Thursday, January 13, 2011

Penopang Perekonomian Nasional Masa Depan


Kamis, 23 Desember 2010

Julukan “Brunei”-nya Indonesia bisa jadi kelak menjadi milik Sulawesi Barat dengan sembilan blok migas yang dimilikinya. Bahkan blok-blok ini pula-lah yang digadanggadang akan menjadi penopang perekonomian nasional di masa depan. Tidak salah rasanya jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah menitipkan Sulawesi Barat dengan sangat pada Gubernur Anwar Adnan Saleh saat Gubernur pertama Sulbar ini dilantik.

Daerah hasil pemekaran dari Sulawesi Selatan ini memang memiliki potensi sumber daya alam migas yang luar biasa. Dari sembilan titik, delapan diantaranya berada di lepas pantai dan satu di darat. Di antaranya, blok Budong-budong di Desa Bulu Mario, Kecamatan Sarudu, Mamuju Utara yang baru 16 Desember lalu dilakukan pengeboran pertama oleh perusahaan asing PT Tately N.VTGSNovec Gema.

“Di Budong-budong inilah satusatunya yang ada di darat,” terang Adnan. Potensi Migas di Sulawesi ini memang telah ditenderkan secara internasional. Hasilnya, sederet perusahaan asing seperti PT Exxon Mobil Indonesia untuk blok Suremana dan blok Mandar. Selain itu tampil juga sebagai pemenang tender, PT Marathon Indonesia untuk blok Pasangkayu.

Lalu PT Conoco Philips Ina untuk blok Kuma, PT Star Oil-Pertamina untuk blok Karama, Pearl Oil, blok Malunda dan South Mandar oleh PT Exploration and Production. “Semua investor adalah perusahaan migas kelas dunia yang memang memenangkan tender internasional,” terang Adnan. Adnan mengaku hingga detik ini belum berani menyatakan bahwa di kesembilan blok tersebut terdapat minyak dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi.

Sebab saat ini masih dalam tahap eksplorasi tahap pertama. “Namun saya yakin perhitungan mereka matang, sebab untuk satu kali pengeboran saja membutuhkan investasi sebesar satu juta dollar AS per hari, hitung saja jika dua bulan,” ujar Adnan. Bahkan Adnan menuturkan, jika PT Marathon Indonesia sebagai perusahaan minyak terbesar di Amerika Serikat mengaku telah mencari blok migas di seluruh Asia.

Dan pencarian itu baru ditemukan di Sulbar. “Itu komentar mereka kepada dia, ” ungkapnya. Sulbar yang merasa kedatangan “tamu” ini kemudian tetap berhitung. Sebuah MoU pun menurut Adnan telah dibuat terkait dengan rencana penambangan ke depan dan kontribusinya untuk daerah dan masyarakatnya. “Kita telah membuat Mou,” paparnya.

Terdapat kesepakatan, di antaranya perusahaan asing tersebut tidak boleh mengambil tenaga kasar dari luar. “Harus memanfaatkan SDM lokal, kecuali tenaga ahli,” imbuhnya. Ke depannya, perusahaan juga harus mau mendidik SDM lokal untuk menjadi pintar di bidang penambangan minyak.

Ketiga, paling tidak 25 persen dari hasil eksplorasi harus diolah di Sulbar. “Dan mudah-mudahan provinsi ini memiliki hak kepemilikan sebesar 10 persen dari total keseluruhannya,” pungkas Adnan.
cit/L-1

No comments:

Post a Comment