Thursday, January 13, 2011
Titik Migas Baru Ditemukan di Mamuju
Posted on December 23, 2010
REPUBLIKA.CO.ID,MAMUJU–PT Tately kembali menemukan satu titik potensi minyak dan gas di Kecamatan Tommo, sekitar 100 kilometer dari Kota Mamuju, Sulawesi Barat.
General Manager PT Tately, Sean Guest di Mamuju, Kamis, mengatakan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya sejak beberapa bulan terakhir ditemukan ada titik migas baru di daerah Tommo.
“Potensi migas di perut bumi Sulbar sangat melimpah. Saat ini kami mengincar titik migas baru di wilayah Tommo,” kata Sean yang saat ini sedang melakukan tahap eksplorasi migas pada blok Budong-Budong desa Saptanajaya Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara.
Ia mengatakan, perusahaan ini sedang konsentrasi mengelola tambang migas di beberapa negara termasuk di Indonesia dan berharap pelaksanaan tahap eksplorasi pada blok Budong-Budung ini bisa menemukan migas. “Kami sementara mencari minyak di blok Budong-Budong yang diharapkan ada cadangan migas potensial yang bisa kita dapatkan di daerah ini,” jelasnya.
Perusahaan ini belum mengelola potensi migas di Tommo sebelum ada hasil nyata pada blok yang saat ini dalam tahap eksplorasi.
Sejak dilakukan peresmian pengeboran perdana migas oleh Kementerian ESDM, kata dia, pihaknya terus melakukan pencarian potensi migas selama 40 hari. “Hasil pengeboran lalu akan diteliti di BP Migas di Jakarta apakah layak dikelola atau tidak,” ungkapnya.
Jika hasil penelitian menyatakan layak dikelola, tambah dia, maka saat itu pun PT Tately langsung memulai pekerjaan dengan membutuhkan waktu selama empat tahun untuk mendapatkan hasil nyata.
“Waktunya memang cukup panjang untuk mengelola hasil migas ini. Namun, demikian, keterlibatan kami untuk pembangunan di daerah akan dimulai sejak potensi ini layak untuk di kelola,”katanya.
Migas Blok Budongbudong dieksploitasi
Oleh Antara on Wednesday, 15 December 2010
MAMUJU: Eksploitasi minyak dan gas di Blok Budongbudong, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat dimulai hari ini. Menteri BUMN Mustafa Abubakar dan Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh dijadwalkan menyaksikan langsung pengeboran yang dikerjakan perusahaan asing PT Tately NV.
Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh mengatakan tahap eksplorasi migas di Blok Budongbudong telah selesai dan akan dilanjutkan dengan eksploitasi. Pengeboran perdana pada areal seluas 5.494 kilometer persegi itu dilakukan 16 Desember 2010.
“Dua menteri tersebut hadir untuk menyaksikan langsung pengeboran migas di Sulbar yang nantinya diharapkan memberikan kontribusi besar bagi ekonomi masyarakat daerah ini,” katanya.
Gubernur berharap pengeboran migas di Blok Budongbudong yang dilakukan di Kecamatan Sarudu, Mamuju Utara, dapat menjadi awal kebangkitan perekonomian provinsi di bidang pertambangan.
Menurut dia potensi migas lainnya yang telah dilirik investor yakni Block Kuma (PT Chonoco-Phillips Ina), Block Karama (PT Star Oil-Pertamina), Block Karama (Pearl Oil), Block Malunda (PT Exploration and Production) dan Block South Mandar (PT Exploration and Production). (mw)
MAMUJU: Eksploitasi minyak dan gas di Blok Budongbudong, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat dimulai hari ini. Menteri BUMN Mustafa Abubakar dan Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh dijadwalkan menyaksikan langsung pengeboran yang dikerjakan perusahaan asing PT Tately NV.
Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh mengatakan tahap eksplorasi migas di Blok Budongbudong telah selesai dan akan dilanjutkan dengan eksploitasi. Pengeboran perdana pada areal seluas 5.494 kilometer persegi itu dilakukan 16 Desember 2010.
“Dua menteri tersebut hadir untuk menyaksikan langsung pengeboran migas di Sulbar yang nantinya diharapkan memberikan kontribusi besar bagi ekonomi masyarakat daerah ini,” katanya.
Gubernur berharap pengeboran migas di Blok Budongbudong yang dilakukan di Kecamatan Sarudu, Mamuju Utara, dapat menjadi awal kebangkitan perekonomian provinsi di bidang pertambangan.
Menurut dia potensi migas lainnya yang telah dilirik investor yakni Block Kuma (PT Chonoco-Phillips Ina), Block Karama (PT Star Oil-Pertamina), Block Karama (Pearl Oil), Block Malunda (PT Exploration and Production) dan Block South Mandar (PT Exploration and Production). (mw)
Migas Blok Budongbudong dieksploitasi
Oleh Antara on Wednesday, 15 December 2010
MAMUJU: Eksploitasi minyak dan gas di Blok Budongbudong, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat dimulai hari ini. Menteri BUMN Mustafa Abubakar dan Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh dijadwalkan menyaksikan langsung pengeboran yang dikerjakan perusahaan asing PT Tately NV.
Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh mengatakan tahap eksplorasi migas di Blok Budongbudong telah selesai dan akan dilanjutkan dengan eksploitasi. Pengeboran perdana pada areal seluas 5.494 kilometer persegi itu dilakukan 16 Desember 2010.
“Dua menteri tersebut hadir untuk menyaksikan langsung pengeboran migas di Sulbar yang nantinya diharapkan memberikan kontribusi besar bagi ekonomi masyarakat daerah ini,” katanya.
Gubernur berharap pengeboran migas di Blok Budongbudong yang dilakukan di Kecamatan Sarudu, Mamuju Utara, dapat menjadi awal kebangkitan perekonomian provinsi di bidang pertambangan.
Menurut dia potensi migas lainnya yang telah dilirik investor yakni Block Kuma (PT Chonoco-Phillips Ina), Block Karama (PT Star Oil-Pertamina), Block Karama (Pearl Oil), Block Malunda (PT Exploration and Production) dan Block South Mandar (PT Exploration and Production). (mw)
MAMUJU: Eksploitasi minyak dan gas di Blok Budongbudong, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat dimulai hari ini. Menteri BUMN Mustafa Abubakar dan Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh dijadwalkan menyaksikan langsung pengeboran yang dikerjakan perusahaan asing PT Tately NV.
Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh mengatakan tahap eksplorasi migas di Blok Budongbudong telah selesai dan akan dilanjutkan dengan eksploitasi. Pengeboran perdana pada areal seluas 5.494 kilometer persegi itu dilakukan 16 Desember 2010.
“Dua menteri tersebut hadir untuk menyaksikan langsung pengeboran migas di Sulbar yang nantinya diharapkan memberikan kontribusi besar bagi ekonomi masyarakat daerah ini,” katanya.
Gubernur berharap pengeboran migas di Blok Budongbudong yang dilakukan di Kecamatan Sarudu, Mamuju Utara, dapat menjadi awal kebangkitan perekonomian provinsi di bidang pertambangan.
Menurut dia potensi migas lainnya yang telah dilirik investor yakni Block Kuma (PT Chonoco-Phillips Ina), Block Karama (PT Star Oil-Pertamina), Block Karama (Pearl Oil), Block Malunda (PT Exploration and Production) dan Block South Mandar (PT Exploration and Production). (mw)
Titik Migas Baru Ditemukan di Mamuju
Posted on December 23, 2010
REPUBLIKA.CO.ID,MAMUJU–PT Tately kembali menemukan satu titik potensi minyak dan gas di Kecamatan Tommo, sekitar 100 kilometer dari Kota Mamuju, Sulawesi Barat.
General Manager PT Tately, Sean Guest di Mamuju, Kamis, mengatakan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya sejak beberapa bulan terakhir ditemukan ada titik migas baru di daerah Tommo.
“Potensi migas di perut bumi Sulbar sangat melimpah. Saat ini kami mengincar titik migas baru di wilayah Tommo,” kata Sean yang saat ini sedang melakukan tahap eksplorasi migas pada blok Budong-Budong desa Saptanajaya Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara.
Ia mengatakan, perusahaan ini sedang konsentrasi mengelola tambang migas di beberapa negara termasuk di Indonesia dan berharap pelaksanaan tahap eksplorasi pada blok Budong-Budung ini bisa menemukan migas. “Kami sementara mencari minyak di blok Budong-Budong yang diharapkan ada cadangan migas potensial yang bisa kita dapatkan di daerah ini,” jelasnya.
Perusahaan ini belum mengelola potensi migas di Tommo sebelum ada hasil nyata pada blok yang saat ini dalam tahap eksplorasi.
Sejak dilakukan peresmian pengeboran perdana migas oleh Kementerian ESDM, kata dia, pihaknya terus melakukan pencarian potensi migas selama 40 hari. “Hasil pengeboran lalu akan diteliti di BP Migas di Jakarta apakah layak dikelola atau tidak,” ungkapnya.
Jika hasil penelitian menyatakan layak dikelola, tambah dia, maka saat itu pun PT Tately langsung memulai pekerjaan dengan membutuhkan waktu selama empat tahun untuk mendapatkan hasil nyata.
“Waktunya memang cukup panjang untuk mengelola hasil migas ini. Namun, demikian, keterlibatan kami untuk pembangunan di daerah akan dimulai sejak potensi ini layak untuk di kelola,”katanya.
Posted on December 23, 2010
REPUBLIKA.CO.ID,MAMUJU–PT Tately kembali menemukan satu titik potensi minyak dan gas di Kecamatan Tommo, sekitar 100 kilometer dari Kota Mamuju, Sulawesi Barat.
General Manager PT Tately, Sean Guest di Mamuju, Kamis, mengatakan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya sejak beberapa bulan terakhir ditemukan ada titik migas baru di daerah Tommo.
“Potensi migas di perut bumi Sulbar sangat melimpah. Saat ini kami mengincar titik migas baru di wilayah Tommo,” kata Sean yang saat ini sedang melakukan tahap eksplorasi migas pada blok Budong-Budong desa Saptanajaya Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara.
Ia mengatakan, perusahaan ini sedang konsentrasi mengelola tambang migas di beberapa negara termasuk di Indonesia dan berharap pelaksanaan tahap eksplorasi pada blok Budong-Budung ini bisa menemukan migas. “Kami sementara mencari minyak di blok Budong-Budong yang diharapkan ada cadangan migas potensial yang bisa kita dapatkan di daerah ini,” jelasnya.
Perusahaan ini belum mengelola potensi migas di Tommo sebelum ada hasil nyata pada blok yang saat ini dalam tahap eksplorasi.
Sejak dilakukan peresmian pengeboran perdana migas oleh Kementerian ESDM, kata dia, pihaknya terus melakukan pencarian potensi migas selama 40 hari. “Hasil pengeboran lalu akan diteliti di BP Migas di Jakarta apakah layak dikelola atau tidak,” ungkapnya.
Jika hasil penelitian menyatakan layak dikelola, tambah dia, maka saat itu pun PT Tately langsung memulai pekerjaan dengan membutuhkan waktu selama empat tahun untuk mendapatkan hasil nyata.
“Waktunya memang cukup panjang untuk mengelola hasil migas ini. Namun, demikian, keterlibatan kami untuk pembangunan di daerah akan dimulai sejak potensi ini layak untuk di kelola,”katanya.
Sulbar Potensi Kekayaan Masa Depan Indonesia
2010-12-18
Anwar Adnan Saleh (Helmi/dok)
Politikindonesia - Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) wilayah masa depan Indonesia. Kawasan ini menyimpan banyak potensi sumber daya alam yang kaya raya. Baik di wilayah daratan maupun di lautan lepas. Wajar kalau potensi SDA di Sulbar mendapat apresiasi Presiden saat pertemuan para gubernur di Jakarta.
"Beliau mengakui Sulbar salah satu daerah yang diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional maupun pembangunan di provinsi ini," kata Gubernur Provinsi Sulawesi Barat H Anwar Adnan Saleh, kemarin.
Anwar mengakui, segudang potensi SDA baik yang berada di lautan lepas maupun di daratan belum tertangani secara optimal. Seperti potensi ditemukannya sembilan blok migas, pertambangan mangan maupun potensi energi listrik di Karama yang mampu menghasilkan energi listrik hingga 3000 megawatt atau PLTA terbesar di Asia.
"Presiden SBY meyakini, jika potensi alam dalam kandungan bumi Sulbar menuai hasil, bukan hanya Sulbar yang terbantu namun juga akan memberikan kontribusi penerimaan devisa negara," ucap Anwar menirukan pernyataan presiden.
Anwar mengungkapkan, saat ini ada sembilan blok migas yang tengah ditangani oleh perusahaan asing. Di antaranya Blok Suremana dan Blok Mandar dikerjakan PT Exon Mobil Indonesia, serta Blok Pasangkayu oleh PT Marathon Indonesia.
Ada juga potensi migas lainnya yang telah dilirik investor. Yakni Blok Kuma oleh PT Chonoco-Phillips Ina, Blok Karama dikerjakan PT Star Oil-Pertamina, Blok Malunda PT Exploration and Production dan Blok South Mandar yang dikerjakan PTT Exploration and Production. Selain itu, ada potensi migas Blok Budong-Budong yang sedang tahap eksplorasi oleh PT Tately dan diharapkan bisa menemukan minyak atau gas.
Jika sembilan potensi migas ini tertangani, upaya mengentaskan kemiskinan masyarakat akan tercapai. Bahkan bukan tidak mungkin provinsi termuda ini kelak menyerupai negara Brunei Darussalam.
Di samping potensi lain yakni, PLTA Karama yang nantinya akan dibangun oleh PT Bukaka Grup, salah satu anak perusahaan Haji Kalla. PLTA ini akan memulai pekerjaan untuk membangun energi listrik yang akan diawali dengan pembangunan jalan sepanjang 100 kilometer. Listrik PLTA Karama akan memenuhi kebutuhan listrik di enam provinsi di Sulawesi.
“Kita berharap, pengelolaan potensi SDA ini bisa ditangani lebih cepat untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan rakyat Sulbar," kata Anwar.
(ar/bhm/na)
Potensi Migas Sulbar Capai 400.000 Barel Per Hari
Potensi Migas Sulbar Capai 400.000 Barel Per Hari
Posted by Redaksi on Mei 13, 2008 · Leave a Comment
Mamuju ( Berita ) : Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh mengatakan enam blok pengeboran minyak yang ada di sepanjang pantai barat Sulbar bisa memproduksi minyak sebanyak 400.000 barel per hari.
“Pada saatnya nanti enam blok yang dikelola lima perusahaan minyak internasional itu bisa memproduksi 300.000 sampai 400.000 barel per hari,” kata Gubernur di Mamuju, Selasa [13/05] .
Menurut Anwar, saat ini ada lima sumur pengeboran lepas pantai dan satu pengeboran di darat yang sudah mulai dieksplorasi sejak Sulbar menjadi provinsi pada Oktober 2004.
Sedangkan lima perusahaan minyak asing yang telah memenangkan tender pengeboran di enam blok pengoboran itu adalah Exxon mobile di blok Suramana dan blok Mandar, Marathon international di blok Pasangkayu, Statoil Hydro di blok Kuma, Conoco Philips di blok Karana dan Tately N.V di blok Budong-budong.
Mengenai biaya investasi ke lima perusahaan minyak asing itu di Sulbar, Anwar tidak menyebutkan angka yang pasti. Dia hanya mencontohkan bahwa Exxon mobil yang sudah eksplorasi sejak Oktober 2007 mengeluarkan dana sekitar 1 juta dolar AS untuk proses tersebut.
Kehadiran perusahaan asing untuk menyedot minyak dari Bumi Sulbar itu, menurut Anwar jangan ditanggapi secara negatif karena kehadiran mereka justru bisa dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat Sulbar. “Mereka harus libatkan masyarakat selama bekerja disini. Begitu juga kita meminta bagi hasil untuk Pemda 10 persen dari hasil produksi,” katanya.
Mengenai keluhan masyarakat terutama nelayan yang terganggu usahanya karena pengeboran tersebut, Anwar mengatakan pihaknya telah meminta agar perusahaan-perusahaan itu memberi ganti rugi. “Semua rumpon nelayan yang harus digeser mereka ganti sebesar Rp25 juta per rumpon, begitu juga tanah dan jalan-jalan yang mereka gunakan. Jadi jangan ragukan kehadiran investasi asing disini,” katanya.
Kenaikan BBM
Mengenai rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, Anwar mengatakan pemda Sulbar sudah meminta masyarakat untuk tidak menanggapinya dengan negatif karena hal ini disebabkan kondisi harga minyak di internasional. “Masyarakat sudah siap. Ini kan disebabkan persoalan internasional dan mereka bisa mengerti,” katanya.
Untuk menghadapi persoalan ini, Anwar mengatakan telah mengeluarkan peraturan yang membatasi penggunaan mobil dinas di lingkungan Pemda. ( ant )
Kementerian ESDM Resmikan Pengeboran Perdana Migas
REPUBLIKA.CO.ID, MAMUJU--Kementerian Energi Sumber Daya Mineral meresmikan langsung pengeboran perdana minyak dan gas (Migas) elgie I blok Budong-Budong yang diadakan di desa Saptanajaya, Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat, Jum'at (17/12). Pengeboran migas perdana ini ditandai
dengan pemukulan gong oleh Kementerian ESDM yang diwakili staf ahli bidang ekonomi, Hadi Purnomo yang disaksikan Gubernur Sulbar, H.Anwar Adnan Saleh, Kapolda Sulselbar, Irjen Polisi Jhony Wainal Usman, Komandan Lantamal VI Makassar, Sulsel, Brigadir Jenderal TNI (Marinir) Chaidier Patonnory serta General Manager PT Tately, Mr.Sean Guest.
Selain itu, hadir pula wakil gubernur Sulbar, H.Amri Sanusi, Wakil Ketua DPRD Subar, H.AM Natsir Nawawi, Bupati Mamuju Utara, Ir.H.Agus Ambo Djiwa, Wakil Bupati Mamuju Utara, H.Muh.Saal, Ketua DPRD Mamuju Utara, Yaumil RM, para pejabat SKPD tingkat I provinsi Sulbar, pejabat SKPD pemkab Mamuju Utara, unsir muspida serta para tokoh masyarakat yang ada di daerah itu.
Kegiatan peresmian pengeboran migas ini sempat molor selama enam jam karena harus menunggu kedatangan Kementerian ESDM ke lokasi yang dijadikan pusat pengeboran potensi migas ini. Hadi Purnomo yang mewakili Kementerian ESDM ini tiba dilokasi sekitar pukul 15.00 wita ini langsung disambut pengalungan bunga dan beberapa jenis tarian adat setempat sebagai simbol penghargaan terhadap tamu yang bertandang ke daerah Sarudu sekitar 250 kilometer dari kota Mamuju.
Dalam kesempatan itu, Hadi Purnomo mengatakan, pemerintah pusat tetap mendukung atas pelaksanaan eksplorasi yang dilakukan oleh PT Tately, salah satu perusahaan asing dari negara Belanda. "Tahap eksplorasi yang dilakukan oleh perusahaan ini tentu sebuah kabar gembira bagi masyarakat Indonesia dan masyarakat Sulbar terlebih lagi bagi masyarakat di Mamuju Utara ini," papar Hadi.
Ia mengatakan, penyampaian permohonan maaaf karena sedianya pak Menteri ESDM yang akan hadir, namun karena ada tugas yang tak kalah pentingnya yang harus diikutinya. Dia mengatakan, dengan dimulainya pengeboran migas blok Budong-Budong yang terdapat di Mamuju Utara.
Dikatakannya, produksi minyak dan gas bumi salah satu sumber daya alam yang sangat strategis bagi Indonesia bukan hanya sebagai bahan bakar bumi. Namun kata dia, potensi migas sangat memberikan kontribusi bagi penambahan devisa negara. Hadi mengatakan, produksi migas saat ini cenderung mulai berkurang sehingga sangat diharapkan penemuan titik minyak di Sulbar bisa memberikan kontribusi penambahan produksi migas dan bisa menambah devisa negara.
Karenanya, dengan dimulainya pengeboran migas di Sulbar menjadi titik awal untuk menambah produksi minyak untuk kepentingan masyarakat Sulbar. "Kita berharap, pengeboran migas ini menuai hasil maksimal sehingga nantinya kita merasakan dampak positifnya untuk membangun bangsa dan negara ini," timpalnya.
dengan pemukulan gong oleh Kementerian ESDM yang diwakili staf ahli bidang ekonomi, Hadi Purnomo yang disaksikan Gubernur Sulbar, H.Anwar Adnan Saleh, Kapolda Sulselbar, Irjen Polisi Jhony Wainal Usman, Komandan Lantamal VI Makassar, Sulsel, Brigadir Jenderal TNI (Marinir) Chaidier Patonnory serta General Manager PT Tately, Mr.Sean Guest.
Selain itu, hadir pula wakil gubernur Sulbar, H.Amri Sanusi, Wakil Ketua DPRD Subar, H.AM Natsir Nawawi, Bupati Mamuju Utara, Ir.H.Agus Ambo Djiwa, Wakil Bupati Mamuju Utara, H.Muh.Saal, Ketua DPRD Mamuju Utara, Yaumil RM, para pejabat SKPD tingkat I provinsi Sulbar, pejabat SKPD pemkab Mamuju Utara, unsir muspida serta para tokoh masyarakat yang ada di daerah itu.
Kegiatan peresmian pengeboran migas ini sempat molor selama enam jam karena harus menunggu kedatangan Kementerian ESDM ke lokasi yang dijadikan pusat pengeboran potensi migas ini. Hadi Purnomo yang mewakili Kementerian ESDM ini tiba dilokasi sekitar pukul 15.00 wita ini langsung disambut pengalungan bunga dan beberapa jenis tarian adat setempat sebagai simbol penghargaan terhadap tamu yang bertandang ke daerah Sarudu sekitar 250 kilometer dari kota Mamuju.
Dalam kesempatan itu, Hadi Purnomo mengatakan, pemerintah pusat tetap mendukung atas pelaksanaan eksplorasi yang dilakukan oleh PT Tately, salah satu perusahaan asing dari negara Belanda. "Tahap eksplorasi yang dilakukan oleh perusahaan ini tentu sebuah kabar gembira bagi masyarakat Indonesia dan masyarakat Sulbar terlebih lagi bagi masyarakat di Mamuju Utara ini," papar Hadi.
Ia mengatakan, penyampaian permohonan maaaf karena sedianya pak Menteri ESDM yang akan hadir, namun karena ada tugas yang tak kalah pentingnya yang harus diikutinya. Dia mengatakan, dengan dimulainya pengeboran migas blok Budong-Budong yang terdapat di Mamuju Utara.
Dikatakannya, produksi minyak dan gas bumi salah satu sumber daya alam yang sangat strategis bagi Indonesia bukan hanya sebagai bahan bakar bumi. Namun kata dia, potensi migas sangat memberikan kontribusi bagi penambahan devisa negara. Hadi mengatakan, produksi migas saat ini cenderung mulai berkurang sehingga sangat diharapkan penemuan titik minyak di Sulbar bisa memberikan kontribusi penambahan produksi migas dan bisa menambah devisa negara.
Karenanya, dengan dimulainya pengeboran migas di Sulbar menjadi titik awal untuk menambah produksi minyak untuk kepentingan masyarakat Sulbar. "Kita berharap, pengeboran migas ini menuai hasil maksimal sehingga nantinya kita merasakan dampak positifnya untuk membangun bangsa dan negara ini," timpalnya.
Sulbar Bisa Kalahkan Kaltim Soal Migas
FACHMI RACHMAN/TRIBUN KALTIM
SENIN, 14 JULI 2008
MAMUJU - Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) yang saat ini melakukan eksplorasi lima blok sumur minyak dan gas bertekad akan menyaingi produksi Migas Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
"Jika lima blok sumur Migas di daerah ini berhasil dilanjutkan eksploitasi, maka Sulbar akan menjadi saingan Kaltim yang memberikan pemasukan ke kas negara," kata Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh pada peringatan HUT ke-468 Kabupaten Mamuju, Senin (14/7).
Enam blok migas di Sulbar yang sedang tahap eksplorasi saat ini antara lain blok Surumana, blok Bodong-Budong, blok Karama, blok Kuma dan blok Mandar dengan perusahaan pengelola Migas masing masing, Exxon Mobile, Gemmatera, Tateli NV, Marathon, Stat Oil dan Mandar International Co. Ltd.
Anwar mengatakan, Provinsi Sulbar saat ini merupakan daerah yang sangat terbelakang di Indonesia, sehingga diharapkan kepada pemerintah pusat harus bersinergi membangun daerah itu."Pembangunan di daerah ini harus dipacu sesuai komitmen awal para pejuang pembentukan provinsi ini dalam mengawal perjuangannya, yakni peningkatan kesejahteraan rakyat, karena daerah ini memiliki potensi dan peluang investasi sumber daya alam yang bagus," ujarnya.
Menurut Anwar, daerah ini akan bagus jika berhasil dikelola dengan baik, dengan mendorong investasi sebesar-besarnya.
HUT Mamuju
Peringatan HUT Mamuju ini dihadiri para bupati dan ketua DPRD, pejabat di lingkup pemerintah provinsi dan kabupaten serta tokoh masyarakat dan tokoh adat se-Sulbar.
Peringatan HUT Mamuju ini juga diwarnai perlombaan masakan tradisinal Mamuju, dan Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh menyempatkan diri mencicipi makanan tradisional tersebut didampingi Ny Ani Anggraeni Anwar. (ANTARA)
Eksplorasi Minyak di Sulawesi Barat Dimulai
20 Desember 2010
Metrotvnews.com, Mamuju: Pengeboran minyak di daratan Sulawesi Barat ini berada di Desa Saptana Jaya, Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara yang masuk dalam wilayah blok migas Budong-Budong. Perusahaan yang melakukan eksplorasi migas di blok darat Budong-Budong ini adalah Tately NV.
Peresmian dimulainya pengeboran minyak di Mamuju Utara, Sulawesi Barat dihadiri sejumlah pejabat dari pusat, salah satunya yakni staf ahli kementerian sumbera daya energi dan mineral, Hadi Purnomo yang mewakili Menteri ESDM Darwin Zahedi.
Kepala Humas Tately NV, Ismail Dimyati, berdasarkan penelitian ilmiah yang sudah dilakukan, di daerah ini memiliki kandungan minyak. Namun untuk memastikan kuantitas kandungan minyak gas di satu sumur, dibutuhkan waktu sekitar 3 bulan.
Ia menjelaskan pihaknya masih terus meneliti kemungkinan masih adanya sumur minyak lain di daerah eksplorasi ini. Gubernur Sulawesi Barat, Anwar Adnan Saleh menyatakan kedatangan investor bidang migas di daerah Sulawesi Barat diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Sulawesi Barat salah satunya dalam upaya memajukan ekonomi daerah ini.
Ia meminta perusahaan pengelola migas ini dapat memprioritaskan warga lokal untuk bekerja di areal pengeboran ini.
Di Sulawesi Barat terdapat 9 blok migas. Blok Budong-budong adalah satu blok migas yang berada di daratan Sulawesi Barat, 8 blok lainnya seperti Blok Mandar, berada di laut atau lepas pantai Sulawesi Barat. (RIE)
Metrotvnews.com, Mamuju: Pengeboran minyak di daratan Sulawesi Barat ini berada di Desa Saptana Jaya, Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara yang masuk dalam wilayah blok migas Budong-Budong. Perusahaan yang melakukan eksplorasi migas di blok darat Budong-Budong ini adalah Tately NV.
Peresmian dimulainya pengeboran minyak di Mamuju Utara, Sulawesi Barat dihadiri sejumlah pejabat dari pusat, salah satunya yakni staf ahli kementerian sumbera daya energi dan mineral, Hadi Purnomo yang mewakili Menteri ESDM Darwin Zahedi.
Kepala Humas Tately NV, Ismail Dimyati, berdasarkan penelitian ilmiah yang sudah dilakukan, di daerah ini memiliki kandungan minyak. Namun untuk memastikan kuantitas kandungan minyak gas di satu sumur, dibutuhkan waktu sekitar 3 bulan.
Ia menjelaskan pihaknya masih terus meneliti kemungkinan masih adanya sumur minyak lain di daerah eksplorasi ini. Gubernur Sulawesi Barat, Anwar Adnan Saleh menyatakan kedatangan investor bidang migas di daerah Sulawesi Barat diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Sulawesi Barat salah satunya dalam upaya memajukan ekonomi daerah ini.
Ia meminta perusahaan pengelola migas ini dapat memprioritaskan warga lokal untuk bekerja di areal pengeboran ini.
Di Sulawesi Barat terdapat 9 blok migas. Blok Budong-budong adalah satu blok migas yang berada di daratan Sulawesi Barat, 8 blok lainnya seperti Blok Mandar, berada di laut atau lepas pantai Sulawesi Barat. (RIE)
Pengeboran Perdana Blok Migas Budong-Budong 16 Desember
MAMUJU – Pengoboran perdana blok minyak dan gas bumi (migas) Budong-Budong di Sulawesi Barat akan dilakukan pada 16 Desember 2010. Ekploitasi blok migas ini dilakukan perusahaan asing PT Tately N.VTGS-Novec Gema.“Jika tak ada halangan, peresmian pengerjaan tahap eksploitasi migas Blok Budong-Budong dimulai 16 Desember 2010,” kata Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh, di Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), Senin (13/12).
Anwar Adnan Saleh
Dia mengemukakan, pengelolaan tambang migas Blok BudongBudong berada di Desa Bulu Mario, Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara yang diharapkan menjadi awal kebangkitan perekonomian di provinsi ini.
“Dengan dimulainya pengeboran migas blok Budong-Budong ini tentu diharapkan bisa memberi dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat Kita banyak berharap, potensi minyak blok Budong-Budong ini dapat dikelola secara maksimal dalam mendorong pelaksanaan pembangunan di daerah untuk kepentingan rakyat,” ujar Anwar Adnan Saleh seperti dilansir Antara.
Gubernur mengemukakan, potensi migas di Sulbar cukup banyak yang saat ini sebagian masih dalam tahap eksplorasi melalui investasi oleh beberapa perusahaan asing, di antaranya blok Suremana dan blok Mandar dikerjakan PT Exxon Mobil Indonesia, dan blok Pasangkayu oleh PT Marathon Indonesia.
Kemudian, kata dia, potensi migas lainnya yang telah dilirik investor yakni blok Kuma oleh PT Conoco-Phillips Ina, blok Karama dikerjakan PT Star Oil-Pertamina, blok Karama oleh Pearl Oil, blok Malunda oleh PT Exploration and Production, dan blok South Mandar yang dikerjakan PTT Exploration and Production.
Potensi ini tentu sebuah harapan besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan saya yakin jika potensi ini dikelola, maka angka kemiskinan di Sulbar akan dapat dihapus,” paparnya.
Investasi tersebut harus dijaga karena jangan sampai gagal dengan meningkatkan situasi keamanan agar lebih kondusif, agar pertumbuhan ekonomi Sulbar sekitar 15,9% yang merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi dari seluruh wilayah di Indonesia dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan dengan mengandalkan investasi.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Provinsi Sulbar Arsyad Hafid mengatakan, iklim investasi di Sulbar semakin membaik karena sejumlah investor telah berlomba-lomba berniat menanamkan investasinya di Sulbar seperti yang dilakukan perusahaan mink mantan Presiden Jusuf Kalla PT Bukaka Group yang akan membangun PLTA Karama di Kabupaten Mamuju.
Selain itu, kata dia, investor dari Tiongkok juga ingin membantu pembangunan PLTA Karama di Kabupaten Mamuju tersebut serta membangun jalan sepanjang 102 kilometer yang disebut Multi Mode Access Road dari Kecamatan Tapalang menuju Kota Mamuju.
Pajak Migas
Sementara itu, Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Provinsi Sulbar menilai, pengelolaan pajak migas idealnya sebesar 40% masuk ke kas daerah untuk mempercepat pembangunan di daerah itu.
“Saya rasa sistem pembagian atas hasil pengelolaan pajak migas selama ini tidak adil karena sekitar 80% masuk ke kas pusat atau sekitar 20% masuk ke kas daerah. Mestinya, sekitar 40% pajak migas ini kita yang tangani dan 60% disetor ke pusat,” Kata Kadis Dispenda Sulbar Mujirin M Yamin, di Mamuju, akhir pekan lalu.
Menurut dia, pajak 45% ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada daerah untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan khususnya di daerah kawasan tertinggal seperti Sulbar.
Dia mengatakan, di Sulbar saat ini terdapat sembilan blok migas yang masih dalam tahap eksplorasi oleh beberapa perusahaan asing. “Dalam waktu dekat ini, salah satu perusahaan asing yakni PT Tately akan segera melakukan eksploitasi pad& blok Budong-Budong,” kata dia.
Dia menjelskan, pengelolaan blok migas Budong-Budong ini akan memberikan kontribusi pendapatan dari hasil pajak pengelolaan migas. (jjn)
INVESTOR DAILY :: 14 Desember 2010, 06: 39: 27 WIB
Anwar Adnan Saleh
Dia mengemukakan, pengelolaan tambang migas Blok BudongBudong berada di Desa Bulu Mario, Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara yang diharapkan menjadi awal kebangkitan perekonomian di provinsi ini.
“Dengan dimulainya pengeboran migas blok Budong-Budong ini tentu diharapkan bisa memberi dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat Kita banyak berharap, potensi minyak blok Budong-Budong ini dapat dikelola secara maksimal dalam mendorong pelaksanaan pembangunan di daerah untuk kepentingan rakyat,” ujar Anwar Adnan Saleh seperti dilansir Antara.
Gubernur mengemukakan, potensi migas di Sulbar cukup banyak yang saat ini sebagian masih dalam tahap eksplorasi melalui investasi oleh beberapa perusahaan asing, di antaranya blok Suremana dan blok Mandar dikerjakan PT Exxon Mobil Indonesia, dan blok Pasangkayu oleh PT Marathon Indonesia.
Kemudian, kata dia, potensi migas lainnya yang telah dilirik investor yakni blok Kuma oleh PT Conoco-Phillips Ina, blok Karama dikerjakan PT Star Oil-Pertamina, blok Karama oleh Pearl Oil, blok Malunda oleh PT Exploration and Production, dan blok South Mandar yang dikerjakan PTT Exploration and Production.
Potensi ini tentu sebuah harapan besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan saya yakin jika potensi ini dikelola, maka angka kemiskinan di Sulbar akan dapat dihapus,” paparnya.
Investasi tersebut harus dijaga karena jangan sampai gagal dengan meningkatkan situasi keamanan agar lebih kondusif, agar pertumbuhan ekonomi Sulbar sekitar 15,9% yang merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi dari seluruh wilayah di Indonesia dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan dengan mengandalkan investasi.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Provinsi Sulbar Arsyad Hafid mengatakan, iklim investasi di Sulbar semakin membaik karena sejumlah investor telah berlomba-lomba berniat menanamkan investasinya di Sulbar seperti yang dilakukan perusahaan mink mantan Presiden Jusuf Kalla PT Bukaka Group yang akan membangun PLTA Karama di Kabupaten Mamuju.
Selain itu, kata dia, investor dari Tiongkok juga ingin membantu pembangunan PLTA Karama di Kabupaten Mamuju tersebut serta membangun jalan sepanjang 102 kilometer yang disebut Multi Mode Access Road dari Kecamatan Tapalang menuju Kota Mamuju.
Pajak Migas
Sementara itu, Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Provinsi Sulbar menilai, pengelolaan pajak migas idealnya sebesar 40% masuk ke kas daerah untuk mempercepat pembangunan di daerah itu.
“Saya rasa sistem pembagian atas hasil pengelolaan pajak migas selama ini tidak adil karena sekitar 80% masuk ke kas pusat atau sekitar 20% masuk ke kas daerah. Mestinya, sekitar 40% pajak migas ini kita yang tangani dan 60% disetor ke pusat,” Kata Kadis Dispenda Sulbar Mujirin M Yamin, di Mamuju, akhir pekan lalu.
Menurut dia, pajak 45% ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada daerah untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan khususnya di daerah kawasan tertinggal seperti Sulbar.
Dia mengatakan, di Sulbar saat ini terdapat sembilan blok migas yang masih dalam tahap eksplorasi oleh beberapa perusahaan asing. “Dalam waktu dekat ini, salah satu perusahaan asing yakni PT Tately akan segera melakukan eksploitasi pad& blok Budong-Budong,” kata dia.
Dia menjelskan, pengelolaan blok migas Budong-Budong ini akan memberikan kontribusi pendapatan dari hasil pajak pengelolaan migas. (jjn)
INVESTOR DAILY :: 14 Desember 2010, 06: 39: 27 WIB
Pengeboran Migas Terbesar di Sulbar Dimulai
SELASA, 7 SEPTEMBER 2010
JAKARTA, TRIBUN-TIMUR.COM -- Perusahaan eksplorasi dan rekayasa perminyakan asal Malaysia, Tately N.V., memulai pengeboran minyak dan gas (migas) di Blok Budong-budong, Pasangkayu, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, pertengahan bulan lalu.
Anwar Adnan Saleh
Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh kepada wartawan di Jakarta, Senin (6/9/2010), malam, mengatakan jika sumur migas ini beroperasi kelak maka akan bisa memenuhi 50 persen kebutuhan migas seluruh Indonesia.
"Menghasilkan 405 ribu barel minyak per hari. Ini sungguh luar biasa," kata Anwar.
Beberapa waktu lalu Tately mendapat protes dari pemerintah Sulbar karena pengangkutan alat berat untuk pengeboran tidak melalui wilayah Sulbar melainkan melewati Sulawesi Tengah. Namun kendala ini sudah selesai dan alat berat pengeboran mulai melalui Sulbar.
Dalam pengerjaan enyediaan infrastruktur pengeboran migas, Tately membangun kerja sama dengan PT Passokorang sesuai dengan kontrak kerja atau Contrac Construction For Drilling Location KD-1 WELL Tately Budongbudong NV and PT Passokorang. Kerjasama ini mencapai investasi Rp 15 miliar dolar AS.
Jika sumur migas ini beroperasi maka, inilah sumur migas terbesar di Indonesia yang mampu menyuplai kebutuhan migas domestik bahkan untuk ekspor. (*)
JAKARTA, TRIBUN-TIMUR.COM -- Perusahaan eksplorasi dan rekayasa perminyakan asal Malaysia, Tately N.V., memulai pengeboran minyak dan gas (migas) di Blok Budong-budong, Pasangkayu, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, pertengahan bulan lalu.
Anwar Adnan Saleh
Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh kepada wartawan di Jakarta, Senin (6/9/2010), malam, mengatakan jika sumur migas ini beroperasi kelak maka akan bisa memenuhi 50 persen kebutuhan migas seluruh Indonesia.
"Menghasilkan 405 ribu barel minyak per hari. Ini sungguh luar biasa," kata Anwar.
Beberapa waktu lalu Tately mendapat protes dari pemerintah Sulbar karena pengangkutan alat berat untuk pengeboran tidak melalui wilayah Sulbar melainkan melewati Sulawesi Tengah. Namun kendala ini sudah selesai dan alat berat pengeboran mulai melalui Sulbar.
Dalam pengerjaan enyediaan infrastruktur pengeboran migas, Tately membangun kerja sama dengan PT Passokorang sesuai dengan kontrak kerja atau Contrac Construction For Drilling Location KD-1 WELL Tately Budongbudong NV and PT Passokorang. Kerjasama ini mencapai investasi Rp 15 miliar dolar AS.
Jika sumur migas ini beroperasi maka, inilah sumur migas terbesar di Indonesia yang mampu menyuplai kebutuhan migas domestik bahkan untuk ekspor. (*)
PT Tately Temukan Titik Migas Lagi di Tommo
Kamis, 23/12/2010
PT Tately kembali menemukan satu titik potensi minyak dan gas di Kecamatan Tommo, sekitar 100 kilometer dari Kota Mamuju, Sulawesi Barat.
General Manager PT Tately, Sean Guest di Mamuju, Kamis (23/12/2010), mengatakan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya sejak beberapa bulan terakhir ditemukan ada titik migas baru di daerah Tommo.
"Potensi migas di perut bumi Sulbar sangat melimpah. Saat ini kami mengincar titik migas baru di wilayah Tommo," ujar Sean yang saat ini sedang melakukan tahap eksplorasi migas pada blok Budong-Budong desa Saptanajaya Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara.
Ia mengatakan, perusahaan ini sedang konsentrasi mengelola tambang migas di beberapa negara termasuk di Indonesia dan berharap pelaksanaan tahap eksplorasi pada blok Budong-Budung ini bisa menemukan migas.
"Kami sementara mencari minyak di blok Budong-Budong yang diharapkan ada cadangan migas potensial yang bisa kita dapatkan di daerah ini," jelasnya.
Perusahaan ini belum mengelola potensi migas di Tommo sebelum ada hasil nyata pada blok yang saat ini dalam tahap eksplorasi. Sejak dilakukan peresmian pengeboran perdana migas oleh Kementerian ESDM, kata dia, pihaknya terus melakukan pencarian potensi migas selama 40 hari.
"Hasil pengeboran lalu akan diteliti di BP Migas di Jakarta apakah layak dikelola atau tidak," ungkapnya.
Jika hasil penelitian menyatakan layak dikelola, tambah dia, maka saat itu pun PT Tately langsung memulai pekerjaan dengan membutuhkan waktu selama empat tahun untuk mendapatkan hasil nyata.
"Waktunya memang cukup panjang untuk mengelola hasil migas ini. Namun, demikian, keterlibatan kami untuk pembangunan di daerah akan dimulai sejak potensi ini layak untuk di kelola,"katanya. (Nis/At)
TERKAIT :
Passokorang-Tately Teken MoU USD 1,58 Juta
MAMUJU -- Pengelolaan kandungan minyak dan gas (migas) di Blok Budongbudong, Kabupaten Mamuju, tidak hanya secara tunggal dikuasai Tately NV selaku pemenang tender eksploitasi sumberdaya alam tersebut.
Dalam penyediaan infrastruktur pengeboran migas, Tately membangun kerja sama dengan PT Passokorang sesuai dengan kontrak kerja atau Contrac Construction For Drilling Location KD-1 WELL Tately Budongbudong NV and PT Passokorang.
Nilai kerja sama itu mencapai USD 1.580.568 atau setara dengan Rp 14,2 miliar dengan kurs satu dollar sekira Rp 9.700. Komisaris Utama PT Passokorang, Wilianto Tanta mengatakan kerja sama yang terjalin antara perusahaannya dengan pihak Tately belum berbentuk penanaman investasi pengelolaan migas.
Melainkan kerja sama dalam penyediaan infrastrur pendukung hingga pembangunan sarana pengeboran minyak. Penandatanganan kerja sama dilakukan di Mamuju Minggu 29 Agustus lalu.
"Kami dipercaya untuk mengelola dana sebesar itu untuk pembangunan fasilitas Tately. Saya kira ini langkah maju. Karena baru kami yang menjadi perusahaan lokal pertama yang dipercaya mengelola dana sebanyak itu di Sulbar," kata Wilianto, Senin 30 Agustus 2010.
PT Passokorang sendiri sejauh ini merupakan satu-satunya perusahaan jasa konstruksi berkelas A di Sulbar. Olehnya Wilianto mengaku tidak akan menyianyiakan kesempatan langka tersebut. Sebab bukan hal mudah mendapatkan kepercayaan dari perusahaan asing bagi pengusaha lokal.
"Saya tahu ini bukan pekerjaan ringan. Tapi saya optimis menjalankan kerja sama dengan Tately secara baik. Ini juga langkah baru bagi PT Passokorang sebagai perusahaan lokal," tambah Wilianto.
Sebelumnya pekerjaan Tetely NV sempat terhambat lantaran mobilisasi alat beratnya terhambat dari pelabuhan Pantoloan Palu menuju Pasangkayu. Pemprov Sulbar melalui BUMD Sulbar bersikeras jika pengangkutan alat berat itu melalui laut yakni Pelabuhan Belangbelang di Mamuju. (nur)
Dalam penyediaan infrastruktur pengeboran migas, Tately membangun kerja sama dengan PT Passokorang sesuai dengan kontrak kerja atau Contrac Construction For Drilling Location KD-1 WELL Tately Budongbudong NV and PT Passokorang.
Nilai kerja sama itu mencapai USD 1.580.568 atau setara dengan Rp 14,2 miliar dengan kurs satu dollar sekira Rp 9.700. Komisaris Utama PT Passokorang, Wilianto Tanta mengatakan kerja sama yang terjalin antara perusahaannya dengan pihak Tately belum berbentuk penanaman investasi pengelolaan migas.
Melainkan kerja sama dalam penyediaan infrastrur pendukung hingga pembangunan sarana pengeboran minyak. Penandatanganan kerja sama dilakukan di Mamuju Minggu 29 Agustus lalu.
"Kami dipercaya untuk mengelola dana sebesar itu untuk pembangunan fasilitas Tately. Saya kira ini langkah maju. Karena baru kami yang menjadi perusahaan lokal pertama yang dipercaya mengelola dana sebanyak itu di Sulbar," kata Wilianto, Senin 30 Agustus 2010.
PT Passokorang sendiri sejauh ini merupakan satu-satunya perusahaan jasa konstruksi berkelas A di Sulbar. Olehnya Wilianto mengaku tidak akan menyianyiakan kesempatan langka tersebut. Sebab bukan hal mudah mendapatkan kepercayaan dari perusahaan asing bagi pengusaha lokal.
"Saya tahu ini bukan pekerjaan ringan. Tapi saya optimis menjalankan kerja sama dengan Tately secara baik. Ini juga langkah baru bagi PT Passokorang sebagai perusahaan lokal," tambah Wilianto.
Sebelumnya pekerjaan Tetely NV sempat terhambat lantaran mobilisasi alat beratnya terhambat dari pelabuhan Pantoloan Palu menuju Pasangkayu. Pemprov Sulbar melalui BUMD Sulbar bersikeras jika pengangkutan alat berat itu melalui laut yakni Pelabuhan Belangbelang di Mamuju. (nur)
Dua Menteri Saksikan Pengeboran Migas di Sulbar
REPUBLIKA.CO.ID,MAMUJU–Dua Menteri Negara akan menyaksikan lansung pengeboran minyak dan gas (Migas) perdana di block Budong-Budong, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, yang dikerjakan perusahaan asing PT Tately NV.
Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh, di Mamuju, Rabu, mengatakan, tahap eksplorasi migas yang dilakukan perusahaan Migas Tateli NV di blok Budong Budong Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju telah selesai dan akan dilakukan pengeboran sebagai bentuk akan dilakukannya eksploitasi Migas di blok Migas tersebut.
Ia mengatakan, pengeboran Migas perdana akan dilakukan PT Tately NV di blok Migas Budong-Budong yang memiliki luas sekitar 5.494,51 Km2, pada 16 Desember 2010. Menurut dia, pengeboran Migas di Sulbar tersebut akan dihadiri Menteri BUMN, Mustafa Abubakar dan Menteri ESDM, Darwin Zahedy Saleh.
“Dua menteri tersebut akan hadir di Sulbar untuk menghadiri dan menyaksikan langsung pengeboran Migas di Sulbar yang nantinya diharapkan akan memberikan kontribusi besar bagi ekonomi masyarakat daerah ini,” katanya.
Ia berharap pengeboran Migas di Blok Budong Budong yang dilakukan di Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara dapat menjadi awal kebangkitan perekonomian di provinsi ini dibidang pertambangan.
“Dengan dimulainya pengeboran migas block Budong-Budong ini tentu diharapkan bisa memberi dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat. Kita banyak berharap, potensi minyak pada block Budong-Budong ini dapat dikelola secara maksimal dalam mendorong pelaksanaan pembangunan di daerah untuk kepentingan rakyat,” ujarnya
Gubernur mengemukakan, potensi migas di Sulbar cukup banyak dan sebagian masih dalam tahap eksplorasi oleh beberapa perusahaan asing diantaranya di block Suremana dan block Mandar dikerjakan PT Exon Mobil Indonesia, block Pasangkayu oleh PT Marathon Indonesia.
Kemudian kata dia, potensi migas lainnya yang telah dilirik investor yakni block Kuma oleh PT Chonoco-Phillips Ina, block Karama dikerjakan PT Star Oil-Pertamina, block Karama oleh Pearl Oil, block Malunda PT Exploration and Production dan block South Mandar yang dikerjakan PT Exploration and Production.
“Potensi ini tentu sebuah harapan besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan saya yakin jika potensi ini dikelola, maka angka kemiskinan di Sulbar akan dapat dihapus,” katanya.
Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh, di Mamuju, Rabu, mengatakan, tahap eksplorasi migas yang dilakukan perusahaan Migas Tateli NV di blok Budong Budong Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju telah selesai dan akan dilakukan pengeboran sebagai bentuk akan dilakukannya eksploitasi Migas di blok Migas tersebut.
Ia mengatakan, pengeboran Migas perdana akan dilakukan PT Tately NV di blok Migas Budong-Budong yang memiliki luas sekitar 5.494,51 Km2, pada 16 Desember 2010. Menurut dia, pengeboran Migas di Sulbar tersebut akan dihadiri Menteri BUMN, Mustafa Abubakar dan Menteri ESDM, Darwin Zahedy Saleh.
“Dua menteri tersebut akan hadir di Sulbar untuk menghadiri dan menyaksikan langsung pengeboran Migas di Sulbar yang nantinya diharapkan akan memberikan kontribusi besar bagi ekonomi masyarakat daerah ini,” katanya.
Ia berharap pengeboran Migas di Blok Budong Budong yang dilakukan di Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara dapat menjadi awal kebangkitan perekonomian di provinsi ini dibidang pertambangan.
“Dengan dimulainya pengeboran migas block Budong-Budong ini tentu diharapkan bisa memberi dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat. Kita banyak berharap, potensi minyak pada block Budong-Budong ini dapat dikelola secara maksimal dalam mendorong pelaksanaan pembangunan di daerah untuk kepentingan rakyat,” ujarnya
Gubernur mengemukakan, potensi migas di Sulbar cukup banyak dan sebagian masih dalam tahap eksplorasi oleh beberapa perusahaan asing diantaranya di block Suremana dan block Mandar dikerjakan PT Exon Mobil Indonesia, block Pasangkayu oleh PT Marathon Indonesia.
Kemudian kata dia, potensi migas lainnya yang telah dilirik investor yakni block Kuma oleh PT Chonoco-Phillips Ina, block Karama dikerjakan PT Star Oil-Pertamina, block Karama oleh Pearl Oil, block Malunda PT Exploration and Production dan block South Mandar yang dikerjakan PT Exploration and Production.
“Potensi ini tentu sebuah harapan besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan saya yakin jika potensi ini dikelola, maka angka kemiskinan di Sulbar akan dapat dihapus,” katanya.
Sembilan Blok Migas Sulbar, Mampu Serap 10 Ribu Pekerja
MAMUJU -- Sumber daya alam Provinsi Sulawesi Barat cukup potensial untuk membawa provinsi termuda ini dari keterbelakangan dengan banyak mengandung ladang minyak dan gas. Setidaknya, dari wilayah daratan dan perairannya sudah terdapat sembilan blok minyak dan gas (migas) yang sedang di eksplorasi.
Dengan kekayaan alam migas ini, harap Asisten Sekretaris Daerah Provinsi Sulbar, AKhsan Djalaluddin, Jumat 15 Oktober beberapa jam lalu, kegiatan eksplorasi tambang migas tersebut bisa meraup paling tidak sekitar 10 ribu pekerja.
Dari sembilan blok migas, lanjutnya, lima blok saja yang beroperasi sudah mampu mempercepat perkembangan ekonomi rakyat Sulbar. Sejauh ini, sudah ada beberapa investor asing yang telah melakukan eksplorasi, misalnya PT Marathon International Petroleum Indonesia Limited yang telah bekerja di Pasangkayu, tepatnya di perairan lepas pantai Kabupaten Mamuju Utara (Matra) sejak 4 Agustus lalu. Selain di Pasangkayu, blok migas lain yang sementara dieksplorasi seperti di blok Suremana, Budong-Budong dan lainnya," tandasnya. (sms)
(Sumber: Fajar)
Percepat ekplorasi migas Blok Budong-budong
29 Jun 2010
Bisnis Indonesia Industri
OLEH RUDI ARIFFIANTO
JAKARTA BP Migas meminta Tately NV segera menyelesaikan persoalan mobilisasi alat pengeboran yang akan digunakan untuk kegiatan eksplorasi di Blok Budong-budong, Mamuju Utara, Sulawesi Barat yang hingga kini belum tuntas. Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Agus Suryono mengatakan kegiatan pengeboran dua sumur eksplorasi yang menjadi komitmen Tately bersama mitranya, Harvest Natural Resources Inc seharusnya sudah bisa dilakukan paling lambat tahun ini.
Hal itu merupakan bagian dari komitmen kegiatan eksplorasi 3 tahun pertama sesuai dengan kontrak Januari 2007. Namun, Agus mengakui terdapat persoalan yang harus segera diselesaikan kedua kontraktor terkait dengan mobilisasi perangkat pengeboran yang akan digunakan.
Menurut dia, investor dan Pemprov Sulbar memiliki perbedaan pendekatan untuk memobilisasi alat berat berupa rig pengeboran, yang kini masih tertahan di Pelabuhan Pantoloan, Palu. Perusahaan kontraktor pengeboran yang ditunjuk Tately berkeinginan memobilisasi alat lewat darat. Akan tetapi, yang menjadi perhatian Pemprov Sulbar adalah kondisi jalan dari Palu ke Mamuju Utara. "Ada keterbatasan load badan jalan maupun jembatan," katanya pekan lalu.
Agus mengatakan karena kekhawatiran terjadinya kerusakan badan jalan dan jembatan, Pemprov Sulbar menyarankan mobilisasi alat dilakukan melalui laut ke Pelabuhan Belang-belang, Mamuju, yang lebih dekat dengan lokasi pengeboran. Hanya saja, katanya, investor beralasan opsi mobilisasi darat ditempuh karena Pelabuhan Belang-belang dinilai belum siap.
"Tetapi Gubernur Sulbar menyatakan kalau pelabuhan itu sudah siap, baik untuk sandar maupun untuk unloading. Kami berpegang pada penjelasan Gubernur tersebut," katanya. BP Migas, tuturnya, ingin agar persoalan tersebut segera selesai karena menyangkut target waktu eksplorasi. Dia menjelaskan kecepatan pelaksanaan eksplorasi itu menjadi tanggung jawab Ta-telu selaku operator Blok Budong-budong.
"BP Migas sudah sampaikan bahwa ini tanggung jawab Tately karena apabila target waktu tidak tercapai, ada sanksi untuk perusahaan itu," katanya. Kontrak Blok Budong-budong yang terletak di perbatasan Mamuju Utara (Matra) dan Mamuju itu ditandatangani pada awal Januari 2007 dengan kontraktor awal, yaitu perusahaan asal Malaysia Tately bermitra dengan TGS Nopec dan Gema Tera. Tately NV bertindak selaku operator selama masa eksplorasi.
Entitas terkait
PT Tately Temukan Titik Migas di Tommo
Kamis, 23 Desember 2010
Mamuju (ANTARA News) - PT Tately kembali menemukan satu titik potensi minyak dan gas di Kecamatan Tommo, sekitar 100 kilometer dari Kota Mamuju, Sulawesi Barat.
General Manager PT Tately, Sean Guest di Mamuju, Kamis, mengatakan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya sejak beberapa bulan terakhir ditemukan ada titik migas baru di daerah Tommo.
"Potensi migas di perut bumi Sulbar sangat melimpah. Saat ini kami mengincar titik migas baru di wilayah Tommo," kata Sean yang saat ini sedang melakukan tahap eksplorasi migas pada blok Budong-Budong desa Saptanajaya Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara.
Ia mengatakan, perusahaan ini sedang konsentrasi mengelola tambang migas di beberapa negara termasuk di Indonesia dan berharap pelaksanaan tahap eksplorasi pada blok Budong-Budung ini bisa menemukan migas.
"Kami sementara mencari minyak di blok Budong-Budong yang diharapkan ada cadangan migas potensial yang bisa kita dapatkan di daerah ini," jelasnya.
Perusahaan ini belum mengelola potensi migas di Tommo sebelum ada hasil nyata pada blok yang saat ini dalam tahap eksplorasi.
Sejak dilakukan peresmian pengeboran perdana migas oleh Kementerian ESDM, kata dia, pihaknya terus melakukan pencarian potensi migas selama 40 hari.
"Hasil pengeboran lalu akan diteliti di BP Migas di Jakarta apakah layak dikelola atau tidak," ungkapnya.
Tately Utamakan Keselamatan Kerja
Jumat, 17 Desember 2010
Mamuju (ANTARA News) - Perusahaan asing PT Tately yang melakukan eksplorasi minyak dan gas (Migas) pada block Budong-Budong di desa Saptanajaya, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, berjanji akan mengutamakan keselamatan bagi pekerjanya.
General Manager PT Tately, Sean Guest, di Mamuju, Jumat, mengatakan, pihaknya selaku perusahaan yang melakukan tahap eksplorasi migas dengan mempekerjakan sebanyak 240 orang secara bertahap akan mengedepankan keselamatan kerja.
"Persoalan keselamatan kerja akan menjadi perhatian utama PT Tately selama melakukan tahap percobaan pencarian titik minyak," ujarnya.
Dia mengatakan, jumlah tenaga kerja pada tahap awal menggunakan tenaga kerja luar dan sebahagian tenaga kerja lokal sebagai bentuk kontribusi Tately untuk mengurangi jumlah pengangguran di provinsi terbungsu ini.
Sean menjelaskan, pihaknya turut prihatin atas meninggalnya dua orang pekerjanya akibat kecelakaan lalulintas saat mengangkut material pengeboran migas beberapa pekan lalu.
"Semoga musibah yang menewaskan dua orang pekerja tersebut merupakan yang terakhir kalinya. Kita harap, para pekerja yang ada untuk meningkatkan kehati-hatian untuk menghindari kemungkinan adanya kecelakaan lalu lintas," jelasnya.
Ia mengemukakan, dirinya bukan yang pertama kalinya melaksanakan pengoboran migas, namun beberapa negara lain sebelumnya telah dilakukan hal yang sama seperti di negara Australia, Malaysia dan Afrika.
"Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau besar mulai dari Pulau Sumatera hingga Papua yang memiliki banyak potensi migas. Kami harapkan, pengeboran ini bisa ditemukan minyak bumi untuk kepentingan bersama, khususnya masyarakat yang ada di Mamuju Utara," ungkap Sean.
Dia juga mengemukakan, peristiwa ini suatu hal yang bersejarah yang diharapkan pada pengeboran di Block Budong-Budong ini bisa ditemukan migas yang nantinya membutuhkan selama empat tahun.
"Jika kami berhasil menemukan migas, maka saat itu pun Tately mulai bekerja secara normal dan akan lebih memperhatikan potensi daerah sesuai dengan kemanpuannya," ucap dia.
Sean menambahkan, kami meminta dukungan semua masyarakat agar apa yang diharapkan bisa terwujudkan untuk memenuhi kebutuhan produksi minyak untuk kepentingan ketersediaan minyak. (T.KR-ACO/F003)
COPYRIGHT © 2010
Mamuju (ANTARA News) - Perusahaan asing PT Tately yang melakukan eksplorasi minyak dan gas (Migas) pada block Budong-Budong di desa Saptanajaya, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, berjanji akan mengutamakan keselamatan bagi pekerjanya.
General Manager PT Tately, Sean Guest, di Mamuju, Jumat, mengatakan, pihaknya selaku perusahaan yang melakukan tahap eksplorasi migas dengan mempekerjakan sebanyak 240 orang secara bertahap akan mengedepankan keselamatan kerja.
"Persoalan keselamatan kerja akan menjadi perhatian utama PT Tately selama melakukan tahap percobaan pencarian titik minyak," ujarnya.
Dia mengatakan, jumlah tenaga kerja pada tahap awal menggunakan tenaga kerja luar dan sebahagian tenaga kerja lokal sebagai bentuk kontribusi Tately untuk mengurangi jumlah pengangguran di provinsi terbungsu ini.
Sean menjelaskan, pihaknya turut prihatin atas meninggalnya dua orang pekerjanya akibat kecelakaan lalulintas saat mengangkut material pengeboran migas beberapa pekan lalu.
"Semoga musibah yang menewaskan dua orang pekerja tersebut merupakan yang terakhir kalinya. Kita harap, para pekerja yang ada untuk meningkatkan kehati-hatian untuk menghindari kemungkinan adanya kecelakaan lalu lintas," jelasnya.
Ia mengemukakan, dirinya bukan yang pertama kalinya melaksanakan pengoboran migas, namun beberapa negara lain sebelumnya telah dilakukan hal yang sama seperti di negara Australia, Malaysia dan Afrika.
"Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau besar mulai dari Pulau Sumatera hingga Papua yang memiliki banyak potensi migas. Kami harapkan, pengeboran ini bisa ditemukan minyak bumi untuk kepentingan bersama, khususnya masyarakat yang ada di Mamuju Utara," ungkap Sean.
Dia juga mengemukakan, peristiwa ini suatu hal yang bersejarah yang diharapkan pada pengeboran di Block Budong-Budong ini bisa ditemukan migas yang nantinya membutuhkan selama empat tahun.
"Jika kami berhasil menemukan migas, maka saat itu pun Tately mulai bekerja secara normal dan akan lebih memperhatikan potensi daerah sesuai dengan kemanpuannya," ucap dia.
Sean menambahkan, kami meminta dukungan semua masyarakat agar apa yang diharapkan bisa terwujudkan untuk memenuhi kebutuhan produksi minyak untuk kepentingan ketersediaan minyak. (T.KR-ACO/F003)
COPYRIGHT © 2010
Penopang Perekonomian Nasional Masa Depan
Kamis, 23 Desember 2010
Julukan “Brunei”-nya Indonesia bisa jadi kelak menjadi milik Sulawesi Barat dengan sembilan blok migas yang dimilikinya. Bahkan blok-blok ini pula-lah yang digadanggadang akan menjadi penopang perekonomian nasional di masa depan. Tidak salah rasanya jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah menitipkan Sulawesi Barat dengan sangat pada Gubernur Anwar Adnan Saleh saat Gubernur pertama Sulbar ini dilantik.
Daerah hasil pemekaran dari Sulawesi Selatan ini memang memiliki potensi sumber daya alam migas yang luar biasa. Dari sembilan titik, delapan diantaranya berada di lepas pantai dan satu di darat. Di antaranya, blok Budong-budong di Desa Bulu Mario, Kecamatan Sarudu, Mamuju Utara yang baru 16 Desember lalu dilakukan pengeboran pertama oleh perusahaan asing PT Tately N.VTGSNovec Gema.
“Di Budong-budong inilah satusatunya yang ada di darat,” terang Adnan. Potensi Migas di Sulawesi ini memang telah ditenderkan secara internasional. Hasilnya, sederet perusahaan asing seperti PT Exxon Mobil Indonesia untuk blok Suremana dan blok Mandar. Selain itu tampil juga sebagai pemenang tender, PT Marathon Indonesia untuk blok Pasangkayu.
Lalu PT Conoco Philips Ina untuk blok Kuma, PT Star Oil-Pertamina untuk blok Karama, Pearl Oil, blok Malunda dan South Mandar oleh PT Exploration and Production. “Semua investor adalah perusahaan migas kelas dunia yang memang memenangkan tender internasional,” terang Adnan. Adnan mengaku hingga detik ini belum berani menyatakan bahwa di kesembilan blok tersebut terdapat minyak dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi.
Sebab saat ini masih dalam tahap eksplorasi tahap pertama. “Namun saya yakin perhitungan mereka matang, sebab untuk satu kali pengeboran saja membutuhkan investasi sebesar satu juta dollar AS per hari, hitung saja jika dua bulan,” ujar Adnan. Bahkan Adnan menuturkan, jika PT Marathon Indonesia sebagai perusahaan minyak terbesar di Amerika Serikat mengaku telah mencari blok migas di seluruh Asia.
Dan pencarian itu baru ditemukan di Sulbar. “Itu komentar mereka kepada dia, ” ungkapnya. Sulbar yang merasa kedatangan “tamu” ini kemudian tetap berhitung. Sebuah MoU pun menurut Adnan telah dibuat terkait dengan rencana penambangan ke depan dan kontribusinya untuk daerah dan masyarakatnya. “Kita telah membuat Mou,” paparnya.
Terdapat kesepakatan, di antaranya perusahaan asing tersebut tidak boleh mengambil tenaga kasar dari luar. “Harus memanfaatkan SDM lokal, kecuali tenaga ahli,” imbuhnya. Ke depannya, perusahaan juga harus mau mendidik SDM lokal untuk menjadi pintar di bidang penambangan minyak.
Ketiga, paling tidak 25 persen dari hasil eksplorasi harus diolah di Sulbar. “Dan mudah-mudahan provinsi ini memiliki hak kepemilikan sebesar 10 persen dari total keseluruhannya,” pungkas Adnan.
cit/L-1
Pengeboran Minyak di Daratan Sulbar Akan Dimulai
21/01/2010
Mamuju, Tribun - Setelah tahun 2009 lalu, tiga blok minyak yang berada di lautan telah dibor untuk eksplorasi, maka pada awal tahun 2010 ini, akan dilakukan pengeboran eksplorasi minyak di wilayah daratan di perbatasan Mamuju Utara (Matra) dan Mamuju.
Blok di darat ini bernama Blok Budong-budong yang memiliki luas areal 5.494,51 km2. Perusahaan minyak yang akan melakukan pengeboran di blok ini adalah Tately NV bersama TGS Nope C dan Gema Tera.
Menurut Kepala Dinas Pertambangan dan Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulbar, Agussalim Tamadjoe, Rabu (13/1), mulai Jumat (15/1), peralatan untuk mengebor sudah masuk ke wilayah Blok Budong-budong.
Lokasi pengeboran adalah di Dusun Saptana Jaya, Desa Sarudu, Kecamatan Sarudu, Matra. “Jalan perintis sekarang sedang dikerjakan, pelabuhan juga sementara dibangun,” kata Agus.
Agus menambahkan, tahapan pengeboran eksplorasi ini adalah tahapan untuk membuktikan ada tidaknya minyak pada titik yang diduga mengandung minyak.
“Pengeboran ini adalah untuk pembuktian atau pendugaan adanya minyak, makanya dinamakan sumur judi. Bayangkan berapa ribu dolar yang dihabiskan untuk tiap meter. Jadi, ibaratnya berjudi dengan mengeluarkan uang yang banyak,” jelas Agus.
Pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah provinsi akan mendapatkan 20 persen bagi hasil. Ketentuan pembagiannya diatur oleh dirjen minyak dan gas bumi sesuai dengan aturan dalam undang-undang migas.
Selain itu, pemerintah daerah juga diberikan peluang sebesar 10 persen untuk menyertakan modal di dalam usaha minyak jika sumur minyak telah ditemukan.
“Tergantung pemda apakah mau terlibat langsung dalam usaha atau memberikan kepada pihak ketiga kewenangannya itu. Tapi, secara umum, semuanya diatur oleh pemerintah pusat. Nanti pusat yang bagi-bagi ke daerah penghasil minyak,” tambah Agus.(rus)
Blok Mandar Bisa Dieksploitasi
DI antara tiga blok minyak di lautan yang telah dibor eksplorasi pada tahun 2009 lalu, Blok Mandar yang berada di wilayah Majene dan Polman yang berpeluang untuk tahap lebih lanjut yaitu eksploitasi.
“Informasi yang kami dapatkan Blok Mandar yang sudah bisa dieksploitasi. Tapi, kewenangan untuk mengumumkan hal ini adalah pemerintah pusat yaitu dirjen minyak dan gas bumi. Sedangkan pelaksananya adalah BP Migas,” kata Agus.
Blok lain yang telah dibor eksplorasi pada tahun 2009 adalah Blok Pasangkayu yang dikerjakan oleh Marathon International dan Blok Surumana yang dikerjakan oleh Exxon Mobil. Blok Mandar juga dikerjakan oleh Exxon Mobil.(rus)
Blok minyak di Sulbar:
1. Blok Surumana (5.339,63 km2) di Mamuju Utara, dikerjakan oleh Exxon Mobil
2. Blok Pasangkayu (4.707,63 km2) di Mamuju Utara, dikerjakan oleh Marathon International
3. Blok Kuma (5.086,10 km2) di Mamuju Utara dan Mamuju, dikerjakan oleh Conoco Philips
4. Blok Budong-budong (5.494,51 km2) di Mamuju Utara dan Mamuju, dikerjakan oleh Tately NV, TGS Nove C, Gema Tera
5. Blok Karama (4.287 ,37 km2) di Mamuju, dikerjakan oleh State Oil SA
6. Blok Malunda (5.148,68 km2) di Mamuju dan Majene, dikerjakan oleh PTTEP & P Thailand
7. Blok Karana (5.389,68 km2) di Majene, dikerjakan oleh Pearl Oil
8. Blok Mandar (4.196,25 km2) di Majene dan Polman, dikerjakan oleh Exxon Mobil
9. Blok Mandar Selatan (3.882 km2) di Polman, dikerjakan oleh PTTEP & P Thailand
Dana CSR dari Migas Sulbar Harus Dimaksimalkan
Mamuju (ANTARA) - Dana Corparate Social Responsibility (CSR) dari eksploitasi minyak dan gas yang dilakukan sejumlah perusahaan yang ada di Provinsi Sulawesi Barat harus dimaksimalkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Provinsi Sulawesi Barat, Asri Anas, di Mamuju, Minggu (2/1), mengatakan, pemerintah di daerah harus fokus memperjuangkan dana CSR dari perusahaan migas yang sementara ini melakukan eksplorasi dan eksploitasi migas di Sulbar.
Ia mengatakan, pemerintah di daerah harus mendesak perusahaan migas yang melakukan eksploitasi migas di Sulbar, karena itu sudah diatur dalam Undang Undang (UU) Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Menurut dia, pemerintah di daerah berkewajiban mendesak perusahaan migas untuk memberikan perhatian kepada masyarakat dengan memberikan dana CSR karena dana CSR itu adalah bentuk pemberdayaan masyarakat.
"Kekayaan alam kita sudah dikelola perusahaan migas, sehingga perusahaan migas itu berkewajiban memberikan dana CSR," katanya.
Namun, kata dia, ketika perusahaan migas tidak memberikan dana CSR maka itu berarti perusahaan migas tidak memberikan keuntungan terhadap daerah dan keberadaannya patut dievaluasi pemerintah daerah.
"DPD RI akan memantau dari jauh eksplorasi dan eksploitasi migas di Sulbar dan juga akan meminta kepada perusahaan migas memberikan dana CSR kepada masyarakat sebagai bentuk pemberdayaan, demi kesejahteraan masyarakat," katanya.
Menurut dia, terdapat sejumlah perusahaan migas di Sulbar yang sedang melakukan eksplorasi dan eksploitasi migas di antaranya di blok Suremana dan blok Mandar dikerjakan PT Exon Mobil Indonesia, blok Pasangkayu oleh PT Marathon Indonesia.
Kemudian, kata dia, potensi migas lainnya yang telah dilirik investor yakni block Kuma oleh PT Chonoco-Phillips Ina, blok Karama dikerjakan PT Star Oil-Pertamina, blok Karama oleh Pearl Oil, blok Malunda PT Exploration and Production dan blok South Mandar yang dikerjakan PT Exploration and Production.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Provinsi Sulawesi Barat, Asri Anas, di Mamuju, Minggu (2/1), mengatakan, pemerintah di daerah harus fokus memperjuangkan dana CSR dari perusahaan migas yang sementara ini melakukan eksplorasi dan eksploitasi migas di Sulbar.
Ia mengatakan, pemerintah di daerah harus mendesak perusahaan migas yang melakukan eksploitasi migas di Sulbar, karena itu sudah diatur dalam Undang Undang (UU) Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Menurut dia, pemerintah di daerah berkewajiban mendesak perusahaan migas untuk memberikan perhatian kepada masyarakat dengan memberikan dana CSR karena dana CSR itu adalah bentuk pemberdayaan masyarakat.
"Kekayaan alam kita sudah dikelola perusahaan migas, sehingga perusahaan migas itu berkewajiban memberikan dana CSR," katanya.
Namun, kata dia, ketika perusahaan migas tidak memberikan dana CSR maka itu berarti perusahaan migas tidak memberikan keuntungan terhadap daerah dan keberadaannya patut dievaluasi pemerintah daerah.
"DPD RI akan memantau dari jauh eksplorasi dan eksploitasi migas di Sulbar dan juga akan meminta kepada perusahaan migas memberikan dana CSR kepada masyarakat sebagai bentuk pemberdayaan, demi kesejahteraan masyarakat," katanya.
Menurut dia, terdapat sejumlah perusahaan migas di Sulbar yang sedang melakukan eksplorasi dan eksploitasi migas di antaranya di blok Suremana dan blok Mandar dikerjakan PT Exon Mobil Indonesia, blok Pasangkayu oleh PT Marathon Indonesia.
Kemudian, kata dia, potensi migas lainnya yang telah dilirik investor yakni block Kuma oleh PT Chonoco-Phillips Ina, blok Karama dikerjakan PT Star Oil-Pertamina, blok Karama oleh Pearl Oil, blok Malunda PT Exploration and Production dan blok South Mandar yang dikerjakan PT Exploration and Production.
Kemiskinan dan Mimpi Calon Provinsi Kaya
Suhartono dan Reny Sri Ayu
Ba’du (40), warga Dusun Mampie, Desa Galeso, Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, seperti tak punya harapan hidup. Masa depannya bersama keluarganya sungguh-sungguh kelam. Jangankan punya uang, rumah pun ia tidak lagi miliki.
Ayah dua anak tanpa pekerjaan tetap itu kini menumpang di rumah panggung milik tetangganya yang sudah amat reyot. Akibat abrasi air laut, rumah dan pekarangan warisan orangtuanya, yang menjadi satu-satunya harta kekayaannya, lenyap tak berbekas sejak beberapa tahun lalu.
”Kadang-kadang ada uang, kadang-kadang tidak. Kalau ada pekerjaan (serabutan), ada orang yang meminta tolong untuk dibantu membersihkan tambak, barulah saya mendapat upah dan bisa membeli beras serta keperluan hari-hari. Akan tetapi, sering kali
tidak punya uang sama sekali,” tuturnya ditemani istrinya, Asminah. Mereka tinggal di kawasan Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut Lampoko Mampie yang kini masih menjadi persoalan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar).
Ba’du memang tidak sendirian. Di pinggir kota Pasangkayu, ibu kota Mamuju Utara, kabupaten yang berjarak sekitar 350 kilometer dari Mamuju, ada Naomi (43), petani asal Tana Toraja yang merantau beberapa tahun lalu. Bersama suaminya yang juga petani miskin, ia juga tidak memiliki rumah sendiri. Mereka menumpang di rumah pemilik tambak yang sawahnya diizinkan untuk digarap.
Semut mati di gula
Dari hasil bersawah yang hanya dua petak kecil itu, Naomi hanya mendapatkan padi paling banyak belasan kilogram. Sebagian padinya ditumbuk dan dijual untuk mendapatkan uang keperluan sehari-hari. Ada kalanya jika pohon kelapa berbuah, dijualnya ke pasar untuk membeli lauk-pauk, seperti ikan asin. Kadang kala ia mendapat upah dari pemilik tambak.
Di wilayah Provinsi Sulbar yang dijuluki Bupati Mamuju Utara Abdullah Rasyid dan kalangan pejabat daerah di Provinsi Sulbar sebagai calon daerah yang kaya raya akan minyak dan gas, seperti Brunei—karena memiliki sembilan blok migas yang potensi migasnya akan menghasilkan puluhan triliun rupiah—nasib Ba’du dan Naomi sungguh ironis. Ibarat semut mati di tumpukan gula.
Kekayaan Sulbar sebenarnya tak hanya migas, tetapi juga sumber daya alam (SDA), seperti perkebunan. Di darat, Sulbar kaya akan potensi perkebunan, seperti sawit yang ada di Mamuju Utara dan Mamuju. Kakao ada di semua kabupaten. Kopi dan cengkeh melimpah dari wilayah pegunungan. Di laut, Sulbar memiliki potensi ikan di sepanjang 680 kilometer garis pantai.
Untuk potensi minyak bumi, wilayah ini juga punya delapan blok migas di laut dan satu di darat. Semua blok migas itu sudah dilirik investor asing dan hampir semua sudah melakukan eksplorasi. Bahkan, di salah satu blok di Mamuju Utara yang izinnya dimiliki Marathon International yang berpusat di Boston, Amerika Serikat, selain eksplorasi, kegiatan pengembangan masyarakat juga sudah mulai dilakukan.
Kepala Bagian Humas Kabupaten Mamuju Utara Sayidiman Marto mengatakan, hampir pasti investor asing yang sudah mendapat izin eksplorasi di lima blok migas di wilayahnya akan melanjutkan dengan kegiatan eksploitasi.
”Untuk satu investor saja, seperti Marathon International, tenaga kerja yang dibutuhkan mencapai 8.000 orang. Pemerintah Kabupaten Mamuju Utara minta kepada investor agar setidaknya 50 persen tenaga kerja yang dibutuhkan diambil dari warga lokal,” katanya.
Rahmat Hasanuddin, inisiator pembentukan provinsi itu, membeberkan, provinsinya memang kaya SDA. ”Namun, kekayaan itu harus dikelola secara hati-hati, terutama yang menyangkut blok migas. Saya melihat peluang ini dengan dihantui oleh ancaman untuk bernasib sama dengan Riau yang sebagian rakyatnya miskin di tengah-tengah produksi minyak,” lanjutnya.
Tampaknya nasib Ba’du dan Naomi tidak berbanding lurus dengan indikator ekonomi Sulbar versi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulbar yang mengukur pertumbuhan ekonomi provinsi baru itu naik di atas rata-rata nasional, yaitu mencapai 8,7 persen pada tahun lalu. Pertumbuhan ekonomi Mamuju Utara, tempat tinggal Naomi, mencapai 7,57 persen atau pertumbuhan ekonomi di Polewali Mandar, tempat Ba’du, berada mencapai 7,65 persen.
Angka-angka yang cukup fantastis bagi sebuah daerah otonomi baru itu dengan realitas Ba’du dan Naomi sungguh tak masuk akal. Namun, bisa dimaklumi, jika angka-angka asumsi makro seperti itu, memang bisa mengecoh keadaan sebenarnya.
Dari jumlah penduduk Sulbar yang kini mencapai 1,032 juta jiwa, BPS Provinsi Sulbar mencatat, jumlah kemiskinan pada tahun 2006 mencapai 20,7 persen. Berdasarkan pengukuran pada tahun 2008, jumlah penduduk miskin masih tercatat 15,3 persen atau turun dari sebelumnya 20,7 persen pada tahun 2006. Potret kemiskinan di Sulbar di antaranya masyarakat nelayan, petani penggarap atau pemilik lahan yang luasnya di bawah 1 hektar, buruh, dan tukang becak.
Menurut Naharuddin, anggota DPRD Sulbar dari Partai Barnas, yang pernah menjadi Sekretaris Komite Aksi Pembentukan Pemekaran Provinsi Sulbar, pertumbuhan ekonomi yang fantastis itu dinilainya berlebihan. Selain meragukan angka-angka penunjuk keberhasilan itu, Naharuddin juga khawatir indikator itu dapat dimanfaatkan secara politis untuk jargon keberhasilan pembangunan serta keberhasilan dan kesuksesan pejabat daerah.
Hal yang sama diakui anggota DPRD Mamuju dari Partai Buruh, Kalvin Palebangi Kalembo. ”Pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu hanyalah pertumbuhan ekonomi yang semu dan hanya untuk menyenangkan kepala daerah. Realitasnya tidak seperti itu,” ujar Kalvin.
Diakui Naharuddin, penduduk Sulbar sebagian kecil adalah petani kakao dan sawit serta sebagian besar nelayan. Dalam pertumbuhan ekonomi, salah satu tolok ukur adalah produk domestik regional bruto (PDRB). Sawit dan kakao memberikan kontribusi cukup besar untuk meningkatkan PDRB. ”Persoalannya, lahan-lahan sawit yang besar hanya dimiliki pemilik modal dan jumlahnya juga tidak banyak. Celakanya, pada sektor perkebunan sawit, kebanyakan petani hanyalah buruh,” kata Naharuddin.
Nasib petani kakao juga hampir sama dengan petani sawit. Dengan kepemilikan lahan yang sempit, usia tanaman di atas hingga 20 tahun serta penyakit kakao seperti hama penggerek buah dan penggerek batang yang menggerogoti tanaman selama berpuluh tahun, tak banyak yang sejahtera dari hasil kakao. ”Harapan petani sekarang ini diletakkan pada gerakan nasional kakao yang memprogramkan penggantian tanaman lama ke baru,” lanjutnya.
Korupsi merajalela
Menurut Kalvin, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Mamuju dan kabupaten lainnya diakui masih kecil, kurang dari Rp 500 miliar. Hal itu juga terlihat dari volume Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)-nya. Namun, pemerintah pusat telah menggelontorkan tambahan melalui dana perimbangan daerah yang disebut dana alokasi umum, dana bagi hasil, serta dana alokasi khusus.
”Dari dana-dana tersebut, apanya yang kurang? Yang kurang itu hanya karena kebijakan pembangunan dan penggunaan di daerah serta dananya lebih banyak dialokasikan untuk pelayanan birokrasi dan pembangunan gedung perkantoran. Sedangkan untuk pemenuhan infrastruktur dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan perekonomian rakyat kecil, masih sangat jauh,” ujarnya.
Seorang aktivis pemuda yang ditemui Kompas memberikan informasi bahwa kemiskinan di Provinsi Sulbar disebabkan merajalelanya korupsi di berbagai tingkatan dan kedinasan. Muhammad Hatta Kainang, pengacara LBH Sulbar, mengakui adanya praktik korupsi di lingkungan aparatur. ”Laporan BPK 2005-2006 memang membenarkan adanya kelemahan dalam pengelolaan keuangan di Provinsi Sulbar. Sejauh ini, laporan itu memang belum ditindaklanjuti,” ujarnya.
”Korupsi jelas ada dan marak di Sulbar sejak provinsi ini baru mekar. Saya sebagai penggagas dan memimpin perjuangan pemekaran merasa berdosa tidak memantau perjalanan pemerintahan itu sejak awal,” keluh Rahmat Hasanuddin. Cara mengatasi korupsi di Sulbar, ujarnya, adalah dengan jalan mendorong keterbukaan dan transparansi pemerintahan dan pengelolaan pembangunan serta membuka ruang kritik.
Oleh karena itu, penggarapan semua potensi yang dimiliki Sulbar sekaligus menjalankan pemerintahan yang bersih dipercaya akan memberikan harapan yang lebih besar bagi kesejahteraan rakyat.
Ba’du (40), warga Dusun Mampie, Desa Galeso, Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, seperti tak punya harapan hidup. Masa depannya bersama keluarganya sungguh-sungguh kelam. Jangankan punya uang, rumah pun ia tidak lagi miliki.
Ayah dua anak tanpa pekerjaan tetap itu kini menumpang di rumah panggung milik tetangganya yang sudah amat reyot. Akibat abrasi air laut, rumah dan pekarangan warisan orangtuanya, yang menjadi satu-satunya harta kekayaannya, lenyap tak berbekas sejak beberapa tahun lalu.
”Kadang-kadang ada uang, kadang-kadang tidak. Kalau ada pekerjaan (serabutan), ada orang yang meminta tolong untuk dibantu membersihkan tambak, barulah saya mendapat upah dan bisa membeli beras serta keperluan hari-hari. Akan tetapi, sering kali
tidak punya uang sama sekali,” tuturnya ditemani istrinya, Asminah. Mereka tinggal di kawasan Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut Lampoko Mampie yang kini masih menjadi persoalan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar).
Ba’du memang tidak sendirian. Di pinggir kota Pasangkayu, ibu kota Mamuju Utara, kabupaten yang berjarak sekitar 350 kilometer dari Mamuju, ada Naomi (43), petani asal Tana Toraja yang merantau beberapa tahun lalu. Bersama suaminya yang juga petani miskin, ia juga tidak memiliki rumah sendiri. Mereka menumpang di rumah pemilik tambak yang sawahnya diizinkan untuk digarap.
Semut mati di gula
Dari hasil bersawah yang hanya dua petak kecil itu, Naomi hanya mendapatkan padi paling banyak belasan kilogram. Sebagian padinya ditumbuk dan dijual untuk mendapatkan uang keperluan sehari-hari. Ada kalanya jika pohon kelapa berbuah, dijualnya ke pasar untuk membeli lauk-pauk, seperti ikan asin. Kadang kala ia mendapat upah dari pemilik tambak.
Di wilayah Provinsi Sulbar yang dijuluki Bupati Mamuju Utara Abdullah Rasyid dan kalangan pejabat daerah di Provinsi Sulbar sebagai calon daerah yang kaya raya akan minyak dan gas, seperti Brunei—karena memiliki sembilan blok migas yang potensi migasnya akan menghasilkan puluhan triliun rupiah—nasib Ba’du dan Naomi sungguh ironis. Ibarat semut mati di tumpukan gula.
Kekayaan Sulbar sebenarnya tak hanya migas, tetapi juga sumber daya alam (SDA), seperti perkebunan. Di darat, Sulbar kaya akan potensi perkebunan, seperti sawit yang ada di Mamuju Utara dan Mamuju. Kakao ada di semua kabupaten. Kopi dan cengkeh melimpah dari wilayah pegunungan. Di laut, Sulbar memiliki potensi ikan di sepanjang 680 kilometer garis pantai.
Untuk potensi minyak bumi, wilayah ini juga punya delapan blok migas di laut dan satu di darat. Semua blok migas itu sudah dilirik investor asing dan hampir semua sudah melakukan eksplorasi. Bahkan, di salah satu blok di Mamuju Utara yang izinnya dimiliki Marathon International yang berpusat di Boston, Amerika Serikat, selain eksplorasi, kegiatan pengembangan masyarakat juga sudah mulai dilakukan.
Kepala Bagian Humas Kabupaten Mamuju Utara Sayidiman Marto mengatakan, hampir pasti investor asing yang sudah mendapat izin eksplorasi di lima blok migas di wilayahnya akan melanjutkan dengan kegiatan eksploitasi.
”Untuk satu investor saja, seperti Marathon International, tenaga kerja yang dibutuhkan mencapai 8.000 orang. Pemerintah Kabupaten Mamuju Utara minta kepada investor agar setidaknya 50 persen tenaga kerja yang dibutuhkan diambil dari warga lokal,” katanya.
Rahmat Hasanuddin, inisiator pembentukan provinsi itu, membeberkan, provinsinya memang kaya SDA. ”Namun, kekayaan itu harus dikelola secara hati-hati, terutama yang menyangkut blok migas. Saya melihat peluang ini dengan dihantui oleh ancaman untuk bernasib sama dengan Riau yang sebagian rakyatnya miskin di tengah-tengah produksi minyak,” lanjutnya.
Tampaknya nasib Ba’du dan Naomi tidak berbanding lurus dengan indikator ekonomi Sulbar versi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulbar yang mengukur pertumbuhan ekonomi provinsi baru itu naik di atas rata-rata nasional, yaitu mencapai 8,7 persen pada tahun lalu. Pertumbuhan ekonomi Mamuju Utara, tempat tinggal Naomi, mencapai 7,57 persen atau pertumbuhan ekonomi di Polewali Mandar, tempat Ba’du, berada mencapai 7,65 persen.
Angka-angka yang cukup fantastis bagi sebuah daerah otonomi baru itu dengan realitas Ba’du dan Naomi sungguh tak masuk akal. Namun, bisa dimaklumi, jika angka-angka asumsi makro seperti itu, memang bisa mengecoh keadaan sebenarnya.
Dari jumlah penduduk Sulbar yang kini mencapai 1,032 juta jiwa, BPS Provinsi Sulbar mencatat, jumlah kemiskinan pada tahun 2006 mencapai 20,7 persen. Berdasarkan pengukuran pada tahun 2008, jumlah penduduk miskin masih tercatat 15,3 persen atau turun dari sebelumnya 20,7 persen pada tahun 2006. Potret kemiskinan di Sulbar di antaranya masyarakat nelayan, petani penggarap atau pemilik lahan yang luasnya di bawah 1 hektar, buruh, dan tukang becak.
Menurut Naharuddin, anggota DPRD Sulbar dari Partai Barnas, yang pernah menjadi Sekretaris Komite Aksi Pembentukan Pemekaran Provinsi Sulbar, pertumbuhan ekonomi yang fantastis itu dinilainya berlebihan. Selain meragukan angka-angka penunjuk keberhasilan itu, Naharuddin juga khawatir indikator itu dapat dimanfaatkan secara politis untuk jargon keberhasilan pembangunan serta keberhasilan dan kesuksesan pejabat daerah.
Hal yang sama diakui anggota DPRD Mamuju dari Partai Buruh, Kalvin Palebangi Kalembo. ”Pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu hanyalah pertumbuhan ekonomi yang semu dan hanya untuk menyenangkan kepala daerah. Realitasnya tidak seperti itu,” ujar Kalvin.
Diakui Naharuddin, penduduk Sulbar sebagian kecil adalah petani kakao dan sawit serta sebagian besar nelayan. Dalam pertumbuhan ekonomi, salah satu tolok ukur adalah produk domestik regional bruto (PDRB). Sawit dan kakao memberikan kontribusi cukup besar untuk meningkatkan PDRB. ”Persoalannya, lahan-lahan sawit yang besar hanya dimiliki pemilik modal dan jumlahnya juga tidak banyak. Celakanya, pada sektor perkebunan sawit, kebanyakan petani hanyalah buruh,” kata Naharuddin.
Nasib petani kakao juga hampir sama dengan petani sawit. Dengan kepemilikan lahan yang sempit, usia tanaman di atas hingga 20 tahun serta penyakit kakao seperti hama penggerek buah dan penggerek batang yang menggerogoti tanaman selama berpuluh tahun, tak banyak yang sejahtera dari hasil kakao. ”Harapan petani sekarang ini diletakkan pada gerakan nasional kakao yang memprogramkan penggantian tanaman lama ke baru,” lanjutnya.
Korupsi merajalela
Menurut Kalvin, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Mamuju dan kabupaten lainnya diakui masih kecil, kurang dari Rp 500 miliar. Hal itu juga terlihat dari volume Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)-nya. Namun, pemerintah pusat telah menggelontorkan tambahan melalui dana perimbangan daerah yang disebut dana alokasi umum, dana bagi hasil, serta dana alokasi khusus.
”Dari dana-dana tersebut, apanya yang kurang? Yang kurang itu hanya karena kebijakan pembangunan dan penggunaan di daerah serta dananya lebih banyak dialokasikan untuk pelayanan birokrasi dan pembangunan gedung perkantoran. Sedangkan untuk pemenuhan infrastruktur dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan perekonomian rakyat kecil, masih sangat jauh,” ujarnya.
Seorang aktivis pemuda yang ditemui Kompas memberikan informasi bahwa kemiskinan di Provinsi Sulbar disebabkan merajalelanya korupsi di berbagai tingkatan dan kedinasan. Muhammad Hatta Kainang, pengacara LBH Sulbar, mengakui adanya praktik korupsi di lingkungan aparatur. ”Laporan BPK 2005-2006 memang membenarkan adanya kelemahan dalam pengelolaan keuangan di Provinsi Sulbar. Sejauh ini, laporan itu memang belum ditindaklanjuti,” ujarnya.
”Korupsi jelas ada dan marak di Sulbar sejak provinsi ini baru mekar. Saya sebagai penggagas dan memimpin perjuangan pemekaran merasa berdosa tidak memantau perjalanan pemerintahan itu sejak awal,” keluh Rahmat Hasanuddin. Cara mengatasi korupsi di Sulbar, ujarnya, adalah dengan jalan mendorong keterbukaan dan transparansi pemerintahan dan pengelolaan pembangunan serta membuka ruang kritik.
Oleh karena itu, penggarapan semua potensi yang dimiliki Sulbar sekaligus menjalankan pemerintahan yang bersih dipercaya akan memberikan harapan yang lebih besar bagi kesejahteraan rakyat.
PT Marathon Oil Gelar Jalan Santai
SENIN, 01 NOVEMBER 2010
PASANGKAYU -- PT Marathon Oil wilayah Kabupaten Mamuju Utara (Matra) menggelar jalan sehat tahun 2010 yang ketiga kalinya, Ahad 31 Oktober.
PT Marathon yang kini genap tiga tahun berada di Matra terus menjalin dan memupuk rasa kebersamaan dengan mengajak masyarakat Matra hidup lebih sehat dengan sadar lingkungan lewat kegiatan jalan sehat dengan bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Matra. PT Marathon Oil salah satu dari investor asing yang berinvestasi di Matra, tentu diharapkan memberikan warna tersendiri bagi masyarakat Matra, sehingga masyarakat pun diharapkan untuk tetap menjaga stabilitas dan keamanan serta rasa kebersamaan antar masyarakat dengan PT Marathon Oil. "Karena kunci kesuksesan ada pada masyarakat Matra. Kita berharap PT Marathon Oil terhadap masyarakat memiliki warna tersendiri," ungkap Bupati Matra, Ir H Agus Ambo Djiwa. Agus mengatakan, PT Marathon Oil telah tiga tahun berada di Matra dan sudah banyak memberikan mamfaat bagi masyarakat Matra di berbagai sektor seperti di sektor kesehatan dan lainnya. "Kami turut mendukung hadirnya PT Marathon Oil di Matra dan akan berupaya memberikan kemudahan-kemudahan. PT Marathon adalah milik kita, milik semua masyarakat, imbuhnya. Sementara jalan sehat dengan motto "Hidup lebih sehat dan sadar lingkungan" merupakan tema jalan sehat yang di gelar saat ini. Tujuannya untuk lebih memupuk rasa kebersamaan antara PT Marathon Oil dengan masyarakat. Jalan sehat tersebut diikuti sekitar ribuan warga dari berbagai profesi. Nomor peserta pun diundi karena berbagai hadiah yang sudah di siapkan panitia, seperti sepeda santai dan berbagai aneka hadiah lainnya. Demikian juga halnya, PT Marathon Oil saat ini sudah melakukan pengeboran di lepas Pantai Pasangkayu Kabupaten Matra dan ini sudah berlangsung sekitar 41 hari, sementara PT Tattely NV yang juga kini melakukan mobilisasi peralatan dari Pelabuhan Pantoloang, Palu Sulawesi Tengah ke Sarudu Kabupaten Matra lewat jalan darat yang beberapa pekan lalu sempat tertunda. (mg23/sar)
PASANGKAYU -- PT Marathon Oil wilayah Kabupaten Mamuju Utara (Matra) menggelar jalan sehat tahun 2010 yang ketiga kalinya, Ahad 31 Oktober.
PT Marathon yang kini genap tiga tahun berada di Matra terus menjalin dan memupuk rasa kebersamaan dengan mengajak masyarakat Matra hidup lebih sehat dengan sadar lingkungan lewat kegiatan jalan sehat dengan bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Matra. PT Marathon Oil salah satu dari investor asing yang berinvestasi di Matra, tentu diharapkan memberikan warna tersendiri bagi masyarakat Matra, sehingga masyarakat pun diharapkan untuk tetap menjaga stabilitas dan keamanan serta rasa kebersamaan antar masyarakat dengan PT Marathon Oil. "Karena kunci kesuksesan ada pada masyarakat Matra. Kita berharap PT Marathon Oil terhadap masyarakat memiliki warna tersendiri," ungkap Bupati Matra, Ir H Agus Ambo Djiwa. Agus mengatakan, PT Marathon Oil telah tiga tahun berada di Matra dan sudah banyak memberikan mamfaat bagi masyarakat Matra di berbagai sektor seperti di sektor kesehatan dan lainnya. "Kami turut mendukung hadirnya PT Marathon Oil di Matra dan akan berupaya memberikan kemudahan-kemudahan. PT Marathon adalah milik kita, milik semua masyarakat, imbuhnya. Sementara jalan sehat dengan motto "Hidup lebih sehat dan sadar lingkungan" merupakan tema jalan sehat yang di gelar saat ini. Tujuannya untuk lebih memupuk rasa kebersamaan antara PT Marathon Oil dengan masyarakat. Jalan sehat tersebut diikuti sekitar ribuan warga dari berbagai profesi. Nomor peserta pun diundi karena berbagai hadiah yang sudah di siapkan panitia, seperti sepeda santai dan berbagai aneka hadiah lainnya. Demikian juga halnya, PT Marathon Oil saat ini sudah melakukan pengeboran di lepas Pantai Pasangkayu Kabupaten Matra dan ini sudah berlangsung sekitar 41 hari, sementara PT Tattely NV yang juga kini melakukan mobilisasi peralatan dari Pelabuhan Pantoloang, Palu Sulawesi Tengah ke Sarudu Kabupaten Matra lewat jalan darat yang beberapa pekan lalu sempat tertunda. (mg23/sar)
Dua Menteri Saksikan Pengeboran Migas di Sulbar
REPUBLIKA.CO.ID,MAMUJU--
Dua Menteri Negara akan menyaksikan lansung pengeboran minyak dan gas (Migas) perdana di block Budong-Budong, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, yang dikerjakan perusahaan asing PT Tately NV.
Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh, di Mamuju, Rabu, mengatakan, tahap eksplorasi migas yang dilakukan perusahaan Migas Tateli NV di blok Budong Budong Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju telah selesai dan akan dilakukan pengeboran sebagai bentuk akan dilakukannya eksploitasi Migas di blok Migas tersebut.
Ia mengatakan, pengeboran Migas perdana akan dilakukan PT Tately NV di blok Migas Budong-Budong yang memiliki luas sekitar 5.494,51 Km2, pada 16 Desember 2010. Menurut dia, pengeboran Migas di Sulbar tersebut akan dihadiri Menteri BUMN, Mustafa Abubakar dan Menteri ESDM, Darwin Zahedy Saleh.
"Dua menteri tersebut akan hadir di Sulbar untuk menghadiri dan menyaksikan langsung pengeboran Migas di Sulbar yang nantinya diharapkan akan memberikan kontribusi besar bagi ekonomi masyarakat daerah ini," katanya.
Ia berharap pengeboran Migas di Blok Budong Budong yang dilakukan di Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara dapat menjadi awal kebangkitan perekonomian di provinsi ini dibidang pertambangan.
"Dengan dimulainya pengeboran migas block Budong-Budong ini tentu diharapkan bisa memberi dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat. Kita banyak berharap, potensi minyak pada block Budong-Budong ini dapat dikelola secara maksimal dalam mendorong pelaksanaan pembangunan di daerah untuk kepentingan rakyat," ujarnya
Gubernur mengemukakan, potensi migas di Sulbar cukup banyak dan sebagian masih dalam tahap eksplorasi oleh beberapa perusahaan asing diantaranya di block Suremana dan block Mandar dikerjakan PT Exon Mobil Indonesia, block Pasangkayu oleh PT Marathon Indonesia.
Kemudian kata dia, potensi migas lainnya yang telah dilirik investor yakni block Kuma oleh PT Chonoco-Phillips Ina, block Karama dikerjakan PT Star Oil-Pertamina, block Karama oleh Pearl Oil, block Malunda PT Exploration and Production dan block South Mandar yang dikerjakan PT Exploration and Production.
"Potensi ini tentu sebuah harapan besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan saya yakin jika potensi ini dikelola, maka angka kemiskinan di Sulbar akan dapat dihapus," katanya.
Red: Krisman Purwoko
Sumber: ant
Dua Menteri Negara akan menyaksikan lansung pengeboran minyak dan gas (Migas) perdana di block Budong-Budong, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, yang dikerjakan perusahaan asing PT Tately NV.
Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh, di Mamuju, Rabu, mengatakan, tahap eksplorasi migas yang dilakukan perusahaan Migas Tateli NV di blok Budong Budong Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju telah selesai dan akan dilakukan pengeboran sebagai bentuk akan dilakukannya eksploitasi Migas di blok Migas tersebut.
Ia mengatakan, pengeboran Migas perdana akan dilakukan PT Tately NV di blok Migas Budong-Budong yang memiliki luas sekitar 5.494,51 Km2, pada 16 Desember 2010. Menurut dia, pengeboran Migas di Sulbar tersebut akan dihadiri Menteri BUMN, Mustafa Abubakar dan Menteri ESDM, Darwin Zahedy Saleh.
"Dua menteri tersebut akan hadir di Sulbar untuk menghadiri dan menyaksikan langsung pengeboran Migas di Sulbar yang nantinya diharapkan akan memberikan kontribusi besar bagi ekonomi masyarakat daerah ini," katanya.
Ia berharap pengeboran Migas di Blok Budong Budong yang dilakukan di Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara dapat menjadi awal kebangkitan perekonomian di provinsi ini dibidang pertambangan.
"Dengan dimulainya pengeboran migas block Budong-Budong ini tentu diharapkan bisa memberi dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat. Kita banyak berharap, potensi minyak pada block Budong-Budong ini dapat dikelola secara maksimal dalam mendorong pelaksanaan pembangunan di daerah untuk kepentingan rakyat," ujarnya
Gubernur mengemukakan, potensi migas di Sulbar cukup banyak dan sebagian masih dalam tahap eksplorasi oleh beberapa perusahaan asing diantaranya di block Suremana dan block Mandar dikerjakan PT Exon Mobil Indonesia, block Pasangkayu oleh PT Marathon Indonesia.
Kemudian kata dia, potensi migas lainnya yang telah dilirik investor yakni block Kuma oleh PT Chonoco-Phillips Ina, block Karama dikerjakan PT Star Oil-Pertamina, block Karama oleh Pearl Oil, block Malunda PT Exploration and Production dan block South Mandar yang dikerjakan PT Exploration and Production.
"Potensi ini tentu sebuah harapan besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan saya yakin jika potensi ini dikelola, maka angka kemiskinan di Sulbar akan dapat dihapus," katanya.
Red: Krisman Purwoko
Sumber: ant
Gubernur Sulbar Minta BUMD Ciptakan Iklim Usaha
Jumat, 20 Agustus 2010
Mamuju (ANTARA News) - Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh meminta agar Badan Usaha Milik Daerah menciptakan iklim dunia usaha semakin membaik dengan cara mendorong investasi masuk ke wilayah itu.
"Kita minta agar BUMD mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif guna menggenjot peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) untuk percepatan pembangunan di wilayah ini, "katanya di Mamuju, Jumat.
Menurutnya, BUMD harus mampu memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan di daerah dengan cara melakukan berbagai terobosan untuk memperbaiki iklim usaha di daerah ini.
"Makanya kami telah memberikan kewenangan penuh kepada jajaran BUMD ini untuk menjalin kemitraan dengan para investor yang masuk ke Sulbar,"katanya.
Saat ini kata dia, beberapa calon investor melirik berbagai potensi alam di daerah termasuk PLTA Karama.
"Malam ini, ada calon investor asal Singapura ingin melakukan investasi terhadap rencana pembangunan PLTA itu. Makanya, pihak BUMD diminta untuk melakukan komunikasi seperti apa program yang akan dilakukan setelah melakukan investasi di daerah," katanya.
Meski banyak investor yang melirik PLTA Karama, kata Anwar, calon investor yang paling berpeluang adalah dari China.
"Kita tidak mungkin lagi bergeser dari komitmen awal, karena pemerintah Indonesia dan China telah melakukan penandatanganan MoU untuk membangun PLTA terbesar di Asia Tenggara ini," jelasnya.
Ia mengatakan, investor asal China itu telah menyiapkan dana untuk invesatsi PLTA Karama yang diperkirakan akan dimulai tahap pembangunan pada 2011.
Apalagi kata dia, China tak perlu lagi diragukan kemanpuannya, karena saat ini negeri Tirai Bambu itu salah satu negara terkuat dari beberapa negara di dunia.
Gubernur juga mengatakan, salah satu perusahaan minyak dan gas PT Marathon International Petroleum Indonesia Limited pun melakukan eksploitasi minyak dan gas di Blok Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara.
Ia mengatakan PT Marathon yang merupakan perusahaan asing pengelola migas yang cukup besar di dunia karena pernah mengelola migas di Afrika, Libia, Norwegia, dan Irlandia dan di Sulbar sendiri yakin mampu menghasilkan migas hingga 400.000 barel per hari.
"Perseroan Terbatas Marathon merupakan perusahaan migas yang cukup besar di dunia. Perusahaan asing ini sudah 13 tahun mengincar blok migas di Blok Pasangkayu," katanya.
Dengan target produksi migas yang ditetapkan PT Marathon tersebut, diharapkan migas Sulbar dapat menyumbang produksi migas nasional hingga 40 persen, katanya.
"Dengan target produksi yang disampaikan PT Marathon itu, maka migas yang akan dihasilkan di Sulbar akan menyumbang sekitar 40 persen produksi migas secara nasional karena produksi migas secara nasional saat ini sekitar satu juta barel per hari," katanya.
Gubernur meminta PT Marathon yang melakukan eksploitasi migas di Sulbar dapat bekerja dengan baik serta selalu berkoordinasi dengan pemerintah mengenai aktivitasnya dengan tidak merugikan masyarakat daerah ini.(T.KR-ACO/S016)
COPYRIGHT © 2010
Mamuju (ANTARA News) - Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh meminta agar Badan Usaha Milik Daerah menciptakan iklim dunia usaha semakin membaik dengan cara mendorong investasi masuk ke wilayah itu.
"Kita minta agar BUMD mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif guna menggenjot peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) untuk percepatan pembangunan di wilayah ini, "katanya di Mamuju, Jumat.
Menurutnya, BUMD harus mampu memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan di daerah dengan cara melakukan berbagai terobosan untuk memperbaiki iklim usaha di daerah ini.
"Makanya kami telah memberikan kewenangan penuh kepada jajaran BUMD ini untuk menjalin kemitraan dengan para investor yang masuk ke Sulbar,"katanya.
Saat ini kata dia, beberapa calon investor melirik berbagai potensi alam di daerah termasuk PLTA Karama.
"Malam ini, ada calon investor asal Singapura ingin melakukan investasi terhadap rencana pembangunan PLTA itu. Makanya, pihak BUMD diminta untuk melakukan komunikasi seperti apa program yang akan dilakukan setelah melakukan investasi di daerah," katanya.
Meski banyak investor yang melirik PLTA Karama, kata Anwar, calon investor yang paling berpeluang adalah dari China.
"Kita tidak mungkin lagi bergeser dari komitmen awal, karena pemerintah Indonesia dan China telah melakukan penandatanganan MoU untuk membangun PLTA terbesar di Asia Tenggara ini," jelasnya.
Ia mengatakan, investor asal China itu telah menyiapkan dana untuk invesatsi PLTA Karama yang diperkirakan akan dimulai tahap pembangunan pada 2011.
Apalagi kata dia, China tak perlu lagi diragukan kemanpuannya, karena saat ini negeri Tirai Bambu itu salah satu negara terkuat dari beberapa negara di dunia.
Gubernur juga mengatakan, salah satu perusahaan minyak dan gas PT Marathon International Petroleum Indonesia Limited pun melakukan eksploitasi minyak dan gas di Blok Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara.
Ia mengatakan PT Marathon yang merupakan perusahaan asing pengelola migas yang cukup besar di dunia karena pernah mengelola migas di Afrika, Libia, Norwegia, dan Irlandia dan di Sulbar sendiri yakin mampu menghasilkan migas hingga 400.000 barel per hari.
"Perseroan Terbatas Marathon merupakan perusahaan migas yang cukup besar di dunia. Perusahaan asing ini sudah 13 tahun mengincar blok migas di Blok Pasangkayu," katanya.
Dengan target produksi migas yang ditetapkan PT Marathon tersebut, diharapkan migas Sulbar dapat menyumbang produksi migas nasional hingga 40 persen, katanya.
"Dengan target produksi yang disampaikan PT Marathon itu, maka migas yang akan dihasilkan di Sulbar akan menyumbang sekitar 40 persen produksi migas secara nasional karena produksi migas secara nasional saat ini sekitar satu juta barel per hari," katanya.
Gubernur meminta PT Marathon yang melakukan eksploitasi migas di Sulbar dapat bekerja dengan baik serta selalu berkoordinasi dengan pemerintah mengenai aktivitasnya dengan tidak merugikan masyarakat daerah ini.(T.KR-ACO/S016)
COPYRIGHT © 2010
Marathon Eksploitasi Migas di Blok Pasangkayu
Rabu, 11 Agustus 2010
Mamuju (ANTARA News) - Perusahaan minyak dan gas PT Marathon International Petroleum Indonesia Limited akan melakukan eksploitasi Migas di Blok Pasangkayu, Kecamatan pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat,
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) Arsyad Hafid di Mamuju, Rabu, mengatakan, perusahaan asing yang pernah mengelola Migas di negara Afrika, Lybia, Norwegia dan Irlandia itu telah menyampaikan kepada Pemerintah Provinsi Sulbar bahwa perusahaan asing tersebut akan melakukan eksploitasi Migas di Sulbar.
Ia mengatakan, perusahaan asing yang sebelumnya telah melakukan survey seismic Migas di Sulbar pada tahun 2007 telah melakukan sosialisasi kepada pemerintah dan masyarakat di Sulbar mengenai rencana perusahaan migas tersebut untuk melakukan eksploitasi migas di Sulbar pada tahun 2010 ini.
Menurut dia, PT Marathon akan melakukan eksploitasi migas di blok pasangkayu, Kecamatan Pasangkayu, yang terdapat diperairan lepas pantai Kabupaten Matra pada tanggal 4 Agustus tahun 2010 ini.
Oleh karena itu ia meminta kepada PT Marathon yang akan melakukan eksploitasi migas di Sulbar, dapat bekerja dengan baik serta selalu berkoordinasi dengan pemerintah mengenai aktivitasnya dengan tidak merugikan masyarakat daerah ini.
Ia juga meminta PT Marathon yang akan segera melakukan mobilisasi peralatan beratnya untuk melakukan eskploitasi Migas di Sulbar agar tidak merusak infrasturuktur daerah ini seperti jalan dan jembatan khususnya jalur Trans Sulawesi di Kabupaten Matra karena sangat vital digunakan masyarakat menjalankan roda ekonominya.
"Jangan rusak jalan dan jembatan ketika akan melakukan mobilisasi kendaraan berat ke Sulbar karena infrastruktur jalan dan jembatan di Sulbar dibangun dengan menggunakan uang masyarakat yang tidak sedikit, kita tidak ingin PT Maraton yang berivestasi di wilayah Sulbar merusak infrastruktur daerah yang diperuntukkan bagi sarana penggerak ekonomi masyarakat," katanya.
Ia juga meminta agar keberadaan PT Marathon di Sulbar tidak meresahkan masyarakat sehingga mereka khawatir dengan aktivitasnya mengganggu kehidupan mereka karena lingkungan dan infrastruktur daerah menjadi rusak.
"PT Marathon juga harus memberdayakan masyarakat daerah dalam melakukan aktivitasnya agar masyarakat tidak selalu merasa dirugikan, selain itu harus berkoordinasi dengan pemerintah daerah karena bagaimanapun daerah ini tidak ingin dirugikan dengan aktivitas PT Marathon yang mengelola Migas diperairan Sulawesi, "katanya. (T.KR-MFH/R010)
COPYRIGHT © 2010
Mamuju (ANTARA News) - Perusahaan minyak dan gas PT Marathon International Petroleum Indonesia Limited akan melakukan eksploitasi Migas di Blok Pasangkayu, Kecamatan pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat,
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) Arsyad Hafid di Mamuju, Rabu, mengatakan, perusahaan asing yang pernah mengelola Migas di negara Afrika, Lybia, Norwegia dan Irlandia itu telah menyampaikan kepada Pemerintah Provinsi Sulbar bahwa perusahaan asing tersebut akan melakukan eksploitasi Migas di Sulbar.
Ia mengatakan, perusahaan asing yang sebelumnya telah melakukan survey seismic Migas di Sulbar pada tahun 2007 telah melakukan sosialisasi kepada pemerintah dan masyarakat di Sulbar mengenai rencana perusahaan migas tersebut untuk melakukan eksploitasi migas di Sulbar pada tahun 2010 ini.
Menurut dia, PT Marathon akan melakukan eksploitasi migas di blok pasangkayu, Kecamatan Pasangkayu, yang terdapat diperairan lepas pantai Kabupaten Matra pada tanggal 4 Agustus tahun 2010 ini.
Oleh karena itu ia meminta kepada PT Marathon yang akan melakukan eksploitasi migas di Sulbar, dapat bekerja dengan baik serta selalu berkoordinasi dengan pemerintah mengenai aktivitasnya dengan tidak merugikan masyarakat daerah ini.
Ia juga meminta PT Marathon yang akan segera melakukan mobilisasi peralatan beratnya untuk melakukan eskploitasi Migas di Sulbar agar tidak merusak infrasturuktur daerah ini seperti jalan dan jembatan khususnya jalur Trans Sulawesi di Kabupaten Matra karena sangat vital digunakan masyarakat menjalankan roda ekonominya.
"Jangan rusak jalan dan jembatan ketika akan melakukan mobilisasi kendaraan berat ke Sulbar karena infrastruktur jalan dan jembatan di Sulbar dibangun dengan menggunakan uang masyarakat yang tidak sedikit, kita tidak ingin PT Maraton yang berivestasi di wilayah Sulbar merusak infrastruktur daerah yang diperuntukkan bagi sarana penggerak ekonomi masyarakat," katanya.
Ia juga meminta agar keberadaan PT Marathon di Sulbar tidak meresahkan masyarakat sehingga mereka khawatir dengan aktivitasnya mengganggu kehidupan mereka karena lingkungan dan infrastruktur daerah menjadi rusak.
"PT Marathon juga harus memberdayakan masyarakat daerah dalam melakukan aktivitasnya agar masyarakat tidak selalu merasa dirugikan, selain itu harus berkoordinasi dengan pemerintah daerah karena bagaimanapun daerah ini tidak ingin dirugikan dengan aktivitas PT Marathon yang mengelola Migas diperairan Sulawesi, "katanya. (T.KR-MFH/R010)
COPYRIGHT © 2010
Marathon Belum Pastikan Potensi Migas Blok Pasangkayu
Selasa, 24 Agustus 2010
Makassar (ANTARA News) - Marathon International Petroleum Indonesia Limited belum dapat memastikan potensi produksi migas di Blok Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat.
Sebab, target produksi harusnya berdasarkan perhitungan cadangan yang menggunakan data sumur dan data tes, kata Kepala Dinas Humas dan Hubungan Kelembagaan BPMigas, Elan Biantoro dalam siaran persnya yang diterima di Makasar, Senin.
Menurut Elan, Marathon telah melakukan survei seismik 3D tahun 2008. Untuk tambahan data atas interpretasi sumber daya di blok tersebut, rencananya Marathon akan melakukan pemboran dua sumur eksplorasi di blok Pasangkjayu yakni sumur Bravo-1 dan Romeo-1.
Sejak 10 Agustus 2010, sumur Bravo-1 sudah mulai dibor. Estimasi terkini untuk penyelesaian kedua sumur tersebut diperkirakan selesai Januari 2011.
Elan juga menyatakan bahwa Marathon tidak pernah menyatakan optimistis mampu menghasilkan migas hingga 400.000 barel ekuivalen minyak per hari di Blok Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulbar. Angka produksi 400.000 barel tersebut adalah produksi Marathon secara global di seluruh dunia. (T.pso-102/F003)
COPYRIGHT © 2010
Makassar (ANTARA News) - Marathon International Petroleum Indonesia Limited belum dapat memastikan potensi produksi migas di Blok Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat.
Sebab, target produksi harusnya berdasarkan perhitungan cadangan yang menggunakan data sumur dan data tes, kata Kepala Dinas Humas dan Hubungan Kelembagaan BPMigas, Elan Biantoro dalam siaran persnya yang diterima di Makasar, Senin.
Menurut Elan, Marathon telah melakukan survei seismik 3D tahun 2008. Untuk tambahan data atas interpretasi sumber daya di blok tersebut, rencananya Marathon akan melakukan pemboran dua sumur eksplorasi di blok Pasangkjayu yakni sumur Bravo-1 dan Romeo-1.
Sejak 10 Agustus 2010, sumur Bravo-1 sudah mulai dibor. Estimasi terkini untuk penyelesaian kedua sumur tersebut diperkirakan selesai Januari 2011.
Elan juga menyatakan bahwa Marathon tidak pernah menyatakan optimistis mampu menghasilkan migas hingga 400.000 barel ekuivalen minyak per hari di Blok Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulbar. Angka produksi 400.000 barel tersebut adalah produksi Marathon secara global di seluruh dunia. (T.pso-102/F003)
COPYRIGHT © 2010
Eksploitasi Migas di Pasangkayu
Agustus 12th, 2010
Rilisindonesia.com
SULAWESI – Perusahaan minyak dan gas PT Marathon International Petroleum Indonesia Limited akan melakukan eksploitasi Migas di Blok Pasangkayu, Kecamatan pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) Arsyad Hafid di Mamuju, Rabu, mengatakan, perusahaan asing yang pernah mengelola Migas di negara Afrika, Lybia, Norwegia dan Irlandia itu telah menyampaikan kepada Pemerintah Provinsi Sulbar bahwa perusahaan asing tersebut akan melakukan eksploitasi Migas di Sulbar.
Ia mengatakan, perusahaan asing yang sebelumnya telah melakukan survey seismic Migas di Sulbar pada tahun 2007 telah melakukan sosialisasi kepada pemerintah dan masyarakat di Sulbar mengenai rencana perusahaan migas tersebut untuk melakukan eksploitasi migas di Sulbar pada tahun 2010 ini.
Menurut dia, PT Marathon akan melakukan eksploitasi migas di blok pasangkayu, Kecamatan Pasangkayu, yang terdapat diperairan lepas pantai Kabupaten Matra pada tanggal 4 Agustus tahun 2010 ini.
Oleh karena itu ia meminta kepada PT Marathon yang akan melakukan eksploitasi migas di Sulbar, dapat bekerja dengan baik serta selalu berkoordinasi dengan pemerintah mengenai aktivitasnya dengan tidak merugikan masyarakat daerah ini.
Ia juga meminta PT Marathon yang akan segera melakukan mobilisasi peralatan beratnya untuk melakukan eskploitasi Migas di Sulbar agar tidak merusak infrasturuktur daerah ini seperti jalan dan jembatan khususnya jalur Trans Sulawesi di Kabupaten Matra karena sangat vital digunakan masyarakat menjalankan roda ekonominya.
“Jangan rusak jalan dan jembatan ketika akan melakukan mobilisasi kendaraan berat ke Sulbar karena infrastruktur jalan dan jembatan di Sulbar dibangun dengan menggunakan uang masyarakat yang tidak sedikit, kita tidak ingin PT Maraton yang berivestasi di wilayah Sulbar merusak infrastruktur daerah yang diperuntukkan bagi sarana penggerak ekonomi masyarakat,” katanya.
Ia juga meminta agar keberadaan PT Marathon di Sulbar tidak meresahkan masyarakat sehingga mereka khawatir dengan aktivitasnya mengganggu kehidupan mereka karena lingkungan dan infrastruktur daerah menjadi rusak.
“PT Marathon juga harus memberdayakan masyarakat daerah dalam melakukan aktivitasnya agar masyarakat tidak selalu merasa dirugikan, selain itu harus berkoordinasi dengan pemerintah daerah karena bagaimanapun daerah ini tidak ingin dirugikan dengan aktivitas PT Marathon yang mengelola Migas diperairan Sulawesi, “katanya. (Darmawan)
Rilisindonesia.com
SULAWESI – Perusahaan minyak dan gas PT Marathon International Petroleum Indonesia Limited akan melakukan eksploitasi Migas di Blok Pasangkayu, Kecamatan pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) Arsyad Hafid di Mamuju, Rabu, mengatakan, perusahaan asing yang pernah mengelola Migas di negara Afrika, Lybia, Norwegia dan Irlandia itu telah menyampaikan kepada Pemerintah Provinsi Sulbar bahwa perusahaan asing tersebut akan melakukan eksploitasi Migas di Sulbar.
Ia mengatakan, perusahaan asing yang sebelumnya telah melakukan survey seismic Migas di Sulbar pada tahun 2007 telah melakukan sosialisasi kepada pemerintah dan masyarakat di Sulbar mengenai rencana perusahaan migas tersebut untuk melakukan eksploitasi migas di Sulbar pada tahun 2010 ini.
Menurut dia, PT Marathon akan melakukan eksploitasi migas di blok pasangkayu, Kecamatan Pasangkayu, yang terdapat diperairan lepas pantai Kabupaten Matra pada tanggal 4 Agustus tahun 2010 ini.
Oleh karena itu ia meminta kepada PT Marathon yang akan melakukan eksploitasi migas di Sulbar, dapat bekerja dengan baik serta selalu berkoordinasi dengan pemerintah mengenai aktivitasnya dengan tidak merugikan masyarakat daerah ini.
Ia juga meminta PT Marathon yang akan segera melakukan mobilisasi peralatan beratnya untuk melakukan eskploitasi Migas di Sulbar agar tidak merusak infrasturuktur daerah ini seperti jalan dan jembatan khususnya jalur Trans Sulawesi di Kabupaten Matra karena sangat vital digunakan masyarakat menjalankan roda ekonominya.
“Jangan rusak jalan dan jembatan ketika akan melakukan mobilisasi kendaraan berat ke Sulbar karena infrastruktur jalan dan jembatan di Sulbar dibangun dengan menggunakan uang masyarakat yang tidak sedikit, kita tidak ingin PT Maraton yang berivestasi di wilayah Sulbar merusak infrastruktur daerah yang diperuntukkan bagi sarana penggerak ekonomi masyarakat,” katanya.
Ia juga meminta agar keberadaan PT Marathon di Sulbar tidak meresahkan masyarakat sehingga mereka khawatir dengan aktivitasnya mengganggu kehidupan mereka karena lingkungan dan infrastruktur daerah menjadi rusak.
“PT Marathon juga harus memberdayakan masyarakat daerah dalam melakukan aktivitasnya agar masyarakat tidak selalu merasa dirugikan, selain itu harus berkoordinasi dengan pemerintah daerah karena bagaimanapun daerah ini tidak ingin dirugikan dengan aktivitas PT Marathon yang mengelola Migas diperairan Sulawesi, “katanya. (Darmawan)
Subscribe to:
Posts (Atom)