MAMUJU – Pengoboran perdana blok minyak dan gas bumi (migas) Budong-Budong di Sulawesi Barat akan dilakukan pada 16 Desember 2010. Ekploitasi blok migas ini dilakukan perusahaan asing PT Tately N.VTGS-Novec Gema.“Jika tak ada halangan, peresmian pengerjaan tahap eksploitasi migas Blok Budong-Budong dimulai 16 Desember 2010,” kata Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh, di Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), Senin (13/12).
Anwar Adnan Saleh
Dia mengemukakan, pengelolaan tambang migas Blok BudongBudong berada di Desa Bulu Mario, Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara yang diharapkan menjadi awal kebangkitan perekonomian di provinsi ini.
“Dengan dimulainya pengeboran migas blok Budong-Budong ini tentu diharapkan bisa memberi dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat Kita banyak berharap, potensi minyak blok Budong-Budong ini dapat dikelola secara maksimal dalam mendorong pelaksanaan pembangunan di daerah untuk kepentingan rakyat,” ujar Anwar Adnan Saleh seperti dilansir Antara.
Gubernur mengemukakan, potensi migas di Sulbar cukup banyak yang saat ini sebagian masih dalam tahap eksplorasi melalui investasi oleh beberapa perusahaan asing, di antaranya blok Suremana dan blok Mandar dikerjakan PT Exxon Mobil Indonesia, dan blok Pasangkayu oleh PT Marathon Indonesia.
Kemudian, kata dia, potensi migas lainnya yang telah dilirik investor yakni blok Kuma oleh PT Conoco-Phillips Ina, blok Karama dikerjakan PT Star Oil-Pertamina, blok Karama oleh Pearl Oil, blok Malunda oleh PT Exploration and Production, dan blok South Mandar yang dikerjakan PTT Exploration and Production.
Potensi ini tentu sebuah harapan besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan saya yakin jika potensi ini dikelola, maka angka kemiskinan di Sulbar akan dapat dihapus,” paparnya.
Investasi tersebut harus dijaga karena jangan sampai gagal dengan meningkatkan situasi keamanan agar lebih kondusif, agar pertumbuhan ekonomi Sulbar sekitar 15,9% yang merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi dari seluruh wilayah di Indonesia dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan dengan mengandalkan investasi.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Provinsi Sulbar Arsyad Hafid mengatakan, iklim investasi di Sulbar semakin membaik karena sejumlah investor telah berlomba-lomba berniat menanamkan investasinya di Sulbar seperti yang dilakukan perusahaan mink mantan Presiden Jusuf Kalla PT Bukaka Group yang akan membangun PLTA Karama di Kabupaten Mamuju.
Selain itu, kata dia, investor dari Tiongkok juga ingin membantu pembangunan PLTA Karama di Kabupaten Mamuju tersebut serta membangun jalan sepanjang 102 kilometer yang disebut Multi Mode Access Road dari Kecamatan Tapalang menuju Kota Mamuju.
Pajak Migas
Sementara itu, Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Provinsi Sulbar menilai, pengelolaan pajak migas idealnya sebesar 40% masuk ke kas daerah untuk mempercepat pembangunan di daerah itu.
“Saya rasa sistem pembagian atas hasil pengelolaan pajak migas selama ini tidak adil karena sekitar 80% masuk ke kas pusat atau sekitar 20% masuk ke kas daerah. Mestinya, sekitar 40% pajak migas ini kita yang tangani dan 60% disetor ke pusat,” Kata Kadis Dispenda Sulbar Mujirin M Yamin, di Mamuju, akhir pekan lalu.
Menurut dia, pajak 45% ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada daerah untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan khususnya di daerah kawasan tertinggal seperti Sulbar.
Dia mengatakan, di Sulbar saat ini terdapat sembilan blok migas yang masih dalam tahap eksplorasi oleh beberapa perusahaan asing. “Dalam waktu dekat ini, salah satu perusahaan asing yakni PT Tately akan segera melakukan eksploitasi pad& blok Budong-Budong,” kata dia.
Dia menjelskan, pengelolaan blok migas Budong-Budong ini akan memberikan kontribusi pendapatan dari hasil pajak pengelolaan migas. (jjn)
INVESTOR DAILY :: 14 Desember 2010, 06: 39: 27 WIB
No comments:
Post a Comment