Reporter : Ardyan Mohamad
http://m.merdeka.com/uang/lima-perusahaan-migas-gagal-dapat-minyak-di-indonesia.html
Bisnis pengeboran minyak dan gas (migas) sebetulnya sangat berisiko. Usaha eksplorasi bahan bakar fosil ini memiliki risiko tinggi, lantaran aspek investasinya besar sementara tingkat keberhasilan meraup keuntungan relatif rendah (high excess rate).
Besarnya risiko mencari minyak itu juga dialami perusahaan migas yang beroperasi Indonesia. Berdasarkan data Kementerian ESDM dan Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas) sampai akhir 2012, ada banyak perusahaan gagal mencari minyak di Tanah Air, sehingga harus menanggung kerugian.
Itu sebabnya, ketika perusahaan asing maupun domestik mendapat kontrak karya mengeksplorasi kawasan tertentu, bukan berarti mereka otomatis mendapat tambang uang. Berbulan-bulan meneliti, berkali-kali mengebor tanah atau dasar laut, minyak yang didamba bisa jadi urung didapat.
Malah, kisah tragis baru-baru ini menimpa perusahaan Statoil asal Norwegia saat merambah Blok Karama, di Sulawesi Barat. Perusahaan itu rugi besar-besaran setelah enam tahun gagal menemukan cadangan minyak. Alhasil mereka menyerah dan mengembalikan hak eksplorasi kepada pemerintah Indonesia.
Kisah Statoil bukan yang pertama terjadi dalam periode lima tahun terakhir. Pada kurun waktu yang sama, ada banyak perusahaan gagal mendulang minyak dari bumi pertiwi.
Berikut daftar lima perusahaan yang mengalami kegagalan saat berburu minyak di Indonesia:
1. ConocoPhillips
SKK Migas (dulu bernama BP Migas sebelum dibubarkan Mahkamah Konstitusi) mencatat kontraktor blok migas paling apes saat mencari minyak di Indonesia selama 2009-2012 adalah ConocoPhillips, asal Amerika Serikat. Perusahaan ini rugi hingga USD 310,7 juta alias Rp 29,8 triliun.Â
Padahal perusahaan pengeboran berbasis di Kota Houston ini sudah mencari minyak di tiga sumur potensial Tanah Air. Yaitu sumur minyak Kaluku-1 di Blok Kuma, Makassar, Aru-1 di Amborip VI, Papua, dan blok Mutiara Putih-1 di Arafura, Maluku.
Ketiga upaya eksplorasi itu terbukti besar pasak daripada tiang. Bahkan Usaha ConocoPhillips mengebor sumur Kaluku-1 di Makassar mencatat kerugian terbesar, mencapai USD 149 juta, karena minyak di sana tidak sebanyak yang mereka duga.Â
2. Murphy Oil Corp
Perusahaan migas dengan kantor pusat di Kota Arkansas, Amerika Serikat ini juga apes saat mencari minyak di Indonesia. Mereka sudah mati-matian mengeksplorasi sumur Lengkuas-1, yang berlokasi di Blok Semai, Papua.
Biaya besar digelontorkan demi mendapatkan emas hitam itu. Apa daya, belasan kali mengebor, rupanya minyak nihil didapat.
Perusahaan yang berdiri pada 1950 ini akhirnya mengalami kerugian besar. SKK Migas menyebut Murphy sebagai operator sumur dengan biaya terbesar yang tidak menemukan hasil. Kerugian Murphy mencapai USD 214,7 juta atau setara Rp 20 triliun.?
3. ExxonMobil
Lagi-lagi, perusahaan Amerika bernasib apes saat berburu minyak di Tanah Air. ExxonMobil asal Kota Texas menjadi salah satu operator yang pulang tanpa hasil setelah tiga tahun berusaha mengebor empat sumur.
Perusahaan yang didapuk majalah Forbes sebagai salah satu yang terkaya di dunia ini bernasib sial meski telah meneliti dua blok minyak potensial Indonesia.?
SKK Migas mencatat ExxonMobil mengalami kerugian dari sumur Rangkong-1 di Blok Surumana, Selat Makassar sebesar USD 50,6 juta. Kegagalan mendulang minyak juga dialami di tiga sumur Blok Mandar, Selat Makassar yakni Kris-1 (rugi USD 45,3 juta), Sultan-1 (rugi USD 109,7 juta), dan Kriss Well-1 ST (rugi USD 24,4 juta).
Alhasil, ExxonMobil mencatat total kerugian sebesar USD 302,3 juta atau sebesar Rp 29 triliun lantaran gagal dapat minyak di Indonesia.
4. Hess
Perusahaan yang kantor pusatnya berlokasi di Kota New York, Amerika ini ikut-ikutan apes setelah empat tahun mengebor beberapa blok potensial di Tanah Air. Dua sumur yang mereka eksplorasi di Papua tidak menghasilkan minyak sesuai harapan.
Hess padahal sudah fokus menggarap dua sumur yang konon kaya minyak dan gas di Blok Semai V. Apa daya, nasib berkata lain.?
SKK Migas mencatat perusahaan migas asal Negeri Paman Sam ini mendapat total kerugian USD 222,7 juta. Rinciannya, mereka rugi di sumur Andalan-1 sebesar USD 164,4 juta dan buntung di Andalan-2 sebesar USD USD 52 juta.?
5. Statoil
Statoil asal Norwegia menjadi perusahaan teranyar yang menyerah mencari minyak di Indonesia. Padahal mereka sudah membentuk perusahaan patungan bernama Statoil Indonesia menggandeng Pertamina Hulu Energi.?
Perusahaan migas ini mencari tanda-tanda hidrokarbon, ciri keberadaan minyak di blok Karama, Selat Makassar, Sulawesi Barat. Namun, dari aktivitas eksplorasi meliputi studi geologi dan geofisika, seismik 3D, dan pengeboran tiga sumur yaitu sumur Gatotkaca, Anoman, dan Antasena selama enam tahun, tidak ditemukan cadangan energi yang diinginkan.
Alhasil, menurut SKK Migas, perusahaan ini akhirnya mengembalikan seluruh wilayah kerja (WK) di blok Karama ke pemerintah. Kerugian Statoil mencapai USD 271 juta (Rp 2,6 triliun), dan tidak diganti pemerintah karena seluruh biaya eksplorasi yang telah dikeluarkan sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.?
http://m.merdeka.com/uang/lima-perusahaan-migas-gagal-dapat-minyak-di-indonesia.html
Bisnis pengeboran minyak dan gas (migas) sebetulnya sangat berisiko. Usaha eksplorasi bahan bakar fosil ini memiliki risiko tinggi, lantaran aspek investasinya besar sementara tingkat keberhasilan meraup keuntungan relatif rendah (high excess rate).
Besarnya risiko mencari minyak itu juga dialami perusahaan migas yang beroperasi Indonesia. Berdasarkan data Kementerian ESDM dan Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas) sampai akhir 2012, ada banyak perusahaan gagal mencari minyak di Tanah Air, sehingga harus menanggung kerugian.
Itu sebabnya, ketika perusahaan asing maupun domestik mendapat kontrak karya mengeksplorasi kawasan tertentu, bukan berarti mereka otomatis mendapat tambang uang. Berbulan-bulan meneliti, berkali-kali mengebor tanah atau dasar laut, minyak yang didamba bisa jadi urung didapat.
Malah, kisah tragis baru-baru ini menimpa perusahaan Statoil asal Norwegia saat merambah Blok Karama, di Sulawesi Barat. Perusahaan itu rugi besar-besaran setelah enam tahun gagal menemukan cadangan minyak. Alhasil mereka menyerah dan mengembalikan hak eksplorasi kepada pemerintah Indonesia.
Kisah Statoil bukan yang pertama terjadi dalam periode lima tahun terakhir. Pada kurun waktu yang sama, ada banyak perusahaan gagal mendulang minyak dari bumi pertiwi.
Berikut daftar lima perusahaan yang mengalami kegagalan saat berburu minyak di Indonesia:
1. ConocoPhillips
SKK Migas (dulu bernama BP Migas sebelum dibubarkan Mahkamah Konstitusi) mencatat kontraktor blok migas paling apes saat mencari minyak di Indonesia selama 2009-2012 adalah ConocoPhillips, asal Amerika Serikat. Perusahaan ini rugi hingga USD 310,7 juta alias Rp 29,8 triliun.Â
Padahal perusahaan pengeboran berbasis di Kota Houston ini sudah mencari minyak di tiga sumur potensial Tanah Air. Yaitu sumur minyak Kaluku-1 di Blok Kuma, Makassar, Aru-1 di Amborip VI, Papua, dan blok Mutiara Putih-1 di Arafura, Maluku.
Ketiga upaya eksplorasi itu terbukti besar pasak daripada tiang. Bahkan Usaha ConocoPhillips mengebor sumur Kaluku-1 di Makassar mencatat kerugian terbesar, mencapai USD 149 juta, karena minyak di sana tidak sebanyak yang mereka duga.Â
2. Murphy Oil Corp
Perusahaan migas dengan kantor pusat di Kota Arkansas, Amerika Serikat ini juga apes saat mencari minyak di Indonesia. Mereka sudah mati-matian mengeksplorasi sumur Lengkuas-1, yang berlokasi di Blok Semai, Papua.
Biaya besar digelontorkan demi mendapatkan emas hitam itu. Apa daya, belasan kali mengebor, rupanya minyak nihil didapat.
Perusahaan yang berdiri pada 1950 ini akhirnya mengalami kerugian besar. SKK Migas menyebut Murphy sebagai operator sumur dengan biaya terbesar yang tidak menemukan hasil. Kerugian Murphy mencapai USD 214,7 juta atau setara Rp 20 triliun.?
3. ExxonMobil
Lagi-lagi, perusahaan Amerika bernasib apes saat berburu minyak di Tanah Air. ExxonMobil asal Kota Texas menjadi salah satu operator yang pulang tanpa hasil setelah tiga tahun berusaha mengebor empat sumur.
Perusahaan yang didapuk majalah Forbes sebagai salah satu yang terkaya di dunia ini bernasib sial meski telah meneliti dua blok minyak potensial Indonesia.?
SKK Migas mencatat ExxonMobil mengalami kerugian dari sumur Rangkong-1 di Blok Surumana, Selat Makassar sebesar USD 50,6 juta. Kegagalan mendulang minyak juga dialami di tiga sumur Blok Mandar, Selat Makassar yakni Kris-1 (rugi USD 45,3 juta), Sultan-1 (rugi USD 109,7 juta), dan Kriss Well-1 ST (rugi USD 24,4 juta).
Alhasil, ExxonMobil mencatat total kerugian sebesar USD 302,3 juta atau sebesar Rp 29 triliun lantaran gagal dapat minyak di Indonesia.
4. Hess
Perusahaan yang kantor pusatnya berlokasi di Kota New York, Amerika ini ikut-ikutan apes setelah empat tahun mengebor beberapa blok potensial di Tanah Air. Dua sumur yang mereka eksplorasi di Papua tidak menghasilkan minyak sesuai harapan.
Hess padahal sudah fokus menggarap dua sumur yang konon kaya minyak dan gas di Blok Semai V. Apa daya, nasib berkata lain.?
SKK Migas mencatat perusahaan migas asal Negeri Paman Sam ini mendapat total kerugian USD 222,7 juta. Rinciannya, mereka rugi di sumur Andalan-1 sebesar USD 164,4 juta dan buntung di Andalan-2 sebesar USD USD 52 juta.?
5. Statoil
Statoil asal Norwegia menjadi perusahaan teranyar yang menyerah mencari minyak di Indonesia. Padahal mereka sudah membentuk perusahaan patungan bernama Statoil Indonesia menggandeng Pertamina Hulu Energi.?
Perusahaan migas ini mencari tanda-tanda hidrokarbon, ciri keberadaan minyak di blok Karama, Selat Makassar, Sulawesi Barat. Namun, dari aktivitas eksplorasi meliputi studi geologi dan geofisika, seismik 3D, dan pengeboran tiga sumur yaitu sumur Gatotkaca, Anoman, dan Antasena selama enam tahun, tidak ditemukan cadangan energi yang diinginkan.
Alhasil, menurut SKK Migas, perusahaan ini akhirnya mengembalikan seluruh wilayah kerja (WK) di blok Karama ke pemerintah. Kerugian Statoil mencapai USD 271 juta (Rp 2,6 triliun), dan tidak diganti pemerintah karena seluruh biaya eksplorasi yang telah dikeluarkan sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.?
No comments:
Post a Comment