Wednesday, January 15, 2014

Mencari Migas Semakin Sulit



SAAT ini mencari minyak dan gas untuk penambahan cadangan migas di laut dalam (offshore) semakin sulit. Faktanya, sebanyak 12 Kontraktor Kontrak Kerja (KKKS) minyak dan gas bumi (migas) asing mengalami kerugian sebesar 1,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp19 triliun.

"Kerugian ini akibat gagalnya eksplorasi 16 blok laut dalam mendapatkan cadangan minyak dan gas yang ekonomis. Sedangkan, seluruh kerugian dalam kurun waktu 2009-2013 ditanggung sendiri oleh KKKS asing dan tidak diganti oleh negara," kata Deputi Pengendalian Perencanaan SKK Migas Aussie B Gautama di Jakarta, Selasa (11/6).

Pengeboran di laut dalam, jelas dia, telah dimulai sejak 2009-2013 oleh 12 KKKS di 16 blok. Pengeboran eksplorasi telah dilakukan sebanyak 25 sumur eksplorasi yang menghabiskan biaya sekitar 1,9 miliar dolar AS dan hingga kini belum berhasil menemukan cadangan migas yang komersial.

Pihaknya meminta masyarakat memahami bahwa mencari minyak dan gas untuk penambahan cadangan migas, demi kepentingan negara semakin sulit.

Karena potensi yang ada, lokasinya di laut dalam dan setelah dilakukan pengeboran di laut dalam, sejumlah KKKS asing yang sudah bersedia menjadi kontraktor dan operator di blok eksplorasi laut dalam, mengalami kegagalan menemukan cadangan migas. Dampaknya, KKKS harus menanggung kerugian hingga 1,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp19 triliun.

Menurutnya, cadangan minyak Indonesia saat ini hanya sekitar 3,6 miliar barel dan diperkirakan habis dalam beberapa belas tahun mendatang. Hal ini dengan asumsi tingkat produksi saat sekarang tidak ada penurunan produksi ke depan, dan belum ditemukan cadangan minyak baru.

Untuk menemukan cadangan migas baru saat ini dibutuhkan modal besar dan keberanian untuk mengambil risiko, mengingat potensi lokasinya di laut dalam.

"Sejumlah KKKS asing tersebut berniat hengkang dari wilayah kerja tersebut dan berencana mengembalikan wilayah kerja eksplorasi kepada Pemerintah," ujar Aussie.

Indonesia harus berhati-hati dalam menjaga iklim investasi di sektor hulu minyak dan gas bumi. Soalnya, untuk mendapatkan cadangan minyak dan gas baru, dibutuhkan KKKS yang memiliki modal besar dan keberanian mengambil risiko.

"Jika tidak ada KKKS asing yang memiliki modal besar dan berani mengambil risiko, maka cukup sulit mendapatkan tambahan cadangan minyak dan gas bumi Indonesia untuk keberlangsungan produksi di masa depan," tandas Aussie.

Sebelumnya, SKK Migas mengakui keenam KKKS yang hengkang dari Indonesia diakibatkan beberapa hal. Pertama, keenam KKKS tersebut ada yang memang waktunya habis. Kedua, karena waktunya habis dan mereka tidak memenuhi komitmen.

"Waktu melakukan eksplorasi itu enam tahun dan diperpanjang empat tahun jadi total 10 tahun. Ada beberapa yang tidak bisa menjalankan komitmen selama enam tahun, tapi mereka mengajukan perpanjangan empat tahun, kami tidak beri," ungkapnya.

Diantara enam KKKS tersebut ada juga komitmennya bagus, tapi pengeborannya gagal. Contohnya yang terjadi di Maraton Oil, Anadarco yang ada di Sulawesi Barat.

"Mereka gagal karena sumurnya dalam. Satu sumur sampai ratusan juta dolar AS investasinya. Belum sampai waktunya habis, mereka "lempar handuk" dan mengembalikan blok itu," ungkapnya.

Dalam kontrak kerja migas terdapat dua macam bentuk pemutusan kontrak. Pemutusan kontrak yang terjadi, bisa atas inisiatif KKKS atau karena tidak memenuhi target.

"Karena kalau lebih dalam lagi investasi bisa rugi buat mereka. Hilang uang lebih banyak. Ada memang karena waktunya habis dan akibat tidak memenuhi komitmennya. Intinya, KKKS yang hengkang di Indonesia bagian timur akibat dryhole ketika melakukan eksplorasi di laut dalam," tuturnya. (oto)

- See more at: http://harian-pelita.pelitaonline.com/cetak/2013/06/11/mencari-migas-semakin-sulit-12-kkks-rugi-rp19-triliun#.Uthd9dJDu8M

No comments:

Post a Comment