Monday, March 25, 2013

Investasi CSR Statoil di Mamuju Rp1,7 Miliar/tahun


Kamis, 14 Maret 2013

Oleh: Aco Ahmad
Makassar (Antara News) - Investasi yang digelontorkan untuk mendukung program Corporate Social Responsibility (CSR) oleh perusahaan migas Statoil Indonesia di Kabupaten Mamuju ibukota Sulawesi Barat, mencapai angka Rp1,7 miliar/tahun.

"Perusahaan Statoil Indonesia melakukan tahap eksplorasi pengeboran migas di Blok Karama Mamuju pada tahun 2009 silam. Sejak itu pun kami melaksanakan CSR sebagai bentuk kepedulian perusahaan untuk memberikan dampak positif bagi pemenuhan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya," kata koordinator program CSR Statoil Wawan Koswara dalam kegiatan pemaparan CSR Statoil di Hotel Aryaduta Makassar, Kamis.

Kegiatan pemaparan program CSR Statoil ini turut dihadiri Kepala Perwakilan Kepala Perwakilan SKMIGAS Wilayah Kalimantan dan Sulawesi Ngatijan.

Menurut Wawan Koswara, alokasi anggaran untuk program CSR Statoil tidak menentu dan pastinya kegiatan CSR di Mamuju selama ini telah menghabiskan dana minimal Rp1,7 miliar.

"Tidak ada pagu anggaran yang disiapkan perusahaan untuk melaksanakan kegiatan CSR. Hal ini sangat tergantung usulan masyarakat untuk segera kita berikan bantuan,"jelasnya.

Ia menyampaikan, perusahaan Statoil yang melakukan eksplorasi dan pencarian dan pengeboran minyak dibeberapa titik yang selama ini diperkirakan mengandung minyak bumi ternyata tidak menemukan cadangan migas.

"Perusahaan kami melakukan pengeboroan pada tiga sumur di Blok Karama Mamuju. Namun, kami harus tinggalkan karena ternyata sumurnya kering,"jelasnya.

Namun demikian kata dia, perusahaan Statoil tetap bersyukur karena kegiatan CSR telah mampu membantu pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan kemasyarakatan seperti bantuan pendidikan anak usia dini, pengembangan usaha petani dan bantuan layanan kesehatan.

"Program csr yang selama ini dibina oleh statoil dilaksanakan kepada kelompok masyarakat dan lembaga sosial kemasyarakakatan (LSM). Kita harapkan program ini mampu meningkatkan tarap hidup masyarakat pada daerah-daerah yang telah mendapatkan sentuhan bantuan,"ungkap Wawan.

Yang jelasnya kata dia, program CSR dengan kegiatan diberbagai bidang seperti bidang kesehatan, pendidikan, usaha ekonomi mikro, fasilitas umum sera konservasi lingkungan sudah menjadi komitmen perusahaan setiap melakukan kegiatan pengeboran migas.

"Perusahaan ini telah melakukan berbagai langkah pemberdayaan, peningkatan kualitas layanan kesehatan dan pendidikan masyarakat dengan cara memberi akses pada layanan kesehatan dan fasilitas pendidikan yang baik seperti renovasi gedung sekolah, pemberian alat sekolah, pelatihan para guru,"jelasnya.

Disamping itu memberikan bantuan fasilitas air bersih yang layak, membantu pembentukan usaha mikro yang baik dan layak yang dapat memberikan nilai ekonomi untuk peningkatan pendapatan masyarakat melalui industri rumahan (home industri) seperti bantuan alat kerja dan modal kerja, pelatihan pengelolaan usaha dan keterampilan produksi serta memperbaiki kulaitas lingkungan melalui penanaman bakau dieberapa lokasi," jelas Wawan Kuswara.

Editor : N Sunarto


COPYRIGHT © 2013

Sebelum Bekerja, Lakukan Investasi Sosial

RADAR SULBAR

Laporan: Sudirman Samual

POTENSI minyak dan gas (migas) di wilayah Sulbar yang selama ini didengung-dengungkan belum juga menampakkan hasil menggembirakan. Satu persatu investor yang memenangkan tender pengelolaan wilayah dalam sembilan blok migas Sulbar pun angkat kaki dari provinsi ini.
Bendera investor dari berbagai negara di dunia mulai diturunkan dari tiang yang tertancap di Bumi Malaqbi ini. Sebagian besar investor pergi tanpa meninggalkan jejak apapun, kecuali sekedar hikayat bahwa mereka pernah menginjakkan kaki di wilayah ini.

Tapi tidak begitu dengan perusahaan asal Norwegia, Statoil, yang bekerja bersama Pertamina Hulu Energi (PHE) yang merupakan anak usaha PT Pertamina. Saat memutuskan mengembalikan seluruh wilayah kerja di Blok Karama Selat Makassar akibat tak menemukan cadangan migas usai melakukan pengeboran di tiga sumur masing-masing Gatotkaca, Anoman, dan Antasena tersebut, perusahaan itu telah memberi manfaat bagi sejumlah masyarakat khususnya di Kabupaten Mamuju.
Diantaranya adalah melakukan renovasi sekolah dan pembangunan gedung Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di beberapa desa serta memberikan pelatihan terhadap sejumlah guru untuk pengembangan diri dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) itu juga telah mengobati lebih dari 5.000 pasien di sejumlah desa selama tiga tahun dalam program pengobatan gratis, serta program pengembangan ekonomi mikra pada puluhan kelompok usaha baik dalam bidang pertanian, perikanan, maupun perkebunan. Karya lainnya yang ditinggalkan, adalah penanaman sekira 20.000 pohon mangrove di pesisir Sulbar untuk melindungi pantai dari abrasi.
“Kami menyebut ini sebagai investasi sosial,” ujar Corporate Social Responsibility (CSR) Advisor Statoil Indonesia, Wawan Koswara, saat menjadi narasumber dalam acara Pemaparan Program Kegiatan CSR Statoil Indonesia yang dihadiri sejumlah wartawan media cetak dan elektronik Sulbar maupun Makassar di Hotel Aryaduta Makassar, Kamis 14 Maret.
Wawan menyebutkan, Statoil mulai menjejakkan kaki di Sulbar sejak tahun 2008 lalu namun baru mulai menjalankan CSR pada tahun 2009. Alasannya, tahun pertama perusahaan tersebut baru mensurvei apa kebutuhan masyarakat. Dalam tiga tahun berjalannya CSR, Statoil telah menggelontorkan anggaran pada masyarakat sekira Rp 1,5 miliar hingga Rp 1,7 miliar per tahun.
“Kami juga telah membangun sarana air bersih untuk masyarakat di beberapa tempat agar menjawab persoalan mereka,” imbuhnya saat menjelaskan tayangan mengenai kegiatan CSR yang dilakukan itu.
Dalam upaya eksplorasi dengan kontrak enam tahun yang baru berjalan sekira lima tahun ini, Statoil telah menghabiskan dana mencapai Rp 2,5 triliun. Diakui bahwa kegiatan eksplorasi beresiko karena menggunakan teknologi tinggi yang berakibat ada mahalnya biaya operasional. Namun tidak adanya kandungan migas yang ditemui tak membuat Statoil merasa rugi karena bisnis eksplorasi minyak adalah gambling (judi). “Semoga apa yang kami berikan kepada masyarakat bisa dirasakan manfaatnya secara berkelanjutan,” pungkasnya. (**)

Sengketa Sulbar-Kalsel Tidak Pengaruhi Pengelolaan Gas


Sabtu, 16 Maret 2013
Oleh: Aco Ahmad

Mamuju (Antara News) - Sengketa batas wilayah antara Pemerintah Sulawesi Barat dengan Pemerintah Kalimantan Selatan, tidak akan mempengaruhi rencana pengelolaan cadangan gas pada blok Sebuku.

"Sengketa batas wilayah menjadi ranah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Artinya, pengelolaan lapangan gas Rubu Blok Sebuku tetap berjalan,"kata Kepala SSK Migas Wilayah Kalimantan-Sulawesi, Ngatijan saat berada di Mamuju, Sabtu.

Menurutnya, sengketa batas wilayah antara Sulbar-Kalsel mengemuka ketika diketahui bahwa ada cadangan gas besar yang dapat dikelola hingga 10 tahun.

"Potensi cadangan gas blok Sebuku sangat besar dan ini menjadi areal rebutan kedua provinsi bertetangga ini," ungkapnya.

Karena itu kata dia, pemerintah kedua provinsi tersebut diharapkan tetap membangun komunikasi yang baik untuk memecahkan persoalan konflik wilayah.

"Sekali lagi kami dari SSK Migas tidak akan terlibat dalam persoalan sengketa wilayah. Pastinya, blok Sebuku ini akan tetap digarap untuk memenuhi ketersediaan gas di dalam negeri,"katanya.

Ia menyampaikan, cadangan gas dalam negeri dari tahun ke tahun semakin meningkat dan bahkan melampaui dari yang ditargetkan.

Lain halnya dengan cadangan minyak kata dia, justeru semakin menurun sehingga pemerintah sekarang ini terus melakukan upaya pencarian cadangan migas.

Ngatijan menyampaikan, pemerintah telah merekomendasikan agar gas blok Sebuku ini digarap langsung perusahaan Mubala Developmen CO milik investasi Pemerintah Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

"Mubala telah menyiapkan dana investasi untuk mengelola gas yang ada di blok Sebuku. Perusahaan asal Uni Emirat Arab ini telah mendapat persetujuan pemerintah Indonesia sejak Juli 2008 silam,"kata Ngatijan saat berada di Mamuju, Jum`at.

Bahkan saat ini kata dia, perusahaan ini telah memasang pipa sepanjang 300 kilometer dari fasilitas produksi Lapangan Ruby ke Lapangan Senipah yang dikelola Total E&P Indonesie di Kalimantan Timur.

"Potensi cadangan gas di blok Sebuku segera dikelola dan rencananya akan mulai berproduksi pada pertengahan tahun 2014 mendatang," ungkap Ngatijan.

Editor : N Sunarto

MIGAS SULBAR: Gagal, Enam Investor Asing Akhirnya “Angkat Kaki”


Oleh Newswire on Thursday, 14 March 2013




MAKASSAR–Kepala Perwakilan SKK-Migas Wilayah Kalimantan-Sulawesi Ngatijan menyampaikan setelah gagal menemukan tetesan migas, enam perusahaan asing yang melakukan tahap eksplorasi di Sulbar mulai “Angkat Kaki” karena gagal menemukan cadangan tetesan migas.

“Enam blok migas yang dilakukan tahap eksplorasi telah berhenti karena gagal menemukan cadangan migas. Praktis, tinggal tiga blok masih memungkinkan bisa mendapatkan tetesan migas,” kata Ngatijan saat berada di Makassar, Kamis (14/3).

Menurut Ngatijan, beberapa investor asing telah meninggalkan Sulbar ini diantaranya PT Marathon International Petroleum Indonesia Limited yang telah bekerja di perairan lepas pantai Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara (Matra) sejak 4 Agustus 2009.

Kemudian, katanya, blok Kuma oleh PT Conoco-Phillips Indonesia, blok Karama dikerjakan PT Star Oil-Pertamina, blok Karama Mamuju oleh Stat Oil, Blok Pasangkayu oleh Exon Mobil dan beberapa blok lainnya.

Sedangkan blok migas yang diharapkan mampu menghasil devosit cadangan migas, kata dia, yakni blok Mandar, Blok Malunda dan Blok Budong-Budong dan termasuk blok Sebuku yang saat ini berpolemik sengketa kepemilikan pulau antara Sulbar dan Kalsel.

“Setelah enam perusahaan migas yang telah menghentikan tahap pengeboran maka kita harapkan ada lagi perusahaan lain untuk melakukan tahap eksplorasi sehingga ada harapan temuan cadangan migas dari daerah Sulbar,” ungkapnya.

Ngatijan menyampaikan, saat ini negara Indonesia kekurangan cadangan migas. Ini karena tingkat produksi migas dalam negeri tak sebanding dengan tingkat kebutuhan.

Karena itu, kata dia, BP Migas telah mencanangkan 2013 sebagai tahun pengeboran migas yang diharapkan mampu mendapatkan tetesan migas.

“Tahun ini BP Migas akan melakukan pengeboran hingga mencapai 250 sumur. Wilayah prioritas pengeboran rata-rata berada di kawasan timur Indonenesia,” ungkapnya.

Pengeboran sumur migas di Indonesia, kata dia, gencar dilakukan dalam mendukung beban target peningkatan produksi migas 900 ribu barel/hari.

“Saat ini negara Indonesia hanya mampu menghasilkan produksi migas sekitar 850 ribu barel/hari. Ini tentu masih defisit dari jumlah target yang telah dicanangkan,” ujarnya. (Antara/juanda)

Enam Perusahaan Asing Gagal Temukan Migas Sulbar Jumat, 15 Maret 2013 14:04 WITA | Sulbar

Oleh: Aco Ahmad

Mamuju (Antara News) - Sedikitnya ada enam perusahaan asing yang melakukan tahap eksplorasi di perairan Selat Makassar pada wilayah Sulbar gagal menemukan cadangan potensi minyak dan gas (Migas).

Kepala Perwakilan SKK-Migas Wilayah Kalimantan-Sulawesi Ngatijan saat berada di Mamuju, Jumat, menyampaikan bahwa enam perusahaan asing yang melakukan tahap eksplorasi di Sulbar mulai "Angkat Kaki" karena gagal menemukan cadangan tetesan migas.

"Enam blok migas yang dilakukan tahap eksplorasi telah berhenti melakukan pencarian potensi karbohidrat gas atau minyak pada enam blok di daerah Sulbar. Praktis, tinggal tiga blok masih memungkinkan bisa mendapatkan tetesan migas,"katanya.

Menurutnya, tiga blok yang masih tahap eksplorasi yakni blok South Mandar yang dikerjakan PT Exploration and Production, Blok Malunda dan Blok Budong-Budang oleh Pt NV Tatetely. Sedangkan enam blok yang gagal diantaranya PT Marathon Oil yang melakukan pengeboran migas di Blok Pasangkayu, PT Exxon Mobile di Blok Surumana Kabupaten Mamuju Utara kemudian PT Conoco Philips di Blok Kuma perbatasan Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara, Blok Karama Mamuju yang dikerjakan Statoil dan beberapa blok lainnya.

` "Kita tinggal menunggu tiga blok yang masih tahap eksplorasi diluar dari Blok Sebuku yang akan segera berproduksi,"ungkapnya.

Ngatijan menyampaikan, perusahaan asing yang mengelola migas di Sulbar dilakukan sejak 2009. Sayangnya, saat ini tinggal tiga blok yang diharapkan kelak mampu meneteskan migas.

"Saat ini negara Indonesia kekurangan cadangan migas. Ini karena tingkat produksi migas dalam negeri tak sebanding dengan tingkat kebutuhan,"ungkapnya.

Karena itu kata dia, SKK Migas telah mencanangkan 2013 sebagai tahun pengeboran migas yang diharapkan mampu mendapatkan tetesan migas.

`"Tahun ini BP Migas akan melakukan pengeboran hingga mencapai 250 sumur. Wilayah prioritas pengeboran rata-rata berada di kawasan timur Indonenesia,"ungkapnya.

Pengeboran sumur migas di Indonesia kata dia, gencar dilakukan dalam mendukung beban target peningkatan produksi migas 900 ribu barel/hari.

"Saat ini negara Indonesia hanya mampu menghasilkan produksi migas sekitar 850 ribu barel/hari. Ini tentu masih devisit dari jumlah target yang telah dicanangkan,"ujarnya.

`Ladang minyak dan gas yang melimpah di Sulbar kata Ngatijan, diharapkan ada yang bisa berproduksi untuk membwa Sulbar bisa bangkit dan mengejar ketertinggalan dari provinsi lain.

Cadangan minyak dan gas yang terkandung dalam perut bumi provinsi terbungsu Indonesia itu yang masih diharapkan mampu menuai hasil migas yang terdapat di daratan (on shore) pada Blok Budong-Budong yang dikerjakan PT Tately.

Masyarakat Sulbar tentu sangat berharap ada tetesan bagi hasil migas itu dapat meningkatan ekonomi rakyat di provinsi hasil pemekaran provinsi Sulawesi Selatan, yang berpenduduk 1,2 juta jiwa, tersebar di lima kabupaten.

Blok Budong-Budong, yang saat ini telah dieksplorasi oleh perusahaan asal negara Belanda, PT Tately, adalah salah satu pundi-pundi harapan masyarakat Sulbar itu.

Editor : Iskandar Zulkarnaen

COPYRIGHT © 2013

Enam Blok tak Miliki Kandungan Migas

RADAR SULBAR 15/03/2013

MAKASSAR — Eksplorasi minyak dan gas (migas) di wilayah Sulbar belum juga membuahkan hasil yang menggembirakan. Hingga awal tahun 2013 ini, sebanyak enam dari sembilan blok di wilayah Sulbar ini belum ditemukan adanya kandungan cadangan ekonomis migas.

Dengan kondisi itu, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang mendapatkan izin eksplorasi terpaksa meninggalkan area masing-masing tanpa hasil. Sehingga yang tersisa hanya tiga blok yakni Malunda, South Mandar, dan Budong-budong.
“Investor lainnya sudah angkat kaki karena tidak menemukan adanya cadangan migas yang dapat dikelola,” ujar Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Kalimantan-Sulawesi, Ngatijan, saat menjadi narasumber pada acara Pemaparan Program Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) Statoil yang digelar di Hotel Aryaduta Makassar, Kamis 14 Maret.
“Enam blok migas yang melakukan eksplorasi telah berhenti melakukan pencarian potensi karbohidrat gas atau minyak pada enam blok di daerah Sulbar. Praktis, tinggal tiga blok masih memungkinkan bisa mendapatkan tetesan migas,” lanjutnya.
Ngatijan menyampaikan, perusahaan asing yang memiliki izin eksplorasi migas di Sulbar berjalan sejak tahun 2008 lalu. Namun karena peralatan dengan teknologi tinggi dan biaya operasional cukup mahal yang terbatas sehingga para investor menggunakannya untuk eksplorasi secara bergantian. (dir)

MIGAS SULBAR: Gagal, Enam Investor Asing Akhirnya “Angkat Kaki”


Oleh Newswire on Thursday, 14 March 2013



MAKASSAR–Kepala Perwakilan SKK-Migas Wilayah Kalimantan-Sulawesi Ngatijan menyampaikan setelah gagal menemukan tetesan migas, enam perusahaan asing yang melakukan tahap eksplorasi di Sulbar mulai “Angkat Kaki” karena gagal menemukan cadangan tetesan migas.

“Enam blok migas yang dilakukan tahap eksplorasi telah berhenti karena gagal menemukan cadangan migas. Praktis, tinggal tiga blok masih memungkinkan bisa mendapatkan tetesan migas,” kata Ngatijan saat berada di Makassar, Kamis (14/3).

Menurut Ngatijan, beberapa investor asing telah meninggalkan Sulbar ini diantaranya PT Marathon International Petroleum Indonesia Limited yang telah bekerja di perairan lepas pantai Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara (Matra) sejak 4 Agustus 2009.

Kemudian, katanya, blok Kuma oleh PT Conoco-Phillips Indonesia, blok Karama dikerjakan PT Star Oil-Pertamina, blok Karama Mamuju oleh Stat Oil, Blok Pasangkayu oleh Exon Mobil dan beberapa blok lainnya.

Sedangkan blok migas yang diharapkan mampu menghasil devosit cadangan migas, kata dia, yakni blok Mandar, Blok Malunda dan Blok Budong-Budong dan termasuk blok Sebuku yang saat ini berpolemik sengketa kepemilikan pulau antara Sulbar dan Kalsel.

“Setelah enam perusahaan migas yang telah menghentikan tahap pengeboran maka kita harapkan ada lagi perusahaan lain untuk melakukan tahap eksplorasi sehingga ada harapan temuan cadangan migas dari daerah Sulbar,” ungkapnya.

Ngatijan menyampaikan, saat ini negara Indonesia kekurangan cadangan migas. Ini karena tingkat produksi migas dalam negeri tak sebanding dengan tingkat kebutuhan.

Karena itu, kata dia, BP Migas telah mencanangkan 2013 sebagai tahun pengeboran migas yang diharapkan mampu mendapatkan tetesan migas.

“Tahun ini BP Migas akan melakukan pengeboran hingga mencapai 250 sumur. Wilayah prioritas pengeboran rata-rata berada di kawasan timur Indonenesia,” ungkapnya.

Pengeboran sumur migas di Indonesia, kata dia, gencar dilakukan dalam mendukung beban target peningkatan produksi migas 900 ribu barel/hari.

“Saat ini negara Indonesia hanya mampu menghasilkan produksi migas sekitar 850 ribu barel/hari. Ini tentu masih defisit dari jumlah target yang telah dicanangkan,” ujarnya. (Antara/juanda)

Thursday, March 21, 2013

Enam Perusahaan Asing Gagal Temukan Migas Sulbar


Jumat, 15 Maret 2013 12:41 WIB

Aco Ahmad



Ilustrasi : ANTARA/Rosa Panggabean

"Kita tinggal menunggu tiga blok yang masih tahap eksplorasi diluar dari Blok Sebuku yang akan segera berproduksi," ungkapnya.
Berita Terkait

Mamuju (antarasulteng.com) - Sedikitnya enam perusahaan asing yang melakukan tahap eksplorasi di perairan Selat Makassar pada wilayah Sulawesi Barat gagal menemukan cadangan potensi minyak dan gas (Migas).

Kepala Perwakilan SKK-Migas Wilayah Kalimantan-Sulawesi Ngatijan saat berada di Mamuju, menyampaikan bahwa enam perusahaan asing yang melakukan tahap eksplorasi di Sulbar mulai "Angkat Kaki" karena gagal menemukan cadangan tetesan migas.

"Enam blok migas yang dilakukan tahap eksplorasi telah berhenti melakukan pencarian potensi karbohidrat gas atau minyak pada enam blok di daerah Sulbar. Praktis, tinggal tiga blok masih memungkinkan bisa mendapatkan tetesan migas,"katanya.

Menurutnya, tiga blok yang masih tahap eksplorasi yakni blok South Mandar yang dikerjakan PT Exploration and Production, Blok Malunda dan Blok Budong-Budang oleh NV Tatetely.

Sedangkan enam blok yang gagal diantaranya PT Marathon Oil yang melakukan pengeboran migas di Blok Pasangkayu, PT Exxon Mobile di Blok Surumana Kabupaten Mamuju Utara kemudian PT Conoco Philips di Blok Kuma perbatasan Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara, Blok Karama Mamuju yang dikerjakan Statoil dan beberapa blok lainnya.

"Kita tinggal menunggu tiga blok yang masih tahap eksplorasi diluar dari Blok Sebuku yang akan segera berproduksi," ungkapnya.

Ngatijan menyampaikan, perusahaan asing yang mengelola migas di Sulbar dilakukan sejak 2009. Sayangnya, saat ini tinggal tiga blok yang diharapkan kelak mampu meneteskan migas.

"Saat ini negara Indonesia kekurangan cadangan migas. Ini karena tingkat produksi migas dalam negeri tak sebanding dengan tingkat kebutuhan,"ungkapnya.

Karena itu kata dia, SKK Migas telah mencanangkan 2013 sebagai tahun pengeboran migas yang diharapkan mampu mendapatkan tetesan migas.

`"Tahun ini BP Migas akan melakukan pengeboran hingga mencapai 250 sumur. Wilayah prioritas pengeboran rata-rata berada di kawasan timur Indonenesia,"ungkapnya.

Pengeboran sumur migas di Indonesia kata dia, gencar dilakukan dalam mendukung beban target peningkatan produksi migas 900 ribu barel/hari.

"Saat ini negara Indonesia hanya mampu menghasilkan produksi migas sekitar 850 ribu barel/hari. Ini tentu masih devisit dari jumlah target yang telah dicanangkan,"ujarnya.

Ladang minyak dan gas yang melimpah di Sulbar kata Ngatijan, diharapkan ada yang bisa berproduksi untuk membwa Sulbar bisa bangkit dan mengejar ketertinggalan dari provinsi lain.

Cadangan minyak dan gas yang terkandung dalam perut bumi provinsi terbungsu Indonesia itu yang masih diharapkan mampu menuai hasil migas yang terdapat di daratan (on shore) pada Blok Budong-Budong yang dikerjakan PT Tately.

Masyarakat Sulbar tentu sangat berharap ada tetesan bagi hasil migas itu dapat meningkatan ekonomi rakyat di provinsi hasil pemekaran provinsi Sulawesi Selatan, yang berpenduduk 1,2 juta jiwa, tersebar di lima kabupaten.

Blok Budong-Budong, yang saat ini telah dieksplorasi oleh perusahaan asal negara Belanda, PT Tately, adalah salah satu pundi-pundi harapan masyarakat Sulbar itu.***

Editor: Adha Nadjemudin
COPYRIGHT © 2013

PRODUKSI GAS: Lapangan Ruby Akan Pasok 100 Juta Kaki Kubik Per Hari

FEBRUARY 11, 2013 BY CLIPPINGTODAY

Kamis, 06 September 2012

BISNIS INDONESIA. JAKARTA: Pearl Oil (Sebuku) Ltd menargetkan produksi gas sebesar 100 juta kaki kubik per hari (MMscfd) dari Lapangan Ruby di Blok Sebuku, Selat Makassar bisa onstream pada September 2013.

Seperti dikutip dari keterangan resmi BP Migas, Pearl Oil segera melaksanakan penggelaran pipa sepanjang 300 kilometer dari fasilitas produksi Lapangan Ruby ke Lapangan Senipah yang dikelola Total E&P Indonesie di Kalimantan Timur.

“Penggelaran pipa rencananya dimulai 20 September mendatang,” ujar Ngatijan, Kepala Perwakilan BP Migas wilayah Kalimantan-Sulawesi, h Kamis (6/9).

Vice President Government Relation & Business Support Pearl Oil Taufik Rahardjo mengatakan produksi gas tersebut akan digunakan untuk kepentingan domestik, yakni untuk memasok pabrik Pupuk Kalimantan Timur V. Ada pun perkiraan produksi gasnya adalah selama 10 tahun.

Sementara itu, pemkot Balikpapan memberikan dukungan terhadap kegiatan ini. Walikota Balikpapan Rizal Effendi mengingatkan bahwa penggelaran pipa kemungkinan akan bersinggungan dengan kegiatan penangkapan ikan nelayan. Oleh karena itu, pemda akan membantu koordinasikan hal ini dengan masyarakat nelayan.

“Kami sarankan sebelum penggelaran pipa dilakukan, dilakukan proses inventarisasi alat tangkap ikan di sekitar jalur pipa dengan melibatkan instansi terkait seperti Polda Kaltim, Lanal Balikpapan, dan Perwakilan Nelayan,” ujarnya.

Sebelumnya, BP Migas melaporkan pihaknya sedang menangani 10 proyek terbesar nasional yang didominasi pengembangan gas bumi dengan nilai investasi mencapai US$4,725 miliar. Kesepuluh proyek tersebut di luar proyek pengembangan lapangan Banyu Urip, Blok Cepu yang nilai investasi keseluruhannya diperkirakan mencapai US$1,3 miliar.

Ada pun kesepuluh proyek tersebut yakni proyek Madura BD Development, Terang Sirasun Batur, Gajah Baru, Ruby Gas Field Development, South Mahakam Field Development Phase 1 & 2 dan South Belut.

Mubala Kelola Gas Blok Sebuku


Sabtu, 16 Maret 2013
Oleh: Aco Ahmad

Mamuju (Antara News) - Kepala SSK Migas Wilayah Kalimantan-Sulawesi, Ngatijan, menyampaikan, perusahaan Mubala Development CO milik investasi Pemerintah Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, mendapatkan rekomendasi dari pemerintah untuk mengelola lapangan gas Ruby, Blok Sebuku di lepas pantai perairan Sulawesi Barat.

"Mubala telah menyiapkan dana investasi untuk mengelola gas yang ada di blok Sebuku. Perusahaan asal Uni Emirat Arab ini telah mendapat persetujuan pemerintah Indonesia sejak Juli 2008 silam,"kata Ngatijan saat berada di Mamuju, Sabtu.

Menurutnya, pengembangan blok sebuku ini dilakukan oleh pemodal asing setelah ditemukan adanya cadangan gas.

Bahkan saat ini kata dia, perusahaan ini telah memasang pipa sepanjang 300 kilometer dari fasilitas produksi Lapangan Ruby ke Lapangan Senipah yang dikelola Total E&P Indonesie di Kalimantan Timur.

"Potensi cadangan gas di blok Sebuku segera dikelola dan rencananya akan mulai berproduksi pada pertengahan tahun 2014 mendatang,"ungkap Ngatijan.

Ia menyampaikan, produksi awal Lapangan Ruby diperkirakan sebesar 100 juta kaki kubik gas bumi per hari.

"Proyek tersebut termasuk dalam lapangan marjinal dengan perkiraan produksi selama 10 tahun," katanya.

Ngatijan menyampaikan, pengeboran migas ini tidak menimbulkan polemik dari masyarakat karena yang bermasalah di blok itu merupakan klaim pemilikan lahan antara pemprov Sulbar dan Kalimantan Selatan.

"Konflik wilayah merupakan ranah Kementerian Dalam Negeri. Kita serahkan persoalan senketa batas wilayah ini ke pemerintah,"katanya.

Ia menyampaikan, terjadinya konflik senketa batas wilayah tidak akan mempengaruhi perusahaan untuk mengelola migas.

"Bagi hasil produksi blok sebuku ini juga menjadi ranah pemerintah pusat. Saya rasa pembagian hasil tidak akan pernah merugikan pemerintah daerah. Intinya, kita serahkan saja persoalan senketa itu ke pemerintah,"ungkap Ngatijan.

Editor : N Sunarto

COPYRIGHT © 2013

SKK-Migas Berharap Tately Bisa Temukan Migas


Minggu, 17 Maret 2013
Oleh: Aco Ahmad

Mamuju (Antara News) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK-Migas) Wilayah Kalimantan-Sulawesi, berharap agar perusahaan Tately NV yang melakukan pengeboran minyak dan gas di Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat, benar-benar menemukan cadangan migas.

Pengeboran perdana yang dilaksanakan Tately NV di Kecamatan Baras sempat ditunda karena ada tekanan kencang dari sumur yang dibor, kata Kepala SKK Migas Wilayah Kalimanta-Sulawesi, Ngatijan ketika berada di Mamuju, Minggu.

"Hal itu biasa saja, tetapi kita harapkan tekanan kuat dari perut bumi tersebut kelak bisa dikelola untuk memenuhi cadangan gas di negara kita," ucapnya.

Menurut dia, semburan atau tekanan pada sumur blok Budong-Budong ini telah dilakukan kajian apakah memang menyimpan potensi migas atau tidak.

"Semburan semacam itu hal yang biasa saja. Tetapi, semoga itu merupakan indikasi tanda-tanda bahwa di sekitar sumur ada migas. Yang mencemaskan, jika sama sekali tidak ada gejala bahwa sumur yang dibor malah kering,"ungkapnya lagi.

Sebelumnya, gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh mengatakan, perusahaan migas Tately NV menghentikan sementara pengeboran migas di Kecamatan Baras, Kabupaten Mamuju Utara, karena khawatir akan menanggung risiko kemungkinan terjadi dampak pada lahan yang dibor.

Ia mengatakan perusahaan tersebut melakukan pengeboran migas di Kecamatan Baras sejak 16 Desember 2010.

"Setelah melakukan penelitian pascaekplorasi dan melakukan pengeboran migas, PT Tately NV tidak bersedia lagi melanjutkan pengeboran migasnya di Kecamatan Baras karena takut menanggung risiko," katanya.

Menurut dia, Tatey NV yang sudah melakukan pengeboran migas sedalam 2.000 meter di perut bumi di Kecamatan Baras merasa khawatir akan terjadi dampak seperti yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Perusahaan itu, kata gubernur, khawatir dan takut ketika melakukan pengeboran migas akan terjadi semburan minyak yang tidak terkendali seperti lumpur lapindo di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, yang dapat menenggelamkan perkampungan warga.

Oleh karena itu, menurut dia, PT Tately NV saat ini sedang melakukan penelitian bagaimana mengeksplorasi migas di Kecamatan Baras tetapi tidak muncul semburan seperti lumpur lapindo.

"Untuk itu, Tately sedang menyiapkan teknologi yang lebih canggih agar dapat kembali mengebor migas di Kecamatan Baras," katanya.

Editor : M Yusuf



COPYRIGHT © 2013

Mubadala Peroleh Kontrak Kerja Sama (KKS) untuk blok West Sebuku

Hatta - Ekonomi Bisnis
Kamis, 21 Maret 2013

Mubadala Petroleum dengan bangga mengumumkan bahwa, dalam kemitraan dengan Inpex Corporation (INPEX), telah dianugerahi Kontrak Kerja Sama (KKS) untuk blok West Sebuku oleh Direktur Jenderal Minyak & Gas (Migas), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

"Penghargaan KKS West Sebuku adalah ekstensi lebih lanjut untuk portofolio Mubadala di Indonesia. Hal tersebut mendukung strategi kami untuk mencari dan, jika berhasil, mengembangkan gas untuk menumbuhkan pasar domestik Indonesia dan juga lokasinya yang berada dekat dengan infrastruktur yang sedang kami bangun di lapangan Ruby," kata Steve Peacock, Chief Operating Officer, yang dikutip dari siaran pers.

KKS West Sebuku terletak di Selat Makassar. Mubadala Petroleum akan menjadi operator blok tersebut dengan bagian saham sebesar 75,5 persen, dengan INPEX yang memegang bagian saham yang tersisa sebesar 24,5 persen. Mubadala Petroleum telah melakukan penelitian geologi di blok tersebut sepanjang tahun 2012 dan saat ini akan fokus pada akuisisi data seismik 3D.

KKS West Sebuku berdampingan dengan KKS Sebuku dimana Mubadala Petroleum juga merupakan operator, melalui afiliasinya yaitu PEARLOIL (Sebuku) Limited, yang juga mengembangkan lapangan gas Ruby dalam kemitraan dengan INPEX dan Total. Gas pertama diharapkan dapat diperoleh dari lapangan Ruby pada akhir tahun 2013.

Perusahaan tersebut menyatakan bahwa pengembangan lapangan Ruby tersebut berjalan sesuai dengan jadwal, dan yang paling penting adalah telah mengukir catatan keamanan proyek yang sangat baik dengan pencapaian lebih dari 5 juta jam kerja tanpa adanya cedera yang tercatat. Pipa sepanjang 312 kilometer yang akan menghubungkan platform Ruby ke fasilitas gas Senipah darat, yang dioperasikan oleh Total, saat ini telah selesai.

Pembangunan dua platform Ruby yaitu tripod well head platform (WHP) atau anjungan kepala sumur tiga kaki dan four-leg production platform (PQP) atau anjungan produksi empat kaki juga akan sampai pada tahap akhir. Instalasi lepas pantai dan unjuk kerja fasilitas produksi akan dimulai pada kuartal kedua tahun 2013. Setelah semuanya berjalan, gas dari Ruby akan dikirimkan kepada pembeli yaitu PT. Pupuk Kalimantan Timur, sebuah perusahaan pupuk di Indonesia dalam mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional.



(*/redaksi@wartaekonomi.com)

Sengketa Sulbar-Kalsel Tidak Pengaruhi Pengelolaan Gas


Sabtu, 16 Maret 2013

Oleh: Aco Ahmad

Mamuju (Antara News) - Sengketa batas wilayah antara Pemerintah Sulawesi Barat dengan Pemerintah Kalimantan Selatan, tidak akan mempengaruhi rencana pengelolaan cadangan gas pada blok Sebuku.

"Sengketa batas wilayah menjadi ranah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Artinya, pengelolaan lapangan gas Rubu Blok Sebuku tetap berjalan,"kata Kepala SSK Migas Wilayah Kalimantan-Sulawesi, Ngatijan saat berada di Mamuju, Sabtu.

Menurutnya, sengketa batas wilayah antara Sulbar-Kalsel mengemuka ketika diketahui bahwa ada cadangan gas besar yang dapat dikelola hingga 10 tahun.

"Potensi cadangan gas blok Sebuku sangat besar dan ini menjadi areal rebutan kedua provinsi bertetangga ini," ungkapnya.

Karena itu kata dia, pemerintah kedua provinsi tersebut diharapkan tetap membangun komunikasi yang baik untuk memecahkan persoalan konflik wilayah.

"Sekali lagi kami dari SSK Migas tidak akan terlibat dalam persoalan sengketa wilayah. Pastinya, blok Sebuku ini akan tetap digarap untuk memenuhi ketersediaan gas di dalam negeri,"katanya.

Ia menyampaikan, cadangan gas dalam negeri dari tahun ke tahun semakin meningkat dan bahkan melampaui dari yang ditargetkan.

Lain halnya dengan cadangan minyak kata dia, justeru semakin menurun sehingga pemerintah sekarang ini terus melakukan upaya pencarian cadangan migas.

Ngatijan menyampaikan, pemerintah telah merekomendasikan agar gas blok Sebuku ini digarap langsung perusahaan Mubala Developmen CO milik investasi Pemerintah Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

"Mubala telah menyiapkan dana investasi untuk mengelola gas yang ada di blok Sebuku. Perusahaan asal Uni Emirat Arab ini telah mendapat persetujuan pemerintah Indonesia sejak Juli 2008 silam,"kata Ngatijan saat berada di Mamuju, Jum`at.

Bahkan saat ini kata dia, perusahaan ini telah memasang pipa sepanjang 300 kilometer dari fasilitas produksi Lapangan Ruby ke Lapangan Senipah yang dikelola Total E&P Indonesie di Kalimantan Timur.

"Potensi cadangan gas di blok Sebuku segera dikelola dan rencananya akan mulai berproduksi pada pertengahan tahun 2014 mendatang," ungkap Ngatijan.

Editor : N Sunarto

Bisa Dikelola Sampai dengan 10 Tahun, Peluang Gas Blok Sebuku Jadi Rebutan

Sabtu, 16 Maret 2013


BLOK SEBUKU


RMOL. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Acara Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK-Migas) Wilayah Kalimantan-Sulawesi berjanji akan bersikap netral dalam menyikapi sengketa antara Pemprov Sulawesi Barat dan Kalimantan Selatan yang saling mengklaim sebagai pemilik Blok Sebuku.

“Kami akan berdiri di garis bijak dengan tidak mengerjakan intervensi terkait sengketa batas dua wilayah, karena masalah batas wilayah itu menjadi ranah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri),” kata Ngatijan dari SKK-Migas Wilayah Kalimantan-Sulawesi, di Mamuju, Sabtu (16/3).

Menurutnya, persoalan Blok Sebuku ini semakin meruncing setelah publik mengetahui bahwa di wilayah itu ternyata menyimpan peluang gas yang dapat dikelola sampai dengan 10 tahun.

“Penemuan gas Blok Sebuku aman-aman saja walaupun saat ini dua pemerintah provinsi saling klaim sebagai pemilik wilayah pulau tidak berpenghuni itu,” ujarnya.

Ia mengatakan, kepemilikan pulau itu saat ini “status quo” setelah Pemprov Kalimantan Selatan mengerjakan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Karena itu, kata dia, saat Blok Sebuku ini telah berproduksi, pemerintah akan bersikap adil untuk menentukan bagi hasil atas pengelolaan gas tersebut.

“Sengketa batas wilayah dan pengaturan bagi hasil menjadi ranah pemerintah. Kami dari SKK Migas tetap mengacu pada aturan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah pusat,” ujarnya.

Ngatijan menambahkan, pemerintah telah merekomendasikan agar gas Blok Sebuku ini digarap langsung oleh perusahaan “Mubala Development Co” dari Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

“Mubala telah menyiapkan dana investasi untuk mengelola gas yang ada di Blok Sebuku. Perusahaan asal Uni Emirat Arab ini telah mendapat persetujuan Pemerintah Indonesia sejak Juli 2008,” kata Ngatijan.

Bahkan saat, ini kata dia, perusahaan ini telah memasang pipa sepanjang 300 kilometer dari fasilitas produksi Lapangan Ruby ke Lapangan Senipah yang dikelola Total E&P Indonesie di Kalimantan Timur. [ant/ian]
Sumber : Tribunnews.com

Komisi VII Inginkan Pembangunan Pabrik Pupuk di Sulbar


20-Apr-2012
Komisi VII Dawan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menilai dengan didukungpotensi gas yang ada di Block Sebuku di wilayah pulau Laria-Lariang, menginginkanpembangunan pabrik pupuk di provinsi Sumatera Barat.



Sulbar sebagai provinsi harus ada industri, harus ada keadilan. Sulbar jugamerupakan koridor ekonomi, yang memiliki daerah pertanian dan perkebunan yangbanyak terdapat wilayah Sulbar, sehingga sudah sepantasnya pabrik pupuk juga dibangun di provinsi ini. “Apabila hal ini terjadi maka pabrik ini akan menjadi pabrikpertama yang ada di Indonesia bagian timur,” tegas Nazaruddin saat mengikutikunjungan kerja Komisi VII di Provinsi Sulbar, Selasa (17/4).

Dukungan juga terlontar dari Nazaruddin Kiemas, yang mengatakan Setelahmempelajari ternyata jika pipa ditarik ke provinsi lain itu 340 km, hampir tiga kali lipatdibanding ke Sulbar. Dia mengungkapkan bahwa pabrik tambahan pupuk kaltim itusendiri belum di bangun. “Jadi kalo belum dibangun toh haknya tetap sama untuk PKTtapi di bangunnya di Sulbar. Jadi hak gasnya tetap sama. PKTnya pun ada keuntunganpipanya lebih pendengan maka biayanya lebih murah,” paparnya.

Memang ada masalah teknis masalah palung namun menurut masukan para ahli halitu dengan teknologinya dapat teratasi. Untuk pemerintah costrecovery hanyasepertiganya. Jadi saling menguntungannya dan untuk Sulbar belum ada industri.

Wakil ketua Komisi VII Zainudin Amali menegaskan, akan berkoordinasi dengankomisi VI DPR yang membidangi industri dan BUMN, supaya bagian dari pupuk kaltimyang holding ada di Pusri dapat dilakukan di Sulbar, mengenai keterlambatan dapatditeloransi sampai dua tahun, namun efeknya masyarakat merasakan secaralangsung apa yang terkandung di dalam perut bumi mereka.

Dia menambahkan dibanyak tempat kenapa tidak memberikan dukungan penuh, apaitu minyak, gas, atau lainnya, karena mereka tidak merasakan secara langsung.Tempatnya dieploitasi SDA, tapi tidak merasakan manfaatnya. Menurut Zainudin, Kitaharus merubah paradigma itu, apa yang utama yang kita makmurnya dimana tempatdimana tempat SDA itu ada. Itu merupakan kewajiban kami melihat secara obyektif. (as) Foto: Agung Sulistiono.

Sunday, March 17, 2013

Statoil Lepas Blok Karama

Jakarta | Jum'at, 25 Jan 2013
Luther Kembaren

STATOIL Indonesia bersama Pertamina Hulu Energi (PHE) memutuskan untuk mengembalikan seluruh wilayah kerja (WK) di Blok Karama, Selat Makassar, Sulawesi Barat. Ini dilakukan setelah kedua perusahaan migas itu melaksanakan pengeboran di tiga sumur sesuai komitmen dalam kontrak kerja sama.

Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Hadi Prasetyo menyatakan, di blok tersebut tidak diperoleh bukti cadangan hidrokarbon. "Alasannya dikembalikan ke pemerintah itu karena hasil evaluasi yang telah dilakukan mengindikasikan tidak ditemukannya cadangan hidrokarbon di WK tersebut, meski telah berupaya optimal," kata Hadi dalam pesan singkatnya, Rabu (23/1).

Selama enam tahun, Statoil telah melakukan seluruh komitmen kegiatan eksplorasi dan kewajiban yang disebutkan dalam perjanjian kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract/PSC). Adapun kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan adalah studi geologi dan geofisika, seismik 3D, dan pengeboran tiga sumur (sumur Gatotkaca, Anoman, dan Antasena).

"Seluruh kegiatan eksplorasi di WK tersebut diperkirakan telah memakan biaya sebesar US$271 juta," ujar Hadi.

Menurut dia, karena tidak menemukan cadangan yang ekonomis, seluruh biaya eksplorasi yang telah dikeluarkan sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.

Pertamina Hulu Energi menguasai 49 persen participating interest pada proyek Blok Karama dan 51 persen dikuasai Statoil.

General Manager, Government Relation & Public Affair Statoil Indonesia, Mochamad Tommy Hersyaputera menyatakan Statoil telah mengucurkan dana sekitar US$271 juta untuk mengebor tiga sumur di Blok Karama. "Seluruh komitmen eksplorasi itu tertuang pada kontrak kerja sama Karama," katanya.

Menurut Statoil, pengembalian Blok Karama ke pemerintah RI sebagai tahap normal dalam kegiatan eksplorasi migas. Ini dilakukan karena tak ada cadangan di blok tersebut yang bisa diproduksikan secara komersail. "Kami menilai ketiga sumur eksplorasi di wilayah kerja Karama tidak menunjukkan adanya cadangan hidrokarbon. Maka untuk tahap selanjutnya, kami merasa perlu untuk mengembalikan wilayah kerja Karama kepada Pemerintah, setelah menyelesaikan dan memenuhi komitmen yang tertera pada kontrak kerja sama," tuturnya.

Perlu diketahui, dalam operasinya di Tanah Air, Statoil berminat terhadap sembilan wilayah kerja lain selain Karama. Kini kontraktor migas itu menjadi operator di wilayah kerja Halmahera-II. Tommy menyampaikan, pihaknya akan terus mengeksplorasi wilayah-wilayah di Indonesia, khususnya untuk kegiatan eksplorasi di laut dalam (deep water) pada wilayah timur Indonesia.

Saat ini, seluruh area wilayah kerja Statoil terus dalam tahap eksplorasi. Produksi Statoil sekitar 2 juta barrel oil equivalent per hari dan sebagian besar berasal dari lapangan Statoil di Norwegia.

Statoil merupakan badan usaha milik negara (BUMN) pemerintah Norwegia yang bergerak di bidang energi. Pemerintah Norwegia memiliki sekitar 67 persen saham di Statoil. BUMN ini berdiri sejak 1972 hingga kini memiliki sekitar 20.000 pegawai. Statoil beroperasi di 36 negara di seluruh dunia. Dini Hariyanti

Dirjen migas baru jamin Indonesia masih potensial buat investasi

Kamis, 31 Januari 2013

Reporter : Ardyan Mohamad

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Edy Hermantoro hari ini, Kamis (31/1), resmi menggantikan pejabat sebelumnya Evita Legowo yang masuk masa pensiun.

Meskipun baru saja dilantik, dia langsung dihadapkan pada beberapa kasus pengembalian blok eksplorasi, mayoritas lepas pantai (off shore), ke pemerintah. Contohnya kontraktor migas asing Statoil asal Norwegia tahun lalu batal meneruskan proyek di Blok Karama, Sulawesi Barat, lantaran tidak ditemukan minyak.

Menghadapi kondisi itu, Edy mengaku masih tetap optimis. Pasalnya banyak proposal eksplorasi migas baik on shore maupun off shore menumpuk di mejanya. "Kita sekarang menerima aplikasi hampir 49 (proposal) untuk melakukan investasi (migas), artinya Indonesia itu kan masih bagus untuk investasi," ujarnya di kantornya.

Dari data yang dia pelajari, usulan untuk meneliti kandungan migas di seluruh Indonesia itu berasal dari perusahaan asing maupun domestik. Tapi karena baru menjabat, dia belum tahu berapa persen porsi proposal off-shore atau on-shore, serta di mana saja sebarannya.

"49 Proposal itu perusahaan, bisa juga, perusahaan Prancis mengajukan empat sampai lima blok eksplorasi, macem-macem ada luar ada dalam negeri, saya belum jelas," tuturnya.

Sebagai langkah untuk menjamin optimisme calon investor, direktorat jenderal migas akan selalu memutakhirkan data-data blok yang potensial. Wilayah yang ditargetkan untuk diperiksa kandungan minyaknya adalah Teluk Salawati. "Kita untuk dibikin migas ada 4.000-an kilometer yang akan didata, menggunakan APBN," kata Edy.(mdk/rin)

Pengamat: Produksi Migas Indonesia Kian Terpuruk

Albi Wahyudi

Pengamat Perminyakan John S. Karamoy (Jaringnews/Albi)

Pemerintah perlu segera menemukan solusi menyeluruh, terkoordinasi dan terintegrasi.

JAKARTA, Jaringnews.com - Kalangan praktisi perminyakan menilai kondisi produksi minyak dan gas bumi (migas) Indonesia dalam situasi terpuruk karena masih banyak cadangan migas belum tergarap atau belum ditemukan. Padahal Indonesia memiliki potensi cadangan migas yang besar.

Pengamat Perminyakan John S. Karamoy mengatakan, cadangan minyak bumi di perut bumi Indonesia diperkirakan mencapai 80 miliar barel, sementara produksi nasional baru 23 miliar sejak 1884 sampai 2010. Sedangkan gas bumi yang belum digarap, berjumlah lebih dari 100 TCF.

"Sering berubahnya perundangan dan regulasi serta aturan main mengurangi minat investasi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas, sehingga produksi nasional terus menurun," kata John dalam Peluncuran buku "Inspiration From the Oil Man, Visi Pemimpin," di Jakarta, Sabtu (16/3).

Selain itu, John menjelaskan, proses ganti rugi lahan dan gangguan operasional, akibat kepentingan politik sesaat, sering mengabaikan prinsip hukum dan ketertiban.

"Karenanya, pemerintah harus serius mengawal ini dan penegakan hukum harus di tegakkan," tutur John.

Oleh sebab itu, John Karamoy mengusulkan agar pemerintah bergerak cepat menjamin kepastian hukum dan aturan main. Aparat Pemerintah Pusat dan Pemda yang bertugas dalam pembebasan lahan, ganti rugi tanah, dan perlindungan lingkungan, harus betul-betul mengutamakan kepentingan bangsa.

"Kita masih akan menghadapi kenyataan bahwa produksi minyak bumi nasional akan terus menurun. Untuk mengurangi laju penurunan produksi, kita perlu melakukan terobosan yang signifikan, dan cepat mendorong pelaku di sektor hulu agar meningkatkan pencarian cadangan migas baru," jelas John.

Disamping itu, mendorong dan memberikan insentif fiskal serta kemudahan bagi usaha-usaha yang melakukan pengembangan sumber-sumber energi non fosil.

Masalah di sektor hulu migas nasional memang sudah sering dikupas. Namun, menurut John, walaupun sudah agak terlambat, pemerintah perlu segera menemukan solusi menyeluruh, terkoordinasi dan terintegrasi, termasuk dengan mengembangkan perusahaan migas nasional yang bertaraf dunia, baik BUMN maupun swasta.

John berharap adanya pemahaman tantangan, strategi, dan langkah yang sama agar mampu memenuhi tuntutan bangsa di masa depan. "Hanya dengan eksplorasilah kita dapat meningkatkan produksi minyak," tukasnya.(Alb / Ara)

Pemerintah Akan Kaji Kandungan Migas di Blok Karama

Sabtu, 26 Januari 2013 11:59 WIB

Albi Wahyudi

Eksplorasi migas

Kedua perusahaan tersebut menunjukkan hasil nihil dalam pengeboran di Blok Karama.

JAKARTA, Jaringnews.com - Pemerintah menyatakan masih akan melakukan kajian lebih lanjut data-data hasil pengeboran yang dilakukan Statoil Indonesia dan Pertamina Hulu Energi. Pengkajian tersebut diperlukan karena kedua perusahaan tersebut menunjukkan hasil nihil dalam pengeboran di Blok Karama.
“Kita akan mencoba melakukan kajian lebih lanjut yang terintegrasi, termasuk juga mengkaji perusahaan jasa survei yang ada di tempat tersebut,” kata Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Naryanto Wagimin di Gedung Migas, Jumat (25/1).


Naryanto Wagimin

Menurut Naryanto, Pemerintah merasa prihatin dengan kegagalan Statoil dan Pertamina Hulu Energi memperoleh cadangan migas di wilayah kerja Blok Karama. Meski dari pengeboran dari tiga sumur yang dilakukan kedua perusahaan tersebut menunjukkan hasil nihil, namun di daratan wilayah kerja tersebut, ditemukan rembesan gas.

“Kalau dibilang nggak ada (migas), ya nggak juga karena ada rembesan gas,” ujar Naryanto.

Dari pengkajian yang dilakukan itu, diharapkan dapat diperoleh konsep petroleum system baru yang paling tepat untuk mengembangkan migas di kawasan Indonesia Timur dan laut dalam. Diakui Naryanto, pengembalian Blok Karama akan menurunkan minat investor. Namun jika ada KKKS lain yang menemukan cadangan migas, maka investasi akan kembali bergairah.

Naryanto mencontohkan beberapa kasus diantaranya Shell yang mengembangkan Blok Mahakam, namun hasilnya nihil. Sebaliknya, ketika Total dan Inpex kemudian mengembangkannya, ditemukan potensi migas yang besar. Statoil Indonesia bersama Pertamina Hulu Energi memutuskan untuk mengembalikan seluruh wilayah kerja (WK) di Blok Karama, Selat Makassar, Sulawesi Barat.

Alasannya, meski telah berupaya optimal,menurut Naryanto, hasil evaluasi yang telah dilakukan mengindikasikan tidak ditemukannya cadangan hidrokarbon di wilayah kerja tersebut. Selama enam tahun, Statoil telah melakukan seluruh komitmen kegiatan eksplorasi dan kewajiban yang disebutkan dalam perjanjian kontrak bagi hasil.

Adapun kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan adalah studi geologi dan geofisika, seismik 3D dan pengeboran tiga sumur (sumur Gatotkaca, Anoman, dan Antasena).

Seluruh kegiatan eksplorasi di wilayah kerja tersebut diperkirakan telah memakan biaya sebesar USD 271 juta. Karena tidak menemukan cadangan yang ekonomis, seluruh biaya eksplorasi yang telah dikeluarkan sepenuhnya menjadi tanggung jawab KKKS.(Alb / Ara)

Wah, Ada Investor Yang Suka Jual Beli Perizinan

13 Mar 2013 17:59:24

uang rupiah 2012 (Foto: Aktual.co/Istimewa)

Oleh karena itu Pemprov Sulbar waspada dalam menerima investor yang akan mengelola kekayaan alam di wilayahnya, jangan sampai terdapat investor yang hanya mencari keuntungan dengan memanfaatkan pemerintah.

Jakarta, Aktual.co — Gubernur Sulawesi Barat menyatakan dirinya sangat anti dengan investor yang memiliki kebiasaan melakukan "take over" atau menjual perizinan yang sudah diberikan pemerintah kepada pihak lain.


"Saya sangat benci dengan investor "Take Over" dan saya tidak akan berikan ruang untuk berinvestasi mengelola kekayaan alam di sulbar,"kata Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh, Rabu (13/3).



Ia mengakui jika sudah banyak investor yang berniat berinvestasi di sulbar namun berniat melakukan "Take over" atas izin yang diberikan kepadanya atau mengalihkan dengan cara menjual izinnya kepada investor lain.


"Izin yang diberikan kepadanya untuk mengelola kekayaan alam di sulbar hendak diberikan kepada investor lain dengan cara dijual, dan saya pasti tahu investor seperti itu karena saya bekas pengusaha dan yang seperti itu tidak akan saya biarkan berkeliaran di Sulbar,"katanya.


Oleh karena itu Pemprov Sulbar waspada dalam menerima investor yang akan mengelola kekayaan alam di wilayahnya, jangan sampai terdapat investor yang hanya mencari keuntungan dengan memanfaatkan pemerintah.


Kecuali kata dia, investor yang benar benar mengelola kekayaan alam Sulbar untuk kemajuan daerah dan perekonomiannya, mengurangi kemiskinan dan pengangguran, tanpa hanya mencari keuntungan saja.


"Investor seperti itu akan dipermudah dan tidak akan dipersulit diberikan dukungan penuh dalam mengelola sumber daya alam Sulbar,"katanya.


Ia mengatakan, investasi yang masuk ke Sulbar harus berdampak pada pembangunan daerah dan masyarakatnya dan itu sudah menjadi komitmen pemerintah sehingga investasi dipastikan tidak akan mengabaikan kepentingan masyarakat.


"Kita akui tanpa investasi daerah ini sulit berkembang sehingga investasi harus dibuka dan ditumbuhkan namun tetap harus mengutamakan kepentingan masyarakat Sulbar,"katanya.(Ant)
Epung Saepudin

SKK-MIGAS Berharap Tately Temukan Migas

17 Mar 2013 09:01:06

SK Migas (Foto: Aktual.co/Oke Dwi Atmaja)

Pengeboran perdana yang dilaksanakan Tately NV di Kecamatan Baras sempat ditunda karena ada tekanan kencang dari sumur yang dibor, kata Kepala SKK Migas Wilayah Kalimanta-Sulawesi, Ngatijan

Jakarta, Aktual.co — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK-Migas) Wilayah Kalimantan-Sulawesi, berharap agar perusahaan Tately NV yang melakukan pengeboran minyak dan gas di Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat, benar-benar menemukan cadangan migas.

Pengeboran perdana yang dilaksanakan Tately NV di Kecamatan Baras sempat ditunda karena ada tekanan kencang dari sumur yang dibor, kata Kepala SKK Migas Wilayah Kalimanta-Sulawesi, Ngatijan ketika berada di Mamuju, Minggu (17/3).


Ngatijan

"Hal itu biasa saja, tetapi kita harapkan tekanan kuat dari perut bumi tersebut kelak bisa dikelola untuk memenuhi cadangan gas di negara kita," ucapnya.

Menurut dia, semburan atau tekanan pada sumur blok Budong-Budong ini telah dilakukan kajian apakah memang menyimpan potensi migas atau tidak.

"Semburan semacam itu hal yang biasa saja. Tetapi, semoga itu merupakan indikasi tanda-tanda bahwa di sekitar sumur ada migas. Yang mencemaskan, jika sama sekali tidak ada gejala bahwa sumur yang dibor malah kering,"ungkapnya lagi.

Sebelumnya, gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh mengatakan, perusahaan migas Tately NV menghentikan sementara pengeboran migas di Kecamatan Baras, Kabupaten Mamuju Utara, karena khawatir akan menanggung risiko kemungkinan terjadi dampak pada lahan yang dibor.

Ia mengatakan perusahaan tersebut melakukan pengeboran migas di Kecamatan Baras sejak 16 Desember 2010.

"Setelah melakukan penelitian pascaekplorasi dan melakukan pengeboran migas, PT Tately NV tidak bersedia lagi melanjutkan pengeboran migasnya di Kecamatan Baras karena takut menanggung risiko," katanya.

Menurut dia, Tatey NV yang sudah melakukan pengeboran migas sedalam 2.000 meter di perut bumi di Kecamatan Baras merasa khawatir akan terjadi dampak seperti yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Perusahaan itu, kata gubernur, khawatir dan takut ketika melakukan pengeboran migas akan terjadi semburan minyak yang tidak terkendali seperti lumpur lapindo di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, yang dapat menenggelamkan perkampungan warga.

Oleh karena itu, menurut dia, PT Tately NV saat ini sedang melakukan penelitian bagaimana mengeksplorasi migas di Kecamatan Baras tetapi tidak muncul semburan seperti lumpur lapindo.

"Untuk itu, Tately sedang menyiapkan teknologi yang lebih canggih agar dapat kembali mengebor migas di Kecamatan Baras," katanya.
(Ant)
Faizal Rizki

Hasil Pengeboran, Kandungan Migas Di Blok Karama Nihil

Oleh Administrator
Minggu, 27 Januari 2013 01:24

Jakarta,Tambangnews.com. - Pengeboran yang dilakukan Statoil Indonesia dan Pertamina Hulu Energi (PHE) di Blok Karama, Selat Makassar, Sulawesi Barat menunjukkan hasil nihil.

Akibat hasil nihil tersebut, pemerintah akan mengkaji dan meneliti lebih lanjut data-data hasil pengeboran tersebut.

“Kita akan mencoba melakukan kajian lebih lanjut yang terintegrasi, termasuk juga mengkaji perusahaan jasa survei yang ada di tempat tersebut,” kata Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Naryanto Wagimin di Gedung Migas, Jumat (25/1).


Naryanto Wagimin

Menurut Naryanto, Pemerintah merasa prihatin dengan kegagalan Statoil dan PHE memperoleh cadangan migas di wilayah kerja Blok Karama. Meski dari pengeboran dari tiga sumur yang dilakukan kedua perusahaan tersebut menunjukkan hasil nihil, namun di daratan wilayah kerja tersebut, ditemukan rembesan gas.

“Kalau dibilang nggak ada (migas), ya nggak juga karena ada rembesan gas. Dari pengkajian yang dilakukan itu, diharapkan dapat diperoleh konsep Petroleum system baru yang paling tepat untuk mengembangkan migas di kawasan Indonesia Timur dan laut dalam.,” ujar Naryanto.

Naryanto mengakui, pengembalian Blok Karama akan menurunkan minat investor. Namun jika ada KKKS lain yang menemukan cadangan migas, maka investasi akan kembali bergairah.

Naryanto mencontohkan beberapa kasus diantaranya Shell yang mengembangkan Blok Mahakam, namun hasilnya nihil. Sebaliknya, ketika Total dan Inpex kemudian mengembangkannya, ditemukan potensi migas yang besar. Statoil Indonesia bersama PHE memutuskan untuk mengembalikan seluruh wilayah kerja (WK) di Blok Karama.

Alasannya, meski telah berupaya optimal,menurut Naryanto, hasil evaluasi yang telah dilakukan mengindikasikan tidak ditemukannya cadangan hidrokarbon di wilayah kerja tersebut. Selama enam tahun, Statoil telah melakukan seluruh komitmen kegiatan eksplorasi dan kewajiban yang disebutkan dalam perjanjian kontrak bagi hasil.

Adapun kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan adalah studi geologi dan geofisika, seismik 3D dan pengeboran tiga sumur (sumur Gatotkaca, Anoman, dan Antasena).

Seluruh kegiatan eksplorasi di wilayah kerja tersebut diperkirakan telah memakan biaya sebesar USD 271 juta. Karena tidak menemukan cadangan yang ekonomis, seluruh biaya eksplorasi yang telah dikeluarkan sepenuhnya menjadi tanggung jawab KKKS.(Rialdo Rezeky)

18 Persen Wilayah Eksplorasi Pertamina Dikembalikan ke Negara

Vicky Anggriawan
7 Mar 2013

Pom Bensin Pertamina Sepi (Foto: Aktual.co/Amir Hamzah)

Doddy menjelaskan, wilayah kerja eksplorasi tersebut mencapai 24.947 KM atau sekitar 18% wilayah kerja eksplorasi yang dimiliki Pertamina. "Lahan itu meliputi Monas sampai BSD Tanggerang," imbuhnya.


Jakarta, Aktual.co — PT Pertamina EP berencana mengembalikan wilayah eksplorasi migas yang dimilikinya.


"Sekarang surat pengembalian wilayah kerja itu sudah dikirimkan ke SKK Migas," ujar Direktur Ekplorasi dan pengembangan Pertamina EP Doddy Priambodo, Jakarta, Kamis (7/3).


 Doddy Priambodo

Doddy menjelaskan, wilayah kerja eksplorasi tersebut mencapai 24.947 KM atau sekitar 18% wilayah kerja eksplorasi yang dimiliki Pertamina.


"Lahan itu meliputi Monas sampai BSD Tanggerang," imbuhnya.


Selain di wilayah Monas sampai BSD Tanggerang, wilayah tersebut juga meliputi Jawa Barat yang terkendala oleh banyaknya batuan beku yang tidak mungkin dilakukan kekiatan eksplorasi. Ditambah di daerah Wonokromo membujur hingga pusat kota Yogjakarta.


"Jadi tidak ada kerugian kalau kita kembalikan karena kita tidak melakukan eksplorasi apa-apa," tutupnya.


Seperti diketahui, Pertamina mengklaim memiliki wilayah eksplorasi migas sebesar 138,611 KM persegi, dari jumlah tersebut Pertamina telah melakukan kegiatnya di 90.745 km persegi atau sebesar 65% dari jumlah luas area yang dimiliki.
Epung Saepudin

Enam Perusahaan Asing Gagal Temukan Migas

14 Mar 2013 20:20:37

ilustrasi migas (Foto: Aktual.co/Istimewa)

"Enam blok migas yang dilakukan tahap eksplorasi telah berhenti karena gagal menemukan cadangan migas. Praktis, tinggal tiga blok masih memungkinkan bisa mendapatkan tetesan migas," kata Ngatijan


Ngatijan

Jakarta, Aktual.co — Kepala Perwakilan SKK-Migas Wilayah Kalimantan-Sulawesi Ngatijan menyampaikan setelah gagal menemukan tetesan migas, enam perusahaan asing yang melakukan tahap eksplorasi di Sulbar mulai "Angkat Kaki" karena gagal menemukan cadangan tetesan migas.


"Enam blok migas yang dilakukan tahap eksplorasi telah berhenti karena gagal menemukan cadangan migas. Praktis, tinggal tiga blok masih memungkinkan bisa mendapatkan tetesan migas," kata Ngatijan saat berada di Makassar, Kamis (14/3).


Menurut Ngatijan, beberapa investor asing telah meninggalkan Sulbar ini diantaranya PT Marathon International Petroleum Indonesia Limited yang telah bekerja di perairan lepas pantai Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara (Matra) sejak 4 Agustus 2009.


Kemudian, katanya, blok Kuma oleh PT Conoco-Phillips Indonesia, blok Karama dikerjakan PT Star Oil-Pertamina, blok Karama Mamuju oleh Stat Oil, Blok Pasangkayu oleh Exon Mobil dan beberapa blok lainnya.


Sedangkan blok migas yang diharapkan mampu menghasil devosit cadangan migas, kata dia, yakni blok Mandar, Blok Malunda dan Blok Budong-Budong dan termasuk blok Sebuku yang saat ini berpolemik sengketa kepemilikan pulau antara Sulbar dan Kalsel.


"Setelah enam perusahaan migas yang telah menghentikan tahap pengeboran maka kita harapkan ada lagi perusahaan lain untuk melakukan tahap eksplorasi sehingga ada harapan temuan cadangan migas dari daerah Sulbar," ungkapnya.


Ngatijan menyampaikan, saat ini negara Indonesia kekurangan cadangan migas. Ini karena tingkat produksi migas dalam negeri tak sebanding dengan tingkat kebutuhan.


Karena itu, kata dia, BP Migas telah mencanangkan 2013 sebagai tahun pengeboran migas yang diharapkan mampu mendapatkan tetesan migas.


"Tahun ini BP Migas akan melakukan pengeboran hingga mencapai 250 sumur. Wilayah prioritas pengeboran rata-rata berada di kawasan timur Indonenesia," ungkapnya.


Pengeboran sumur migas di Indonesia, kata dia, gencar dilakukan dalam mendukung beban target peningkatan produksi migas 900 ribu barel/hari.


"Saat ini negara Indonesia hanya mampu menghasilkan produksi migas sekitar 850 ribu barel/hari. Ini tentu masih defisit dari jumlah target yang telah dicanangkan," ujarnya.(Ant)
Tri Wibowo -