Thursday, February 17, 2011

Sulbar fokus kakao & migas





MAKASSAR: Sulawesi Barat, provinsi termuda di Tanah Air dengan volume APBD rata-rata hanya Rp500 miliar sejak dimekarkan pada 5 Oktober 2004, berharap mulai dapat memfokuskan strategi pembangunan daerah dengan mengembangkan potensi perkebunan dan migas.
Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh mengatakan wilayah itu memiliki migas dan potensi perkebunan melimpah, tetapi sebagian besar belum dikelola. Pemerintah, menurutnya, tengah berupaya menarik sebanyak mungkin investor untuk menggarap komoditas unggulan sambil pihaknya memperbaiki kondisi infrastruktur.
Pada 2011, Sulbar menargetkan produksi kakao, komoditas perkebunan terpenting daerah ini menembus 200.000 ton, naik signifikan dibanding realisasi tahun lalu yang ditaksir hanya mencapai 117.000 seiring banyaknya lahan yang ditanami kembali dalam program Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao).
Provinsi tersebut juga mulai mencari cara meningkatkan hasil panen sawit yang belakangan cenderung membaik. Dua komoditas itu, kakao dan sawit, bakal menjadi komoditas fokus di masa mendatang.
Sementara itu, di sektor migas, pemda meminta delapan perusahaan yang menyatakan minat segera merealisasikan proyeknya. Menurut Anwar, hampir semua perusahaan migas tersebut sedang melakukan eksplorasi mengenai kelayakan sumber migas di lokasi mereka.
“Pemerintah sekarang mempercepat penyelesaian dua proyek infrastruktur untuk mendukung kegiatan ekonomi, yaitu bandara dan pelabuhan. Produksi kakao harus digenjot, sedangkan potensi migas perlu secepatnya dimanfaatkan,” kata Anwar di Makassar, Selasa malam.
Sulbar merupakan salah satu daerah sentra produksi kakao yang mengikuti program Gernas Kakao. Tahun ini, anggaran Gernas yang dikucurkan pemerintah pusat diperkirakan mencapai Rp202 miliar, kendati belum diketahui berapa porsi Sulbar.
Produksi daerah itu menurun tahun lalu dibanding 2009 yang masih menyentuh 130.000 ton. “Penurunan itu disebabkan beberapa hal. Tahun ini kami akan menggenjot produksi kakao karena 65% rakyat Sulbar hidup dari kakao dan 100% kakao itu adalah hasil kebun rakyat,” tukasnya.
Sekitar 52% pembentukan produk domestik regional bruto Sulbar disebut bersumber dari sektor pertanian dan perkebunan rakyat. Produksi kakao pada 2013 diharapkan menggapai 300.000 ton.
Anwar mengemukakan pihaknya juga mendorong investasi pabrik pengolahan kakao di wilayah tersebut. Saat ini, klaim dia, terdapat dua calon investor yang siap menanamkan modal pada 2011, yaitu PT Bumi Tangerang dan satu lagi perusahaan asing Filipina.
Kata dia, investor Filipina berencana membangun pabrik pengolahan biji kakao menjadi bubuk coklat berkapasitas 150.000 ton per tahun. Luas lahan kakao Sulbar tercatat 178.000 hektare.

sumber: http://www.bisnis-kti.com/index.php/2011/02/sulbar-fokus-kakao-migas/

No comments:

Post a Comment