkan sebelumnya, pemerintah berencana menurunkan target lifting minyak menjadi 830.000-850.000 bph.

Dengan demikian, menurut perkiraan SKK Migas, penerimaan negara dari migas pada 2013 bisa di bawah target yang ditetapkan dalam APBN sebesar US$ 31,7 miliar. Penerimaan ini diperkirakan US$ 27,9 miliar-39,5 miliar, dengan asumsi harga minyak US$ 105 per barel dan-harga gas US$ 9,35 per million british thermal units (MMbtu).

"Dalam APBN Perubahan 2013 nanti kemungkinan diajukan perubahan target lifting minyak menjadi 830.000-850.000 bph. Sementara itu, target lifting gas menjadi 6.939 million standard cubic feet per day (MMSCFD) atau 1,24 juta barel setara minyak per hari," katanya.

Pada APBN 2013, target lifting minyak mencapai 900.000 bph, dengan harga minyak mentah, Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) US$1 (K) per barel. Sedangkan lifting gas, bumi ditargetkan 1,36 juta barel setara minyak per hari. Dengan demikian, total lifting minyak dan gas bumi sebesar 2,26 juta bph.

'Tingkat produksi minyak saat ini sudah sangat optimal, sehingga tidak dapat terus dipaksa memenuhi target lifting minyak sebesar 900.000 bph, seperti ditentukan dalam APBN 2013. Untuk 2012 saja, produksi minyak hanya mencapai 826.000 bph," papar dia.

Sementara itu, anggota Komisi VII DPR Satya W Yudha menegaskan, pihaknya tetap menginginkan target lifting minyak sebesar 900.000 bph Target ini tetap harus dipertahankan, untuk "membedah" kendala sesungguhnya yang ada di sektor migas, yang mengakibatkan tidak tercapainya target lifting itu.


Satya W Yudha

"Meski sulit dicapai, kami minta pemerintah tidak mengajukan perubahan target lifting minyak," tandas dia.

Sedangkan Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo mengaku telah mengetahui rencana SKK Migas menurunkan target lifting minyak. Na mun, pemerintah belum menyepakati permintaan SKK Migas itu.


Agus DW Martowardojo

"Saya belum bisa sampaikan implikasinya ke postur anggaran. Kami hasilkan, kalau pun harus turun, tidak lebih rendah dari 830.000 bph," kata Agus.

Agus menjelaskan, target lifting minyak sebesar 900.000 bph merupakan salah satu asumsi makro dalam APBN 2013. Untuk mengubahnya harus lewat mekanisme APBN Perubahan 2013.

Sedangkan Pit Kepala Badan Ke bijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang PS Brodjonegoro menuturkan sebelumnya, rencana SKK Migas menurunkan target lifting migas berisiko meningkatkan importasi minyak. Hal ini akan mengganggu neraca perdagangan dan neraca berjalan.


Bambang PS Brodjonegoro

"Kebutuhan impor minyak akan naik dan ini bisa mengganggu neraca berjalan," ujarnya, (jn/en)

18 Wilayah Kerja Akan Diterminasi


18 Wilayah Kerja Akan Diterminasi

BISNIS INDONESIA :: 02 Februari 2013

JAKARTA ”Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sedang memproses 18 wilayah kerja (WK) eksplorasi untuk diterminasi.

Deputi Perencanaan SKK Migas Widhyawan Rrawiraat'madja mengatakan dari 18 WK, sekitar 17 WK mengembalikan dengan sukarela.


Widhyawan Rrawiraat'madja

Ke-18 WK tersebut dikembalikan dengan beberapa alasan, antara lain tidak menemukan cadangan hidrokarbon, serta ter-kendaia operasi perminyakan, seperti penolakan masyarakat dan lingkungan.

Adapun biaya yang tidak di-u/i-recovered cost dari 18 WK tersebut sebesar US$1,6 miliar "Biaya yang sudah dimvestasikan atau unrecovered cost sebesar US$1,6 miliar," kata Widhyawan di Kantor SKK Migas, Jumat (1/2)

Namun, Widhyawan enggan merinci ke 18 blok migas yang sedang dalam tahap terminasi tersebut.

'Khawatir kalau disebutkan nanti berubah lagi. Nanti yang me1 mutuskan untuk terima itu pemerintah melalui Dirjen Migas," lanjutnya. Nantinya, W k eksplorasi yang diterminasi bisa dilelang kembali oleh pemerintah.

Menurutnya, WK tersebut dikembalikan setelah kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) penegelola sudah berusaha mencari hidrokarbon selama kurang lebih 6 tahun. Bahkan, ada di antaranya yang sudah perpanjangan selama 4 tahun. Padahal, seluruh komitmen sudah dilakukan .

Beberapa WK yang dikembalikan kepada pemerintah itu termasuk tiga WK yang dikelola oleh ExxonMobil ExxonMobil akan meugembalikan tiga blok migas yang dalam tahap eksplorasi.

Adapun tiga blok migas tersebut, yakni Blok Surumana di Selat Sulawesi, Blok Mandar di Laut Sulawesi, dan Blok Gunting di Jombang Jawa Timur.

Ketiga blok tersebut dikembalikan lantaran sudah tidak memi liki nilai ekonomis dan sulit di kembangkan. Blok Gunting di kembalikan karena mendapat penolakan keras dari masyarakat.

Kemudian, WK yang pasti dikembalikan adalah Blok Karama, Selat Makassar, Sulawesi Barat yang dikelola oleh Statoil Indonesia bersama Pertamina Hulu Energi.

Selama 6 tahun, Statoil telah melakukan seluruh komitmen kegiatan eksplorasi dan kewajiban yang disebutkan dalam perjanjian kontrak bagi hasil.

Adapun kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan adalah studi geologi dan geofisika, seismik 3D, dan pengeboran tiga sumur, yani Sumur Gatotkaea, Sumur Anoman, dan Sumur Antasena.

Seluruh kegiatan eksplorasi di WK tersebut diperkirakan telah memakan biaya sebesar US$ 271 juta.

Berdasarkan data SKK Migas, masih terdapat potensi WK terminasi pada 2013 dengan sunk cost yang tidak dikembalikan sebesar US$6 miliar. Sepanjang 2002 2012, total unrecovered cost mencapai US$1,327 miliar.

Di sisi lain, terminasi juga dilakukan kepada WK yang tidak menjalankan komitmen dengan baik SKK Migas menyatakan akan memberikan sanksi tegas bagi KKKS yang tidak menjalankan komitmen dalam mengelola WK.

Menurutnya, dalam mengelola WK, KKKS harus memenuhi setidaknya enam kewajiban yang harus dilakukan. "Yang paling parah adalah, tidak menyerahkan work program and budgeting," katanya.