Saturday, April 14, 2012
Korporasi Blok migas di Sulbar belum tentu dieksploitasi
Sindonews.com - Kepala Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral (PESDM) Sulbar Agussalim Tamadjoe mengatakan, lima blok migas yang ada di Sulbar belum tentu akan dieksploitasi oleh rekanan pemenang tender. Sebab hingga triwulan pertama 2012 ini belum ada satu pun titik pada setiap blok ditemukan migas.
"Meskipun ada, nilai ekonomisnya tidak menguntungkan mereka. Benar, Sulbar memiliki kandungan migas yang cukup besar. Namun harus dicari titik yang lebih tepat untuk mendapatkan migas yang menguntungkan. Artinya, kandungannya besar dan bisa dieksploitasi dalam waktu lama," katanya, Senin (19/3/2012).
Diakui, semua perusahaan minyak besar yang memenangkan tender itu tidak patah arang. Mereka terus melakukan eksplorasi berdasarkan hasil survei dan blok masing-masing. Bahkan mereka berani memperpanjang kontrak hingga satu tahun ke depan. Izin eksplorasi yang diberikan pada perusahaan itu selama enam tahun, sejak 2007.
"Posisi seluruh potensi di Sulbar berada pada cekungan Lariang, di Selat Makassar. Namun saat pengeboran, tidak ditemukan kandungan yang sesuai diharapkan sehingga mereka kembali melakukan pemetaan. Sekedar diketahui, setiap eksplorasi perusahaan mengeluarkan biaya triliunan rupiah. Dan itu semua dana mereka sendiri," paparnya.
Karena itu, lanjut Agus, cukup wajar jika mereka tidak menyerah dan mencari titik yang tepat dan menguntungkan. Sebab berdasarkan penelitian, sudah positif Sulbar memiliki kandungan migas yang besar.
Saat ini yang sedang dieksplorasi adalah blok Suremana yang dilakukan oleh Exxon Mobile dengan areal seluas 5.339 kilometer persegi, blok Pasangkayu oleh Marathon Oil dengan luas areal 4.707 kilometer persegi dan blok Kuma oleh Conoco Philips dengan luas areal 5.086 kilometer persegi. Semuanya berada di Kabupaten Mamuju Utara (Matra).
Kemudian blok Mandar juga oleh Exxon Mobile dengan luas areal 4.196 kilometer persegi di Kabupaten Majene dan blok Budong-Budong oleh Tatteli NV dengan luas areal 5.494 kilometer persegi di Kabupaten Mamuju.
Dari semua blok tersebut, hanya blok Budong-Budong yang berada di darat. Atau biasa disebut dengan offshore. Ekplorasi juga dilakukan oleh Statoil di Blok Karama dengan luas areal 4.287 kilometer.
"Blok Budong-Budong, data seismik menunjukkan bahwa kandungan minyak di dalamnya sangat besar. Setelah di bor, ternyata kandungan gasnya yang lebih besar," kata Agus.
Blok yang hampir berhasil dan menunggu eksploitasi adalah Malunda oleh PT. PTTEP Thailand dengan luas areal 5.148 kilometer persegi. Perusahaan pemegang izin blok ini juga akan mengelola blok South Mandar dengan luas areal 3.882 kilometer persegi. Kemudian blok Karama oleh Pearl Oil dengan luas areal 5.389 kilometer persegi.
Kelemahan kinerja semua perusahaan itu adalah pada kapal eksplorasi. Disebutkan Agus, kapal yang beroperasi di Indonesia hanya satu unit. Sehingga pemakaiannya harus bergiliran.
http://www.sindonews.com/read/2012/03/19/452/596100/blok-migas-di-sulbar-belum-tentu-dieksploitasi
Statoil Harus Berikan Investasi Sosial
Wednesday, 14 March 2012
MAMUJU – Setiap investor idealnya harus mampu memberikan dapak positif pada investasi sosial. Hal ini diungkapkan Wakil Ketua DPRD Sulbar Arifin Nurdin menyikapi keberadaan PT Statoil yang dipermasalahkan para nelayan Mamuju.
”Perusahaan ini harusnya mampu memberikan dampak sosial ekonomi pada masyarakat pesisir,” kata Arifin di Mamuju, kemarin. Berdasarkan data statistik, tingkat masyarakat pesisir sangat besar dan akan kian terpuruk dengan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi awal bulan depan. Kehadiran investor ini diharapkan mampu memberikan dampak ekonomi.
”Orang Sulbar tidak menolak investor.Karena itu investor harus mampu memberikan investasi sosial atau dampak sosial ekonomi masyarakat setempat. Misalnya,memberikan beasiswa. Yang diharapkan justru jangka panjang yakni membantu peningkatann mutu kesehatan dan pendidikan,” katanya.
Pemberian bantuan itu pun perlu jelas penyalurannya.Arifin menyarankan agar berkoordinasi dengan pemerintah dan tidak melalui pihak ketiga. Ketua DPRD Sulbar Hamzah Hapati Hasan mengatakan, kompensasi yang diminta masyarakat nelayan Mamuju tidak akan merugikan perusahaan. Dia meminta Statoil bisa memahami kondisi masyarakat Sulbar.
”Kalau hasil penelitian tidak ada kaitannya antara kegiatan Statoil dengan langkanya ikan, semata-mata memang faktor alam. Ada perubahan cuaca yang cukup ekstrim. Hanya kalau ada nyerempet soal kompensasi, sifatnya barangkali lebih banyak ke bentuk bantuan.Tidak ada salahnya masyarakat minta bantuan. Masak perusahaan raksasa tidak bisa,”katanya.
Sebenarnya, kata Hamzah, masalah ini bisa ditanggulangi Pemprov Sulbar. Hamzah meminta jangan lagi dipertentangkan masalah kompensasi. Sebagai wakil rakyat, dia mendesak Statoil untuk bisa melihat secara riil kehidupan nelayan di pesisir Mamuju. herman mochtar
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/477263/50/
Pemberian bantuan itu pun perlu jelas penyalurannya.Arifin menyarankan agar berkoordinasi dengan pemerintah dan tidak melalui pihak ketiga. Ketua DPRD Sulbar Hamzah Hapati Hasan mengatakan, kompensasi yang diminta masyarakat nelayan Mamuju tidak akan merugikan perusahaan. Dia meminta Statoil bisa memahami kondisi masyarakat Sulbar.
”Kalau hasil penelitian tidak ada kaitannya antara kegiatan Statoil dengan langkanya ikan, semata-mata memang faktor alam. Ada perubahan cuaca yang cukup ekstrim. Hanya kalau ada nyerempet soal kompensasi, sifatnya barangkali lebih banyak ke bentuk bantuan.Tidak ada salahnya masyarakat minta bantuan. Masak perusahaan raksasa tidak bisa,”katanya.
Sebenarnya, kata Hamzah, masalah ini bisa ditanggulangi Pemprov Sulbar. Hamzah meminta jangan lagi dipertentangkan masalah kompensasi. Sebagai wakil rakyat, dia mendesak Statoil untuk bisa melihat secara riil kehidupan nelayan di pesisir Mamuju. herman mochtar
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/477263/50/
Nelayan Diminta Lihat Lokasi Pengeboran
Thursday, 15 March 2012
MAMUJU– Camat Mamuju Abdul Rahim Mustafa meminta nelayan tidak berasumsi bahwa pengeboran minyak oleh empat kapal milik PT Statoil sebagai penyebab langkanya ikan di perairan Mamuju.
Karena itu, perwakilan nelayan disarankan melihat langsung lokasi pengeboran. Tawaran itu demi menengahi pertemuan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mamuju, kemarin, antara Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulbar, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Mamuju dan perwakilan Statoil, dengan para nelayan. Konsultan Statoil Yunoko mengatakan, keberadaan kapal itu sama sekali tidak mengganggu ekosistem karena sebelumnya sudah diteliti.
Memang ada imbauan agar kapal menjauh di radius 500 meter dari kapal.Sebab,kipas mesin yang terdapat di sisi kanan dan kiri lambung kapal sangat besar dan membahayakan keselamatan nelayan. Keterangan itu tetap tidak memuaskan nelayan. Beberapa perwakilan mereka mengatakan, pengeboran itu menimbulkan getaran kuat sehingga mengusir ikan.
Demikian juga kipas yang daya hisap dan dorongnya sangat kuat. Bahkan,beberapa di antara mereka mempertanyakan legalitas amdalnya.Terkait ini, Kepala Bidang Amdal Badan Lingkungan Hidup Sulbar Amram mengatakan bahwa Statoil sudah mengantongi dokumen lingkungan hidup, yaitu upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.
Dokumen itu dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Kepala DKP Mamuju Syamsul Suddin mengakui kelangkaan ikan memang sedang terjadi di Mamuju.Kondisi ini dibuktikannya sendiri di TPI Mamuju. ”Setiap pagi saya selalu ada di TPI,memang ikan sangat jarang. Logikanya bukan karena keberadaan kapal.Tuduhan ini perlu dibuktikan dulu agar jelas duduk permasalahannya. Saya sudah pasti berada di belakang para nelayan. Namun untuk satu hal ini, saya harap jangan asal menuduh,” katanya.
MAMUJU– Camat Mamuju Abdul Rahim Mustafa meminta nelayan tidak berasumsi bahwa pengeboran minyak oleh empat kapal milik PT Statoil sebagai penyebab langkanya ikan di perairan Mamuju.
Karena itu, perwakilan nelayan disarankan melihat langsung lokasi pengeboran. Tawaran itu demi menengahi pertemuan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mamuju, kemarin, antara Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulbar, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Mamuju dan perwakilan Statoil, dengan para nelayan. Konsultan Statoil Yunoko mengatakan, keberadaan kapal itu sama sekali tidak mengganggu ekosistem karena sebelumnya sudah diteliti.
Memang ada imbauan agar kapal menjauh di radius 500 meter dari kapal.Sebab,kipas mesin yang terdapat di sisi kanan dan kiri lambung kapal sangat besar dan membahayakan keselamatan nelayan. Keterangan itu tetap tidak memuaskan nelayan. Beberapa perwakilan mereka mengatakan, pengeboran itu menimbulkan getaran kuat sehingga mengusir ikan.
Demikian juga kipas yang daya hisap dan dorongnya sangat kuat. Bahkan,beberapa di antara mereka mempertanyakan legalitas amdalnya.Terkait ini, Kepala Bidang Amdal Badan Lingkungan Hidup Sulbar Amram mengatakan bahwa Statoil sudah mengantongi dokumen lingkungan hidup, yaitu upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.
Dokumen itu dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Kepala DKP Mamuju Syamsul Suddin mengakui kelangkaan ikan memang sedang terjadi di Mamuju.Kondisi ini dibuktikannya sendiri di TPI Mamuju. ”Setiap pagi saya selalu ada di TPI,memang ikan sangat jarang. Logikanya bukan karena keberadaan kapal.Tuduhan ini perlu dibuktikan dulu agar jelas duduk permasalahannya. Saya sudah pasti berada di belakang para nelayan. Namun untuk satu hal ini, saya harap jangan asal menuduh,” katanya.
Dia juga menyesalkan tidak ada keluhan nelayan yang masuk terkait langkanya ikan ini. Mereka baru bicara setelah muncul di media massa.Padahal, masalah ini tidak perlu dibesar-besarkan dan bisa diselesaikan secara internal. Kepala ESDM Sulbar Agussalim Tamadjoe mengatakan, tidak ada permasalahan administrasi terkait keberadaan Statoil di perairan Mamuju.Sebab, mereka membuat kontrak dengan Pemerintah Pusat.
Nanti kalau perusahaan ini berhasil menemukan minyak, baru ada sharing profit dengan Pemprov Sulbar, Pemkab Majene, dan Pemkab Mamuju.Dia mengakui Statoil memang belum maksimal mengeluarkan dana bantuan kepada nelayan atau masyarakat Mamuju karena memang belum menemukan migas. ”Mereka baru mencari. Beda dengan Pearl Oil yang sudah berhasil. Kami bisa mengajukan proposal bantuan untuk pembangunan TPI ini misalnya,” ujar dia.
Nurlina,salah seorang nelayan, mengungkapkan tentang kelangkaan ikan ini. Menurutnya, para nelayan sudah mengajukan permintaan bantuan pada DKP Mamuju. Paling tidak, ada bantuan beras untuk menutupi kekurangan. Namun, sampai sekarang tidak ada realisasinya. Karena itu, melalui perwakilan, mereka mencoba mengadukan ke DPRD Mamuju dan DPRD Sulbar.
Adapun kaitannya dengan Statoil, dia berasumsi bahwa perusahaan ini melakukan eksplorasi di wilayah Mamuju yang sedang paceklik ikan.Ada dugaan, keberadaannya memperparah keadaan.Apalagi, disinyalir ada beberapa rumpon yang terputus.
Pertemuan itu diakhiri dengan kesepakatan seperti yang disarankan Abdul Rahim Mustafa. Rencananya, Statoil akan melanjutkan eksplorasinya di sumur yang lain. Lokasinya tetap di Blok Karama. herman mochtar
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/477574/
Nanti kalau perusahaan ini berhasil menemukan minyak, baru ada sharing profit dengan Pemprov Sulbar, Pemkab Majene, dan Pemkab Mamuju.Dia mengakui Statoil memang belum maksimal mengeluarkan dana bantuan kepada nelayan atau masyarakat Mamuju karena memang belum menemukan migas. ”Mereka baru mencari. Beda dengan Pearl Oil yang sudah berhasil. Kami bisa mengajukan proposal bantuan untuk pembangunan TPI ini misalnya,” ujar dia.
Nurlina,salah seorang nelayan, mengungkapkan tentang kelangkaan ikan ini. Menurutnya, para nelayan sudah mengajukan permintaan bantuan pada DKP Mamuju. Paling tidak, ada bantuan beras untuk menutupi kekurangan. Namun, sampai sekarang tidak ada realisasinya. Karena itu, melalui perwakilan, mereka mencoba mengadukan ke DPRD Mamuju dan DPRD Sulbar.
Adapun kaitannya dengan Statoil, dia berasumsi bahwa perusahaan ini melakukan eksplorasi di wilayah Mamuju yang sedang paceklik ikan.Ada dugaan, keberadaannya memperparah keadaan.Apalagi, disinyalir ada beberapa rumpon yang terputus.
Pertemuan itu diakhiri dengan kesepakatan seperti yang disarankan Abdul Rahim Mustafa. Rencananya, Statoil akan melanjutkan eksplorasinya di sumur yang lain. Lokasinya tetap di Blok Karama. herman mochtar
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/477574/
Nelayan Protes Eksplorasi Migas
Friday, 09 March 2012
MAMUJU– Para nelayan memprotes aktivitas empat kapal asing yang mengeksplorasi minyak dan gas (migas) bumi di perairan Mamuju.
Kapal tersebut diketahui milik PT Stat Oil yang melakukan eksplorasi migas di Blok Karama. Akibat keberadaan empat kapal yang melakukan eksplorasi migas di radius 30 mil laut tersebut, para nelayan mengaku sulit mendapatkan ikan di perairan Mamuju.
”Sudah tiga bulan terakhir kami sulit mendapatkan ikan,” kata Abdullah, salah seorang pemilik kapal nelayan yang mengadukan persoalan tersebut ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulbar di Mamuju, kemarin. Mereka ditemui Ketua Komisi II DPRD Sulbar Hamid. Dialog dipimpin anggota Komisi II Zaenal Abidin. Para nelayan didampingi Aliansi Gerakan Mahasiswa Sulbar dan anggota Komisi II DPRD Mamuju Hajrul Malik. Abdullah mengatakan, ikan di perairan Mamuju langka akibat aktivitas empat kapal asing tersebut. Karena itu, selama tiga bulan terakhir para nelayan memilih tidak melaut dan beralih profesi untuk sementara waktu.
”Setiap ke rumpon atau mendekati,kapal itu memberikan sorotan lampu mengisyaratkan agar kami menjauh,”tutur dia. Para nelayan mengaku terganggu dengan aktivitas keempat kapal milik PT Stat Oil tersebut. ”Pada Maret hingga April, biasanya ikan di perairan Mamuju melimpah, tapi sekarang kondisinya sebaliknya,” katanya. Hajrul Malik mengungkapkan, pihaknya pernah menggelar pertemuan dengan para nelayan. Salah satu kesepakatan adalah secara faktual ada kapal eksplorasi milik PT Stat Oil yang beroperasi di perairan Mamuju berjarak antara 27 sampai 28 mil dari wilayah pantai Mamuju.Jarak tersebut masuk wilayah kewenangan Provinsi Sulbar.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Sulbar Agussalim Tamadjoe mengatakan, permintaan kompensasi itu perlu dibicarakan lebih lanjut karena perlu pertimbangan dan kajian.Dia menegaskan bahwa eksplorasi Stat Oil itu legal. Diungkapkan, rencananya StatOildanBPMigasakantibadi Mamuju pada Senin (19/3) mendatang. Para nelayan dan pihak terkaitdisarankanlangsungberdialogdenganpihakperusahaan menyangkut kompensasi. General Manager Government and Public Affairs PT Stat Oil Ratna Setia Novanti mengatakan, soal kompensasi perlu kajian dan pembuktian di lapangan.
Perusahaannya akan bertanggung jawab dan mengikuti peraturan yang berlaku. ”Soal kompensasi harus sesuai aturan main.Artinya, perlu dibuktikan di lapangan. Yang jelas perusahaan akan mengikuti peraturan yang berlaku dan bertanggung jawab. Kami sudah membuat action plan. Karena itu, kami akan ke Mamuju untuk berdialog dengan nelayan.Kami di Mamuju kan sejak 2007, diundang pemerintah untuk melakukan pengeboran minyak,”papar dia. Dia membantah belum pernah melakukan sosialisasi.Kegiatan itu sudah dilakukan pada 19 Desember 2011. herman mochtar
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/476019/
MAMUJU– Para nelayan memprotes aktivitas empat kapal asing yang mengeksplorasi minyak dan gas (migas) bumi di perairan Mamuju.
Kapal tersebut diketahui milik PT Stat Oil yang melakukan eksplorasi migas di Blok Karama. Akibat keberadaan empat kapal yang melakukan eksplorasi migas di radius 30 mil laut tersebut, para nelayan mengaku sulit mendapatkan ikan di perairan Mamuju.
”Sudah tiga bulan terakhir kami sulit mendapatkan ikan,” kata Abdullah, salah seorang pemilik kapal nelayan yang mengadukan persoalan tersebut ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulbar di Mamuju, kemarin. Mereka ditemui Ketua Komisi II DPRD Sulbar Hamid. Dialog dipimpin anggota Komisi II Zaenal Abidin. Para nelayan didampingi Aliansi Gerakan Mahasiswa Sulbar dan anggota Komisi II DPRD Mamuju Hajrul Malik. Abdullah mengatakan, ikan di perairan Mamuju langka akibat aktivitas empat kapal asing tersebut. Karena itu, selama tiga bulan terakhir para nelayan memilih tidak melaut dan beralih profesi untuk sementara waktu.
”Setiap ke rumpon atau mendekati,kapal itu memberikan sorotan lampu mengisyaratkan agar kami menjauh,”tutur dia. Para nelayan mengaku terganggu dengan aktivitas keempat kapal milik PT Stat Oil tersebut. ”Pada Maret hingga April, biasanya ikan di perairan Mamuju melimpah, tapi sekarang kondisinya sebaliknya,” katanya. Hajrul Malik mengungkapkan, pihaknya pernah menggelar pertemuan dengan para nelayan. Salah satu kesepakatan adalah secara faktual ada kapal eksplorasi milik PT Stat Oil yang beroperasi di perairan Mamuju berjarak antara 27 sampai 28 mil dari wilayah pantai Mamuju.Jarak tersebut masuk wilayah kewenangan Provinsi Sulbar.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Sulbar Agussalim Tamadjoe mengatakan, permintaan kompensasi itu perlu dibicarakan lebih lanjut karena perlu pertimbangan dan kajian.Dia menegaskan bahwa eksplorasi Stat Oil itu legal. Diungkapkan, rencananya StatOildanBPMigasakantibadi Mamuju pada Senin (19/3) mendatang. Para nelayan dan pihak terkaitdisarankanlangsungberdialogdenganpihakperusahaan menyangkut kompensasi. General Manager Government and Public Affairs PT Stat Oil Ratna Setia Novanti mengatakan, soal kompensasi perlu kajian dan pembuktian di lapangan.
Perusahaannya akan bertanggung jawab dan mengikuti peraturan yang berlaku. ”Soal kompensasi harus sesuai aturan main.Artinya, perlu dibuktikan di lapangan. Yang jelas perusahaan akan mengikuti peraturan yang berlaku dan bertanggung jawab. Kami sudah membuat action plan. Karena itu, kami akan ke Mamuju untuk berdialog dengan nelayan.Kami di Mamuju kan sejak 2007, diundang pemerintah untuk melakukan pengeboran minyak,”papar dia. Dia membantah belum pernah melakukan sosialisasi.Kegiatan itu sudah dilakukan pada 19 Desember 2011. herman mochtar
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/476019/
Pemprov Panggil Manajemen State Oil
Saturday, 10 March 2012
MAMUJU– Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Barat (Sulbar) segera memanggil manajemen PT State Oil, perusahaan minyak dan gas yang melakukan pengeboran sumur minyak di Blok Karama, Kabupaten Mamuju.
Pemanggilan ini untuk memperjelas kompensasi bagi nelayan yang sulit mendapatkan ikan di perairan pascaeksplorasi yang dilakukan empat kapal milik perusahaan ini. ”Kami telah menindaklanjuti tuntutan komunitas nelayan di Mamuju. Pihak perusahaan migas yang melakukan tahap eksplorasi pertama di perairan Mamuju ini telah berjanji menghadiri agenda pertemuan dengan komunitas nelayan,” kata Kepala Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral Pemprov Sulbar Agus Salim Tamaudjoe di Mamuju,kemarin.
Menurut dia, keberadaan State Oil melakukan pengeboran migas di Blok Karama tidak ilegal. Perusahaan ini resmi mengantongi izin sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hanya,persoalan yang muncul ketika State Oil melakukan pengeboran migas tahap pertama masih butuh sosialisasi kepada komunitas nelayan yang merasakan dampak dilaksanakannya tahap eksplorasi di perairan Mamuju.
”Kami telah agendakan melaksanakan sosialisasi sebelum eksplorasi tahap kedua pada April 2012. Sebenarnya sosialisasi pernah dilakukan sebelum eksplorasi tahap pertama, tapi rupanya masih ada komunitas nelayan yang belum memahaminya,”kata dia. Kegiatan sosialisasi tahap kedua akan melibatkan State Oil, Dinas Kelautan dan Perikanan( DKP), LSM dan media massa, serta komunitas nelayan. Sebelumnya ketua kelompok nelayan Mamuju Novianti saat mengadukan masalah ini ke DPRD Sulbar, Kamis (8/3), menuding State Oil melakukan pencemaran laut sehingga memicu hasil tangkap nelayan berkurang.
”Perairan Sulbar yang berada di Selat Makassar ini semakin tercemari akibat dilakukannya tahap eksplorasi pengeboran sumur minyak.Kondisi ini menyebabkan komunitas nelayan semakin rugi sehingga PT State Oil harus mempertanggungjawabkan dengan memberikan kompensasi sesuai kerugian nelayan,” ujar dia. ”Saat ini rumpon nelayan tidak lagi disinggahi ikan karena lautnya tercemar.Pencemaran ini kemungkinan karena dampak pengeboran migas atau tumpahan minyak dari empat kapal asing yang masih mencari minyak di Mamuju,”papar dia.
MAMUJU– Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Barat (Sulbar) segera memanggil manajemen PT State Oil, perusahaan minyak dan gas yang melakukan pengeboran sumur minyak di Blok Karama, Kabupaten Mamuju.
Pemanggilan ini untuk memperjelas kompensasi bagi nelayan yang sulit mendapatkan ikan di perairan pascaeksplorasi yang dilakukan empat kapal milik perusahaan ini. ”Kami telah menindaklanjuti tuntutan komunitas nelayan di Mamuju. Pihak perusahaan migas yang melakukan tahap eksplorasi pertama di perairan Mamuju ini telah berjanji menghadiri agenda pertemuan dengan komunitas nelayan,” kata Kepala Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral Pemprov Sulbar Agus Salim Tamaudjoe di Mamuju,kemarin.
Menurut dia, keberadaan State Oil melakukan pengeboran migas di Blok Karama tidak ilegal. Perusahaan ini resmi mengantongi izin sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hanya,persoalan yang muncul ketika State Oil melakukan pengeboran migas tahap pertama masih butuh sosialisasi kepada komunitas nelayan yang merasakan dampak dilaksanakannya tahap eksplorasi di perairan Mamuju.
”Kami telah agendakan melaksanakan sosialisasi sebelum eksplorasi tahap kedua pada April 2012. Sebenarnya sosialisasi pernah dilakukan sebelum eksplorasi tahap pertama, tapi rupanya masih ada komunitas nelayan yang belum memahaminya,”kata dia. Kegiatan sosialisasi tahap kedua akan melibatkan State Oil, Dinas Kelautan dan Perikanan( DKP), LSM dan media massa, serta komunitas nelayan. Sebelumnya ketua kelompok nelayan Mamuju Novianti saat mengadukan masalah ini ke DPRD Sulbar, Kamis (8/3), menuding State Oil melakukan pencemaran laut sehingga memicu hasil tangkap nelayan berkurang.
”Perairan Sulbar yang berada di Selat Makassar ini semakin tercemari akibat dilakukannya tahap eksplorasi pengeboran sumur minyak.Kondisi ini menyebabkan komunitas nelayan semakin rugi sehingga PT State Oil harus mempertanggungjawabkan dengan memberikan kompensasi sesuai kerugian nelayan,” ujar dia. ”Saat ini rumpon nelayan tidak lagi disinggahi ikan karena lautnya tercemar.Pencemaran ini kemungkinan karena dampak pengeboran migas atau tumpahan minyak dari empat kapal asing yang masih mencari minyak di Mamuju,”papar dia.
Hal yang sama diungkapkan Abdullah, salah seorang pemilik kapal nelayan yang mengadukan persoalan tersebut ke DPRD Sulbar. ”Akibat keberadaan empat kapal yang melakukan eksplorasi migas di radius 30 mil laut tersebut,para nelayan mengaku sulit mendapatkan ikan di perairan Mamuju. ”Sudah tiga bulan terakhir, kami sulit mendapatkan ikan,” ucap dia. Abdullah mengatakan, ikan di perairan Mamuju langka akibat aktivitas empat kapal asing tersebut.
Dengan begitu, selama tiga bulan terakhir para nelayan memilih tidak melaut dan beralih profesi untuk sementara waktu. Nasruddin, seorang aktivis mahasiswa yang turut mendampingi nelayan, mengatakan, pengeboran migas oleh State Oil telah menimbulkan dampak buruk bagi perekonomian masyarakat pesisir. ”Saat ini nelayan kami tidak mendapatkan hasil tangkap karena laut semakin tercemar,”ucapnya.
Sebab, perusahaan asing yang melakukan pengeboran sumur minyak tahap pertama dilakukan tepat di tengah kelompok rumpon milik nelayan, bahkan banyak yang telah diputus. Akibatnya, tangkapan ikan yang beredar di pasar tradisional sangat langka dan harganya mahal. ”Sudah empat bulan lamanya masyarakat harus merogoh kocek besar untuk membeli ikan segar. Ini sangat memperburuk ekonomi masyarakat kecil yang hidupnya pas-pasan,”tutur dia.
General Manager Goverment and Public Affairs PT State Oil Ratna Setia Novanti mengaku heran kegiatan kapalnya membuat ikan menjadi langka di perairan Mamuju.Logikanya, kalau ada lampu,ikan justru akan mendekat. Jika ikan itu menjauh, perlu dihadirkan ahli untuk memberikan analisa. ”Sebab, observasi kami dengan kapal serupa selama ini tidak mengganggu jalur ikan,”papar dia. ● herman mochtar/ant
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/476351/
Sebab, perusahaan asing yang melakukan pengeboran sumur minyak tahap pertama dilakukan tepat di tengah kelompok rumpon milik nelayan, bahkan banyak yang telah diputus. Akibatnya, tangkapan ikan yang beredar di pasar tradisional sangat langka dan harganya mahal. ”Sudah empat bulan lamanya masyarakat harus merogoh kocek besar untuk membeli ikan segar. Ini sangat memperburuk ekonomi masyarakat kecil yang hidupnya pas-pasan,”tutur dia.
General Manager Goverment and Public Affairs PT State Oil Ratna Setia Novanti mengaku heran kegiatan kapalnya membuat ikan menjadi langka di perairan Mamuju.Logikanya, kalau ada lampu,ikan justru akan mendekat. Jika ikan itu menjauh, perlu dihadirkan ahli untuk memberikan analisa. ”Sebab, observasi kami dengan kapal serupa selama ini tidak mengganggu jalur ikan,”papar dia. ● herman mochtar/ant
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/476351/
Kasus Pulau Lere-Lerekang - Sulbar-Kalsel Diminta Akhiri Polemik
Wednesday, 14 March 2012
MAMUJU – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Barat (Sulbar) dan Pemprov Kalimantan Selatan (Kalsel) diminta mengakhiri polemik terkait kepemilikan Pulau Lere- Lerekang.Sebab,pulau itu masih berada di dalam wilayah Indonesia.
”Artinya, milik kita semua. Ini kan hanya masalah administrasi dan baru muncul masalah setelah diketahui di pulau itu terdapat kandungan migas yang demikian besar,” kata Ketua DPRD Sulbar Hamzah Hapati Hasan di Rujab Ketua DPRD Sulbar,kemarin. Padahal, sebelum diketahui ada kandungan migas, pulau ini tak diributkan karena memang pulau itu tidak berpenghuni.
”Tidak perlulah diributkan karena sejatinya itu milik bangsa Indonesia. Beda kasusnya jika pulau itu diklaim negara lain,”ujar dia. Adanya informasi bahwa Pemprov Kalsel dan Kalimantan Timur (Kaltim) sudah membentuk tim khusus terkait kepemilikan pulau itu, Hamzah menilai, langkah itu harus diarahkan ke hal positif. Jangan sampai justru membuat bangsa ini terpecah.
Upaya Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh mencari mediator masalah ini dinilai tepat. ”Saya dukung upaya Gubernur. Memang banyak warga Sulbar di Kalsel maupun Kaltim. Memang jika dilihat dari historisnya, Sulbar kan pemekaran dari Sulsel. Nah, Pulau Lere-Lerekang itu masuk wilayah Sulsel. Jadi, ketika Sulbar berdiri sendiri, tentu saja pulau itu masuk wilayah Sulbar.Sebab, berada di wilayah Kabupaten Majene.Tetapi, kita harus cari jalan keluar yang sehat.Masalah ini harus didudukan secara proporsional,”papar dia.
Terkait adanya migas di kawasan itu, Hamzah menyarankan keuntungan dibagi rata dengan ketiga provinsi karena juga untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Jangan karena masalah ini kemudian ada pihak yang merasa dicederai. Konflik kepemilikan pulau ini terjadi untuk kedua kali setelah gugusan Pulau Balabalakang diklaim sebagai bagian wilayah Kaltim.
Karena itu, Hamzah meminta pemerintah mempertegas wilayahnya. Sebab dalam masalah kepemilikan, pasti masing-masing pihak memiliki landasan yang kuat. herman mochtar
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/477267/
MAMUJU – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Barat (Sulbar) dan Pemprov Kalimantan Selatan (Kalsel) diminta mengakhiri polemik terkait kepemilikan Pulau Lere- Lerekang.Sebab,pulau itu masih berada di dalam wilayah Indonesia.
”Artinya, milik kita semua. Ini kan hanya masalah administrasi dan baru muncul masalah setelah diketahui di pulau itu terdapat kandungan migas yang demikian besar,” kata Ketua DPRD Sulbar Hamzah Hapati Hasan di Rujab Ketua DPRD Sulbar,kemarin. Padahal, sebelum diketahui ada kandungan migas, pulau ini tak diributkan karena memang pulau itu tidak berpenghuni.
”Tidak perlulah diributkan karena sejatinya itu milik bangsa Indonesia. Beda kasusnya jika pulau itu diklaim negara lain,”ujar dia. Adanya informasi bahwa Pemprov Kalsel dan Kalimantan Timur (Kaltim) sudah membentuk tim khusus terkait kepemilikan pulau itu, Hamzah menilai, langkah itu harus diarahkan ke hal positif. Jangan sampai justru membuat bangsa ini terpecah.
Upaya Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh mencari mediator masalah ini dinilai tepat. ”Saya dukung upaya Gubernur. Memang banyak warga Sulbar di Kalsel maupun Kaltim. Memang jika dilihat dari historisnya, Sulbar kan pemekaran dari Sulsel. Nah, Pulau Lere-Lerekang itu masuk wilayah Sulsel. Jadi, ketika Sulbar berdiri sendiri, tentu saja pulau itu masuk wilayah Sulbar.Sebab, berada di wilayah Kabupaten Majene.Tetapi, kita harus cari jalan keluar yang sehat.Masalah ini harus didudukan secara proporsional,”papar dia.
Terkait adanya migas di kawasan itu, Hamzah menyarankan keuntungan dibagi rata dengan ketiga provinsi karena juga untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Jangan karena masalah ini kemudian ada pihak yang merasa dicederai. Konflik kepemilikan pulau ini terjadi untuk kedua kali setelah gugusan Pulau Balabalakang diklaim sebagai bagian wilayah Kaltim.
Karena itu, Hamzah meminta pemerintah mempertegas wilayahnya. Sebab dalam masalah kepemilikan, pasti masing-masing pihak memiliki landasan yang kuat. herman mochtar
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/477267/
Blok Migas Belum Ada yang Dieksploitasi
Tuesday, 20 March 2012
MAMUJU– Lima blok minyak dan gas (migas) bumi yang berada di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) belum tentu dieksploitasi perusahaan pemenang tender.
Sebab, hingga triwulan I/2012 ini, belum ada satu pun titik di setiap blok yang ditemukan migas. Menurut Kepala Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral (PESDM) Sulbar Agussalim Tamadjoe, walaupun di lima blok tersebut terdapat kandungan migas yang cukup besar, harus dicari titik yang tepat untuk mendapatkan kandungan migas. ”Meskipun ada, nilai ekonomisnya tidak menguntungkan mereka.
Benar, Sulbar memiliki kandungan migas yang cukup besar.Namun, harus dicari titik yang lebih tepat mendapatkan migas yang menguntungkan. Artinya, kandungannya besar dan bisa dieksploitasi dalam waktu lama,” ujar dia di Mamuju,kemarin. Diakui, semua perusahaan multinasional yang bergerak di migas yang memenangkan tender itu tetap berusaha mendapatkan titik yang pas untuk kemudian dieksploitasi.
Mereka terus melakukan eksplorasi berdasarkan hasil survei. Bahkan mereka berani memperpanjang kontrak hingga satu tahun ke depan.Izin eksplorasi yang diberikan kepada perusahaan itu selama enam tahun,terhitung sejak 2007. ”Potensi migas di Sulbar berada di cekungan Lariang,di Selat Makassar. Namun saat pengeboran, tidak ditemukan kandungan sesuai yang diharapkan sehingga mereka kembali melakukan pemetaan,” katanya.
Agussalim mengatakan bahwa setiap eksplorasi yang dilakukan perusahaan yang mendapatkan izin eksplorasi dipastikan mengeluarkan biaya triliunan rupiah.”Itu semua dana mereka sendiri,” tuturnya. Karena itu, wajar jika mereka tidak menyerah dan mencari titik yang tepat dan menguntungkan. Sebab berdasarkan penelitian, Sulbar positif memiliki kandungan migas yang besar.
Saat ini yang sedang dieksplorasi, yaitu Blok Suremana yang dilakukan Exxon Mobile dengan areal seluas 5.339 kilometer persegi. Selain itu, Blok Pasangkayu oleh Marathon Oil dengan luas areal 4.707 kilometer persegi serta Blok Kuma oleh Conoco Philips dengan luas areal 5.086 kilometer persegi.”Semuanya berada di Kabupaten Mamuju Utara (Matra),”ujar dia.
Sementara di Kabupaten Majene,ada Blok Mandar yang dieksplorasi Exxon Mobile dengan luas areal 4.196 kilometer persegi. Blok Budong-Budong oleh Tatteli NV dengan luas areal 5.494 kilometer persegi di Kabupaten Mamuju. Dari semua blok tersebut, hanya Blok Budong-Budong yang berada di darat atau biasa disebut dengan offshore.
Eksplorasi juga dilakukan Statoil di Blok Karama dengan luas areal 4.287 kilometer di Kabupaten Mamuju. ”Blok Budong-Budong, dari data seismik menunjukkan bahwa kandungan migas di dalamnya sangat besar. Setelah dibor,ternyata kandungan gasnya yang lebih besar,” papar dia. Blok yang hampir berhasil dan menunggu eksploitasi adalah Blok Malunda oleh PTTEP Thailand dengan luas areal 5.148 kilometer persegi.
Perusahaan pemegang izin blok ini juga akan mengelola Blok South Mandar dengan luas areal 3.882 kilometer persegi. Kemudian Blok Karama oleh Pearl Oil dengan luas areal 5.389 kilometer persegi. Kelemahan kinerja semua perusahaan itu adalah pada kapal eksplorasi. Kapal yang beroperasi di Indonesia hanya satu unit sehingga pemakaiannya harus bergiliran. herman mochtar
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/479277/
MAMUJU– Lima blok minyak dan gas (migas) bumi yang berada di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) belum tentu dieksploitasi perusahaan pemenang tender.
Sebab, hingga triwulan I/2012 ini, belum ada satu pun titik di setiap blok yang ditemukan migas. Menurut Kepala Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral (PESDM) Sulbar Agussalim Tamadjoe, walaupun di lima blok tersebut terdapat kandungan migas yang cukup besar, harus dicari titik yang tepat untuk mendapatkan kandungan migas. ”Meskipun ada, nilai ekonomisnya tidak menguntungkan mereka.
Benar, Sulbar memiliki kandungan migas yang cukup besar.Namun, harus dicari titik yang lebih tepat mendapatkan migas yang menguntungkan. Artinya, kandungannya besar dan bisa dieksploitasi dalam waktu lama,” ujar dia di Mamuju,kemarin. Diakui, semua perusahaan multinasional yang bergerak di migas yang memenangkan tender itu tetap berusaha mendapatkan titik yang pas untuk kemudian dieksploitasi.
Mereka terus melakukan eksplorasi berdasarkan hasil survei. Bahkan mereka berani memperpanjang kontrak hingga satu tahun ke depan.Izin eksplorasi yang diberikan kepada perusahaan itu selama enam tahun,terhitung sejak 2007. ”Potensi migas di Sulbar berada di cekungan Lariang,di Selat Makassar. Namun saat pengeboran, tidak ditemukan kandungan sesuai yang diharapkan sehingga mereka kembali melakukan pemetaan,” katanya.
Agussalim mengatakan bahwa setiap eksplorasi yang dilakukan perusahaan yang mendapatkan izin eksplorasi dipastikan mengeluarkan biaya triliunan rupiah.”Itu semua dana mereka sendiri,” tuturnya. Karena itu, wajar jika mereka tidak menyerah dan mencari titik yang tepat dan menguntungkan. Sebab berdasarkan penelitian, Sulbar positif memiliki kandungan migas yang besar.
Saat ini yang sedang dieksplorasi, yaitu Blok Suremana yang dilakukan Exxon Mobile dengan areal seluas 5.339 kilometer persegi. Selain itu, Blok Pasangkayu oleh Marathon Oil dengan luas areal 4.707 kilometer persegi serta Blok Kuma oleh Conoco Philips dengan luas areal 5.086 kilometer persegi.”Semuanya berada di Kabupaten Mamuju Utara (Matra),”ujar dia.
Sementara di Kabupaten Majene,ada Blok Mandar yang dieksplorasi Exxon Mobile dengan luas areal 4.196 kilometer persegi. Blok Budong-Budong oleh Tatteli NV dengan luas areal 5.494 kilometer persegi di Kabupaten Mamuju. Dari semua blok tersebut, hanya Blok Budong-Budong yang berada di darat atau biasa disebut dengan offshore.
Eksplorasi juga dilakukan Statoil di Blok Karama dengan luas areal 4.287 kilometer di Kabupaten Mamuju. ”Blok Budong-Budong, dari data seismik menunjukkan bahwa kandungan migas di dalamnya sangat besar. Setelah dibor,ternyata kandungan gasnya yang lebih besar,” papar dia. Blok yang hampir berhasil dan menunggu eksploitasi adalah Blok Malunda oleh PTTEP Thailand dengan luas areal 5.148 kilometer persegi.
Perusahaan pemegang izin blok ini juga akan mengelola Blok South Mandar dengan luas areal 3.882 kilometer persegi. Kemudian Blok Karama oleh Pearl Oil dengan luas areal 5.389 kilometer persegi. Kelemahan kinerja semua perusahaan itu adalah pada kapal eksplorasi. Kapal yang beroperasi di Indonesia hanya satu unit sehingga pemakaiannya harus bergiliran. herman mochtar
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/479277/
9 Blok Migas Modal Pembangunan Sulbar
Tuesday, 27 March 2012
MAMUJU-Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) adalah daerah termuda diantara 33 provinsi di Indonesia, namun daerah itu memiliki potensi kekayaan alam sangat melimpah khususnya potensi pertambangan migas.
“Sembilan blok migas itu masih dalam tahap eksplorasi oleh perusahaan terkemuka di dunia,” kata Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh di Mamuju, baru-baru ini.Apa yang dimiliki itu lanjutnya, merupakan modal besar dalam percepatan pembangunan Sulbar. Menurutnya, sembilan perusahaan migas ini telah melakukan investasi untuk mencari titik migas,diantaranya,PT Exxon Mobile, Pearl Oil, Marathon International, Conoco Phlips, Statoil Hydro, Tatelly dan PTT Ep Thailand.
Perusahaan migas yang telah dianggap paling berhasil sekarang ini kata dia, adalah Pearl Oil yang melakukan pengeboran gas pada blok Sebuku di Pulau Lerek-Lerekang atau Pulau Lari-Larian.“Pearl Oil telah berhasil menemukan gas. Sekarang ini tinggal sedot untuk dipasarkan ke PT Pupuk Kaltim,” ujar Gubernur Subar dua periode ini optimistis. Ketua DPD I Golkar Sulbar ini mengatakan, blok-blok migas yang sementara dalam tahap eksplorasi ini tentu menjadi aset berharga yang patut disyukuri untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan di daerah.
“Tetesan migas ini tentu anugrah yang harus kita syukuri.Kita optimis percepatan pembangunan bisa diwujudkan apabila dalam waktu dekat blok-blok migas telah berproduksi,”ucapnya. Karena itu katanya, masyarakat Sulbar diharapkan tetap mendukung masuknya investasi untuk mempercepat pelaksanaanpembangunandidaerah. Pemprov tentu membuka diri bagi setiap investor yang hendak berinvestasidiSulbarsepanjang memenuhi aturan perundangundangan yang berlaku. ant
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/480864/
MAMUJU-Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) adalah daerah termuda diantara 33 provinsi di Indonesia, namun daerah itu memiliki potensi kekayaan alam sangat melimpah khususnya potensi pertambangan migas.
“Sembilan blok migas itu masih dalam tahap eksplorasi oleh perusahaan terkemuka di dunia,” kata Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh di Mamuju, baru-baru ini.Apa yang dimiliki itu lanjutnya, merupakan modal besar dalam percepatan pembangunan Sulbar. Menurutnya, sembilan perusahaan migas ini telah melakukan investasi untuk mencari titik migas,diantaranya,PT Exxon Mobile, Pearl Oil, Marathon International, Conoco Phlips, Statoil Hydro, Tatelly dan PTT Ep Thailand.
Perusahaan migas yang telah dianggap paling berhasil sekarang ini kata dia, adalah Pearl Oil yang melakukan pengeboran gas pada blok Sebuku di Pulau Lerek-Lerekang atau Pulau Lari-Larian.“Pearl Oil telah berhasil menemukan gas. Sekarang ini tinggal sedot untuk dipasarkan ke PT Pupuk Kaltim,” ujar Gubernur Subar dua periode ini optimistis. Ketua DPD I Golkar Sulbar ini mengatakan, blok-blok migas yang sementara dalam tahap eksplorasi ini tentu menjadi aset berharga yang patut disyukuri untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan di daerah.
“Tetesan migas ini tentu anugrah yang harus kita syukuri.Kita optimis percepatan pembangunan bisa diwujudkan apabila dalam waktu dekat blok-blok migas telah berproduksi,”ucapnya. Karena itu katanya, masyarakat Sulbar diharapkan tetap mendukung masuknya investasi untuk mempercepat pelaksanaanpembangunandidaerah. Pemprov tentu membuka diri bagi setiap investor yang hendak berinvestasidiSulbarsepanjang memenuhi aturan perundangundangan yang berlaku. ant
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/480864/
DPRD Minta CSR Tambang Migas untuk Pendidikan
Jumat, 16 Maret 2012 23:57 WITA | Sulbar
Mamuju (ANTARA News) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Barat meminta program tanggung jawab sosial perusahaan atau "corporate social responsibility" dari perusahaan minyak dan gas yang melakukan ekplorasi diarahkan untuk pembangunan infrastruktur pendidikan.
` "Pihak perusahaan minyak dan gas (Migas) yang melakukan aktivitas pertambangan di sejumlah blok di Sulbar terutama perusahaan yang telah berhasil seperti Pearl Oil agar lebih mengarahkan program CSR untuk pendidikan masyarakat nelayan," kata Wakil Ketua DPRD Sulbar Arifin Nurdin di Mamuju, Jum'at.
Menurutnya, Pearl Oil merupakan perusahaan dari negara Uni Emirat Arab telah menemukan migas di blok sebuku dan hasilnya murni dibeli oleh perusahaan PT Pupuk Kaltim.
Karena itu, kata dia, dirinya berharap banyak agar program CSR yang akan dilaksanakan oleh perusahaan tambang muaranya untuk pengembangan pendidikan.
Ia mengatakan, data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sulbar menyimpulkan bahwa angka putus sekolah tertinggi pada wilayah pesisir atau masyarakat nelayan.
Karena itu, kata dia, keberpihakan perusahaan untuk membangun infrastruktur pendidikan bagi masyarakat pesisir sangat dibutuhkan.
Apalagi, kata dia, keberadaan perusahaan tambang migas selama melakukan tahap survei hingga eksplorasi ini cukup mempengaruhi hasil tangkap nelayan.
"Masyarakat pesisir harus lebih banyak mendapatkan manfaat dari perusahaan tambang migas yang melakukan eksplorasi di perairan Sulbar,"kata dia.
Kepala ESDM Sulbar, Ir.Agus Salim Tamaodjoe, berjanji, akan mengusulkan kepada perusahaan migas untuk membangun infrastruktur pendidikan pada wilayah pesisir.
"Program CSR dari perusahaan Pear Oil segera dilaksanakan. Makanya, kami tunggu proposal dari organisasi kemasyarakatan atau pihak yayasan yang akan menjadi pelaksanaka kegiatan CSR," katanya.
(T.KR-ACO/N002)
COPYRIGHT © 2012
http://makassar.antaranews.com/berita/37302/dprd-minta-csr-tambang-migas-untuk-pendidikan
Eksploitasi Gas Blok Sebuku 2013
Jumat, 03 Februari 2012 13:31 WITA | Sulbar
Mamuju (ANTARA News) - Gas Blok Sebuku Sulawesi Barat di perairan Sulawesi akan di eksploitasi perusahaan minyak dan gas Pearl Oil pada 2013.
Vice President Goverment Relation Bisnis Support Pearl Oil, Taufik Rahardjo di Mamuju, Jumat, mengatakan, Pearl Oil akan melakukan eksploitasi migas di Blok Sebuku awal 2013, setelah melakukan eksplorasi migas di Blok Sebuku sejak 2005.
Ia mengatakan, eksplorasi gas yang dilakukan pearl oil di blok Sebuku perairan Sulawesi yang kini disengketakan antara pemerintah di Sulbar dan Kalimantan Selatan (Kalsel) telah berakhir dilaksanakan pada 2008.
Namun kata dia, karena banyak prosedur yang harus dilengkapi oleh pearl oil untuk melaksanakan eksploitasi gas, maka baru dapat dilaksanakan pada 2013.
"Banyak prosedur yang harus dilengkapi, sehingga eksploitasi gas terlambat dilaksanakan , diantaranya proses tender, perizinan, pengadaan instalasi dan berbagai fasilitas, sehingga eksploitasi baru dapat dilaksanakan tahun depan,"katanya.
Menurut dia, Pearl Oil optimistis yakin eksploitasi gas akan berhasil di Blok Sebuku, dan pearl oil akan mampu memproduksi gas yang hasil produksinya belum dapat dihitung untuk kemajuan ekonomi daerah.
"Yang jelas gas akan dapat di produksi di Blok Sebuku dan tentunya sesuai komitmen awal separuh dari hasilnya akan digunakan untuk membangun daerah Sulbar yang saat ini berhak sebagai pemilik Blok Sebuku dan untuk pemerintah di tingkat pusat,"katanya. (T.KR-MFH/S016)
COPYRIGHT © 2012
http://makassar.antaranews.com/berita/36033/eksploitasi-gas-blok-sebuku-2013
Conoco Philips Pengeboran Migas di Blok Kuma
Rabu, 30 Maret 2011 22:03 WITA | Sulbar
Mamuju (ANTARA News) - Perusahaan minyak dan gas Conoco Philips segera melakukan pengeboran sumur migas di Blok Kuma yang terletak antara Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat.
Koordinator New Venture Support Conoco Philips, Muhammad Ismiradji, di Mamuju, Rabu mengatakan, Conoco Philips akan melakukan pengeboran sumur minyak dan gas migas di Blok Kuma yang terletak sekitar 30 mil laut di perairan Sulbar.
Ia mengatakan, pengeboran sumur migas yang dilakukan Conoco Philips di Blok Kuma yang terletak antara Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara Provinsi Subar itu akan dilakukan sekitar awal bulan April tahun 2011.
Menurut dia, pengeboran sumur migas yang dilakukan Conoco Philips tersebut akan dilakukan hingga kedalaman 2000 meter sampai 2500 meter dibawah perut bumi dengan melakukan sebanyak dua sumur migas.
"Pengeboran sumur migas yang dilakukan Conoco Philips ini telah disosialisasikan kepada pemerintah maupun masyarakat yang berprofesi nelayan di Sulbar yang nantinya akan terkena dampak dari pengeboran migas yang dilakukan Conoco Philips tersebut, karena pengeboran migas itu akan sangat berbahaya bagi nelayan,"katanya.
Ismiradji mengatakan, rumpon nelayan yang selama ini beroperasi disekitar lokasi yang akan dijadikan wilayah pengeboran migas Chonoco Philips akan segera diputus, namun nelayan akan diberikan ganti rugi sesuai ketentuan yang ada.
"Nelayan tidak boleh melakukan aktivitas di wilayah sekitar 500 meter dari lokasi pengeboran karena berbahaya sehingga rumponnya nelayan yang digunakan nelayan menangkap ikan akan segera di putus dan diganti rugi Conoco Philips dengan difasilitasi pemerintah di Sulbar,"katanya.
Menurut dia, pengeboran migas yang dilakukan Conoco Philips akan mengikuti peraturan yang berlaku yaitu pedoman umum operasi pengeboran migas sesuai yang dikeluarkan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), serta memperhatikan dan meminilisir dampak lingkungan yang akan ditimbulkan.
Ia berharap pengeboran migas yang akan dilakukan Conoco Philips dapat didukung pemerintah dan masyarakat Sulbar agar dapat berjalan sukses dan berhasil karena pengeboran migas yang dilakukan ketika berhasil akan memberikan dampak bagi masyarakat dan daerah ini.
"Sulbar akan semakin sejahtera apabila pemboran migas yang kami lakukan berhasil karena akan memberikan kontribusi besar bagi pendapatan ekonomi daerah ini dari sektor migas, sehingga semua pihak baik pemerintah dan masyarakat di Sulbar dapat memberikan dukungan," katanya.
(T.KR-MFH/M019)
COPYRIGHT © 2011
http://makassar.antaranews.com/berita/26172/conoco-philips-pengeboran-migas-di-blok-kuma
Pemprov Sulbar Bantah Marathon Gagal Temukan Migas
Jumat, 09 Maret 2012 16:47 WITA | Sulbar
Mamuju (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat membantah keras adanya anggapan bahwa PT Marathon Oil yang melakukan pengeboran pada sumur minyak dan gas di Blok Pasangkayu Mamuju Utara gagal menemukan cadangan migas.
"Tidak, tidak benar PT Marathon yang melakukan ekplorasi pada Blok Pasangkayu gagal. Hanya saja, pada pengeboran titik sumur ternyata cadangan migas yang ditemukan sangat sedikit sehingga perusahaan mencari titik lain pada blok yang sama karena diyakini masih memiliki cadangan migas di perairan itu," kata Kepala Dinas Pertambangan Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulbar, Ir Agus Salim Tamaodjoe di Mamuju, Jumat.
Menurut dia, Marathon Oil mulai mencari titik minyak di Blok Pasangkayu sejak 2009 dan hasilnya memang belum memuaskan.
"Saat ini perusahaan tersebut masih mencari dimana titik kandungan migas yang konon memiliki cadangan yang sangat besar. Kita berharap, dalam waktu dekat bisa mendapatkan titik sumur minyak di blok Pasangkayu," kata Agus.
Demikian pula dengan hasil yang didapatkan PT Exxon Mobile di Blok Surumana Kabupaten Mamuju Utara dan PT Conoco Philips di Blok Kuma perbatasan Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara mengalami nasib yang sama.
"Tiga perusahaan asing ini terus mencari kandungan minyak pada tiga blok. Mereka sangat optimis akan bisa menemukan tetesan migas untuk dilakukan tahap ekploitasi," urainya.
Ia mengatakan, dengan kegagalan sementara yang dialami perusahaan tersebut untuk dapat menemukan migas bukan berarti peluang pemerintah di Sulbar untuk mendongkrak pertumbuhan ekonominya melalui investasi dengan mengandalkan sektor investasi dari sektor migas akan kandas.
"Meski tiga perusahaan asing yang melakukan pengeboran untuk mencari migas tersebut terancam gagal, namun masih ada perusahaan migas lainnya yang berpeluang mendapatkan migas pada sepuluh blok migas yang dikelola perusahaan asing lainnya di Sulbar," katanya.
Ia mengatakan, saat ini sudah ada satu perusahaan yang telah berhasil menemukan gas, yakni Pearl Oil yang mengelola pada blok Sebuku.
Perusahaan migas Pear Oil ini merupakan perusahaan Uni Emirat Arab dan akan mulai mendapatkan hasil paling cepat 2012 dan paling lambat 2013.
"Perusahaan ini berhasil menemukan gas. Sekarang tinggal sedot gas dari perut bumi untuk dijual ke PT Pupuk Kaltim melalui jalur pipa Bontang Exsport Manifold," katanya.
Ia mengatakan, potensi gas pada Block Sebuku cukup banyak sehingga kelak akan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan di daerah.
"Hasil produksi gas ini tentu akan memberikan dampak bertambahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) terlebih untuk Kabupaten Majene dan Pemprov Sulbar. Kabupaten lain pun akan kebagian tetapi jumlahnya tidak sama dengan penghasilan Majene selaku pemilik wilayah," tutur Agus.
Direktur Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Sulbar Harry Warga Negara mengatakan, ketika Pearl Oil telah melakukan eksploitasi di Blok Sebuku dan berhasil, sekitar 30 persen produksinya akan diberikan ke Sulbar.
Ia mengatakan, Pearl Oil akan melakukan eksploitasi di Blok Sebuku yang terletak di perairan Sulawesi dan masuk dalam wilayah perairan Sulbar pada 2013.
Menurut dia, dari 30 persen produksi Pearl Oil yang akan diberikan ke Provinsi Sulbar, sekitar 12 persen dari bagi hasil migas untuk Sulbar itu, akan diberikan kepada kabupaten penghasil yakni Kabupaten Majene.
Sementara itu, kata dia, pemerintah Sulbar akan mendapatkan sekitar 6 persen dan seluruh kabupaten lain di Sulbar juga akan mendapatkan 12 persen dibagi secara merata.
"Bagi hasil migas untuk Sulbar sekitar 30 persen dari gas Blok Sebuku itu diatur dalam Undang Undang Nomor 33 tahun 2009, dan akan dimanfaatkan meningkatkan pembangunan daerah," katanya. (T.KR-ACO/S023)
COPYRIGHT © 2012
http://makassar.antaranews.com/berita/37091/pemprov-sulbar-bantah-marathon-gagal-temukan-migas
Gubernur : Sembilan Blok Migas Modal Percepatan Pembangunan
Senin, 26 Maret 2012 06:13 WITA | Sulbar
Mamuju (ANTARA News) - Gubernur Provinsi Sulawesi Barat, Anwar Adnan Saleh, menyampaikan, sembilan blok minyak dan gas (Migas) yang ada dalam kandungan perut bumi merupakan berkah bagi keberlanjutan percepatan pembangunan di daerah ini.
"Potensi kekayaan alam di provinsi terbungsu ini sangat melimpah khususnya potensi pertambangan migas. Sembilan blok migas itu masih dalam tahap eksplorasi oleh perusahaan terkemuka dunia,"kata Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh di Mamuju, Minggu.
Menurutnya, sembilan perusahaan migas ini telah melakukan investasi untuk mencari titik migas.
Gubernur mengatakan, beberapa diantara perusahaan tersebut masing-masing PT Exxon Mobile, Pearl Oil, Marathon International, Conoco Phlips, Statoil Hydro, Tatelly dan PTT Ep Thailand.
Perusahaan migas yang telah dianggap paling berhasil sekarang ini kata dia, adalah Pearl Oil yang melakukan pengeboran gas pada blok Sebuku di Pulau Lerek-Lerekang atau Pulau Lari-Larian.
"Pearl Oil telah berhasil menemukan gas. Sekarang ini tinggal sedot untuk dipasarkan ke PT Pupuk Kaltim,"kata dia.
Dia mengatakan, blok-blok migas yang sementara dalam tahap eksplorasi ini tentu menjadi aset berharga yang patut disyukuri untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan di daerah.
Perusahaan migas yang telah dianggap paling berhasil sekarang ini kata dia, adalah Pearl Oil yang melakukan pengeboran gas pada blok Sebuku di Pulau Lerek-Lerekang atau Pulau Lari-Larian.
"Pearl Oil telah berhasil menemukan gas. Sekarang ini tinggal sedot untuk dipasarkan ke PT Pupuk Kaltim,"kata dia.
Dia mengatakan, blok-blok migas yang sementara dalam tahap eksplorasi ini tentu menjadi aset berharga yang patut disyukuri untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan di daerah.
"Tetesan migas ini tentu anugrah yang harus kita syukuri. Kita optimis percepatan pembangunan bisa diwujudkan apabila dalam waktu dekat blok-blok migas telah berproduksi,"ucap Anwar.
Karena itu kata dia, masyarakat Sulbar diharapkan tetap mendukung masuknya investasi guna mempercepat pelaksanaan pembangunan di daerah.
"Pemprov tentu membuka diri bagi setiap investor yang hendak berinvestasi di Sulbar sepanjang memenuhi aturan perundang-undangan yang berlaku. Majunya investasi di daerah merupakan ciri daerah itu mulai mengalami perkembangan,"pungkasnya. (T.KR-ACO/S006)
COPYRIGHT © 2012
http://makassar.antaranews.com/berita/37536/gubernur--sembilan-blok-migas-modal-percepatan-pembangunan
"Pemprov tentu membuka diri bagi setiap investor yang hendak berinvestasi di Sulbar sepanjang memenuhi aturan perundang-undangan yang berlaku. Majunya investasi di daerah merupakan ciri daerah itu mulai mengalami perkembangan,"pungkasnya. (T.KR-ACO/S006)
COPYRIGHT © 2012
http://makassar.antaranews.com/berita/37536/gubernur--sembilan-blok-migas-modal-percepatan-pembangunan
Marathon Belum Pastikan Potensi Migas Blok Pasangkayu
Selasa, 24 Agustus 2010 05:13 WITA | Sulbar
Makassar (ANTARA News) - Marathon International Petroleum Indonesia Limited belum dapat memastikan potensi produksi migas di Blok Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat.
Sebab, target produksi harusnya berdasarkan perhitungan cadangan yang menggunakan data sumur dan data tes, kata Kepala Dinas Humas dan Hubungan Kelembagaan BPMigas, Elan Biantoro dalam siaran persnya yang diterima di Makasar, Senin.
Makassar (ANTARA News) - Marathon International Petroleum Indonesia Limited belum dapat memastikan potensi produksi migas di Blok Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat.
Sebab, target produksi harusnya berdasarkan perhitungan cadangan yang menggunakan data sumur dan data tes, kata Kepala Dinas Humas dan Hubungan Kelembagaan BPMigas, Elan Biantoro dalam siaran persnya yang diterima di Makasar, Senin.
Menurut Elan, Marathon telah melakukan survei seismik 3D tahun 2008. Untuk tambahan data atas interpretasi sumber daya di blok tersebut, rencananya Marathon akan melakukan pemboran dua sumur eksplorasi di blok Pasangkjayu yakni sumur Bravo-1 dan Romeo-1.
Sejak 10 Agustus 2010, sumur Bravo-1 sudah mulai dibor. Estimasi terkini untuk penyelesaian kedua sumur tersebut diperkirakan selesai Januari 2011.
Elan juga menyatakan bahwa Marathon tidak pernah menyatakan optimistis mampu menghasilkan migas hingga 400.000 barel ekuivalen minyak per hari di Blok Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulbar. Angka produksi 400.000 barel tersebut adalah produksi Marathon secara global di seluruh dunia. (T.pso-102/F003)
COPYRIGHT © 2010
http://makassar.antaranews.com/berita/18446/marathon-belum-pastikan-potensi-migas-blok-pasangkayu
Sejak 10 Agustus 2010, sumur Bravo-1 sudah mulai dibor. Estimasi terkini untuk penyelesaian kedua sumur tersebut diperkirakan selesai Januari 2011.
Elan juga menyatakan bahwa Marathon tidak pernah menyatakan optimistis mampu menghasilkan migas hingga 400.000 barel ekuivalen minyak per hari di Blok Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulbar. Angka produksi 400.000 barel tersebut adalah produksi Marathon secara global di seluruh dunia. (T.pso-102/F003)
COPYRIGHT © 2010
http://makassar.antaranews.com/berita/18446/marathon-belum-pastikan-potensi-migas-blok-pasangkayu
Sulbar Bakal Ditetapkan Sebagai Daerah Penghasil Migas
Jumat, 09 Maret 2012 07:00 WITA | Sulbar
Mamuju (ANTARA News) - Wilayah Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, bakal segera ditetapkan sebagai daerah penghasil minyak dan gas setelah berhasil ditemukan potensi gas pada blok Sebuku yang terdapat di Pulau Lari-Larian.
Kepala Dinas Pertambangan Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), Agus Salim Tamaudjoe di Mamuju, Kamis, mengatakan dengan keberhasilan tersebut, Sulbar yang merupakan provinsi terbungsu di Indonesia tidak lama lagi akan menyandang status penghasil migas di Indonesia.
"Proses ke penetapan Sulbar sebagai daerah migas telah berlangsung. Kita tinggal menunggu surat keputusan presiden. Kemungkinan SK presiden keluar tahun 2012," ungkapnya.
Menurut dia, ditemukannya blok migas di Pulau Lari-larian menjadi berkah tersendiri bagi daerah karena pusat memberi peluang menjadi daerah penghasil minyak dan gas bumi.
"Potensi gas yang di kelola Pearl Oil di blok Sebuku telah berhasil untuk dimanfaatkan. Sekarang ini tinggal disedot dari perut bumi untuk kemudian di pasarkan ke PT Pupuk Kaltim melalui jalur pipa Bontang Exsport Manifold,"katanya.
Ia mengatakan, BP Migas sangat mendukung itu sehingga Sulbar melayangkan surat kepada Menteri Dalam Negeri dengan menyertakan Permendagri Nomor 43 Tahun 2011 tentang Wilayah Administrasi Pulau Lari-larian karena saat ini Pemprov Kalimantan Selatan tetap ngotot untuk bisa merebut pulau potensial gas itu.
"BP Migas dan Pearl Oil secara operasional berkomitmen memberikan manfaat maksimal dalam pengembangan proyek migas tersebut," kata dia.
Keputusan bahwa seluruh produksi gas dari lapangan Ruby, blok Sebuku dipasok untuk Pabrik Pupuk Kaltim V adalah kebijakan pemerintah pusat yang bertujuan menciptakan ketahanan pangan dengan meningkatkan produksi pupuk.
Dia menambahkan, dengan ladang gas blok Sebuku kelak memberikan kontribusi positif peningkatan produksi gas nasional.
Hal ini kata dia, sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2012 tentang Peningkatan Produksi Minyak Bumi Nasional yang menargetkan produksi minyak dapat mencapai 1,01 juta barel per hari pada tahun 2014.
(T.KR-ACO/A013)
COPYRIGHT © 2012
http://makassar.antaranews.com/berita/37083/sulbar-bakal-ditetapkan-sebagai-daerah-penghasil-migas
Pemkab Mamuju Janji Permudah Masuknya Investor
Senin, 02 April 2012 16:04 WITA | Sulbar
Mamuju (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, berjanji akan mempermudah masuknya investor untuk mengelola potensi Sumber Daya Alam (SDA) dalam rangka mendorong percepatan pembangunan di wilayah itu.
"Daerah ini memiliki segudang potensi SDA yang melimpah ruah, namun kekayaan itu masih belum dikelola secara baik," kata Bupati Mamuju Drs H Suhardi Duka, MM di Mamuju, Minggu.
Menurut bupati, untuk mempercepat laju pembangunan di Mamuju maka dibutuhkan campur tangan investor untuk mengelola potensi SDA yang cukup melipah di daerah ini.
Karena itu, kata Bupati, dirinya akan mempermudah bagi pengusaha yang hendak melakukan investasi di daerah sepanjang mengikuti ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
"Kami tidak akan pernah mempersulit setiap rencana investasi yang akan masuk ke Mamuju. Silakan bagi investor yang mau berinvestasi di daerah kami," ucap bupati.
Bupati mengatakan, potensi yang bisa dikembangkan di Mamuju bukan hanya dari sektor pertanian, perikanan dan perkebunan.
Namun kata dia, sektor yang menjadi unggulan adalah sektor pertambangan karena daerah ini memiliki segudang potensi tambang baik berupa minyak dan gas, batu bara, mangan, uranium dan tambang emas.
Menurutnya, beberapa potensi tambang yang sementara dalam tahap eksplorasi diantaranya tambang minyak dan gas (Migas) oleh perusahaan asing yakni Conoco Philips, Marathon Internaional, Stat Oil dan PT Tately.
Bahkan kata dia, potensi tambang emas yang terdapat di Kecamatan Bonehau dan Kalumpang saat ini dikelola oleh PT Antam.
"Semua potensi tambang tersebut masih dalam tahap eksplorasi sehingga belum bisa memberikan kontribusi positif bagi percepatan pembangunan untuk kesejahteraan rakyat,"kata dia.
Jika nantinya ada diantara potensi tambang yang telah berproduksi kata Bupati, maka daerah ini akan mengalami geliat pembangunan yang luar biasa. (T.KR-ACO/Z002)
COPYRIGHT © 2012
http://makassar.antaranews.com/berita/37703/pemkab-mamuju-janji-permudah-masuknya-investor
Bupati : Mamuju Kaya dengan Potensi Tambang
Minggu, 01 April 2012 21:00 WITA | Sulbar
Mamuju (ANTARA News) - Bupati Mamuju, Sulawesi Barat, Drs H Suhardi Duka MM mengatakan, daerah Mamuju sangat kaya dengan potensi tambang yang tersebar pada beberapa kecamatan yang ada di wilayah itu.
"Kabupaten Mamuju memiliki segudang potensi kekayaan alam yang melimpah khususnya pada bidang pertambangan," kata Bupati Mamuju Suhardi Duka MM di Mamuju, Minggu.
Menurutnya, beberapa potensi tambang yang sementara dalam tahap eksplorasi diantaranya tambang minyak dan gas (Migas) oleh perusahaan asing yakni Conoco Philips, Marathon Internaional, Stat Oil dan PT Tately.
Selain itu kata dia, potensi tambang emas yang saat ini dikelola oleh PT Antam, potensi tambang Mangan, potensi tambang batubara dan berbagai jenis tambang lainnya.
"Semua potensi tambang tersebut masih dalam tahap eksplorasi sehingga belum bisa memberikan kontribusi positif bagi percepatan pembangunan untuk kesejahteraan rakyat,"kata dia.
Jika nantinya ada diantara potensi tambang yang telah berproduksi kata Bupati, maka daerah ini akan mengalami geliat pembangunan yang luar biasa.
"Saat ini target Pendapatan Asli Daerah (PAD) Mamuju pada tahun anggaran 2012 di tetapkan sekitar Rp36 miliar. Ini tentu minim jika dibandingkan dengan PAD Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur yang mencapai sepuluh kali lipat dari PAD Mamuju," kata dia.
Namun demikian, kata Bupati, dirinya sangat bersyukur telah memiliki daerah yang kaya akan potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
"Kita harus bersyukur dengan adanya potensi SDA yang ada di Mamuju," ucapnya.
Selain potensi pertambangan yang melimpah kata Bupati, daerah itu juga memiliki potensi pada bidang pertanian, perkebunan dan kelautan.
Olehnya itu kata dia, pemkab Mamuju akan membuka diri jika sekiranya ada investor yang ingin memanfaatkan potensi alam sepanjang perusahaan itu memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.(T.KR-ACO/Y008)
COPYRIGHT © 2012
http://makassar.antaranews.com/berita/37696/bupati--mamuju-kaya-dengan-potensi-tambang
Tately Berencana Bor Migas di Blok Lariang
Selasa, 22 November 2011 07:48 WITA | Sulbar
Mamuju (ANTARA News) - Perusahaan tambang Tately NV berencana untuk kembali mengebor atau melakukan ekplorasi minyak dan gas di block Lariang, di Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat.
"Kami optimis kandungan minyak dan gas di Kabupaten Mamuju Utara sangat besar. Pada pengeboran perdana yang dilakukan di Kecamatan Sarudu telah ditemukan tekanan gas dari perut bumi," kata Manajer Operasional Tately, Mike Ellis di Mamuju, Senin.
Menurut Mike, ketika itu dihentikan kegiatan karena khawatir tekanan gas itu justeru menimbulkan dampak lingkungan.
Rencana untuk kembali melakukan pengeboran di daerah Sarudu akan dilakukan pada lokasi yang tidak jauh dari pengeboran pertama di Mamuju Utara.
"Ada keyakinan tinggi telah ada potensi migas di daerah Sarudu. Makanya, rencana pengeboran ulang di sekitar lokasi itu baru akan dimulai pada awal tahun 2012,"kata dia.
Ia mengatakan, perusahaan miliknya baru akan melakukan produksi apabila kandungan minyak mencapai minimal 200 minyak/barel dan untuk potensi gas maka kandungannya harus jauh lebih besar dari potensi minyak.
"Kita lihat saja apakah ada kandungan yang lebih besar dari apa yang kami temukan pada pengeboran migas di awal tahun 2011 yang lalu. Tentunya, kami selaku perusahan akan terus berupaya mencari titik-titik migas untuk bisa digarap pada masa-masa yang akan datang,"ungkap Mike.
Mike Ellis menyampaikan, kedalaman pengeboran migas yang dilakukan PT Tately NV di Kecamatan Sarudu sudah melewati di kedalaman 2.000 meter namun hanya menemukan tekanan yang diduga mengandung gas.
Oleh karena itu ia mengatakan, PT Tately NV berniat kembali mencari titik lainnya yang dianggap memiliki kandungan migas jauh lebih besar dari pelaksanaan pengeboran migas pertama di Kecamatan Sarudu.
Saat ini kata dia, Tately NV masih mencari titik migas di Kecamatan Tommo dengan kedalam telah mencapai 3.600 meter dari permukaan perut bumi.
"Kami akan melakukan pengeboran hingga 4.000 meter dan akan mencari lagi beberapa sumur migas lagi yang potensi kedalaman dapat dijangkau,"pungkasnya.
Ia berharap migas yang dicari dapat segera ditemukan untuk segera dilakukan ekploitasi agar hasilnya dapat dinikmati secara bersama perusahaan dan daerah ini. (T.KR-ACO/M019)
COPYRIGHT © 2011
http://makassar.antaranews.com/berita/34022/tately-berencana-bor-migas-di-blok-lariang
State Oil Bantah Lakukan Pencemaran Laut Sulbar
Selasa, 13 Maret 2012 04:35 WITA | Sulbar
Mamuju (ANTARA News) - Perusahaan asing PT State Oil yang saat ini masih mengeksplorasi di Blok Karama, Mamuju, membantah pihaknya melakukan pencemaran laut di perairan Sulawesi Barat yang menyebabkan berkurangnya hasil tangkapan ikan nelayan setempat.
"Tidak benar jika perusahaan kami melakukan pencemaran laut akibat tumpahan minyak dari kapal kami. Sekarang ini kami masih dalam tahap pencarian minyak," kata Humas PT State Oil, Ratna Setya Novianti, di Mamuju, Senin.
Tudingan yang disampaikan komunitas nelayan di Mamuju beberapa pekan terakhir ini terkait dengan adanya tumpahan minyak, menurut dia, sangat tidak mendasar.
Begitu pun terkait dengan isu bahwa State Oil telah melakukan pemutusan rumpong milik nelayan, dia menegaskan bahwa hal itu tidak benar karena saat ini perusahaan tidak lagi melakukan survei, tetapi sudah melakukan proses pengeboran migas sumur tahap pertama di lautan lepas Blok Karama.
"Kapal perusahaan yang melakukan pengeboran menetap pada satu titik pengeboran. Kapal yang lalu-lalang itu merupakan kapal mitra kerja perusahaan State Oil untuk mengangkut bahan material untuk kepentingan perusahaan,"kata dia.
Kendati demikian, kata dia, jika memang keberadaan kapal perusahaan menimbulkan dampak lingkungan, perusahaannya akan memberikan kompensasi.
"Perusahaan kami sangat menjaga dampak lingkungan. Masyarakat Sulbar tidak perlu ragu karena kami tetap komitmen jika sekiranya ada hal-hal yang mengakibatkan terjadinya dampak lingkungan," kata dia.
Ia menjelaskan bahwa keberadaan State Oil mencari titik minyak pada Blok Karama ini setelah perusahaan asal negara Norwegia itu memenangi tender pada tahun 2007.
"Kami datang mencari minyak ke Sulbar mulai tahun 2008, dan saat ini sudah dalam tahap eksplorasi. Kami berharap sumur bor bisa menemukan cadangan migas bernilai ekonomis," kata Ratna.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Kabupaten Mamuju, Syamsu Su'ding, mengatakan bahwa perusahaan migas sama sekali tidak mengganggu aktivitas nelayan.
"Saya rasa keberadaan perusahaan itu tidak menyebabkan kurangnya hasil tangkapan ikan. Memang dalam beberapa pekan terakhir kondisi cuaca tidak memungkinkan," katanya.
Ia menagatakan bahwa perusahaan State Oil tetap beroperasi pada areal seluas 3.212,57 kilometer.
(T.KR-ACO/D007)
COPYRIGHT © 2012
http://makassar.antaranews.com/berita/37171/state-oil-bantah-lakukan-pencemaran-laut-sulbar
Stat Oil akan Ganti Kerusakan Rumpon Nelayan
Selasa, 13 Maret 2012 05:20 WITA | Sulbar
Mamuju (ANTARA News) - Perusahaan asing PT Stat Oil dari Norwegia berjanji akan memberikan ganti rugi (kompensasi) apabila ada rumpon (alat penangkap ikan) nelayan yang rusak akibat pengeboran minyak dan gas (Migas) yang dilakukan di perairan Sulawesi Barat.
"Semenjak perusahaan Stat Oil melakukan pengeboran migas di perairan Sulbar, tidak pernah melakukan pengrusakan rumpon nelayan," kata Humas PT Stat Oil, Ratna Setya Novianti di Mamuju, Senin.
Ia mengatakan, tetapi kalau ternyata di lapangan ada nelayan yang mengaku rumponnya rusak akibat pengeboran migas yang dilakukan Stat Oil, maka perusahaannya akan segera memberikan ganti rugi atau kompensasi.
"Kalau ternyata ada nelayan yang mengaku rumponnya rusak akibat pengeboran kami, maka akan segera kami ganti rugi atau memberikan kompensasi," katanya.
Menurut dia, perusahaannya yang melakukan ekplorasi di perairan Sulbar yakni di Blok Karama, juga membantah telah melakukan pengusiran nelayan yang melaut menangkap ikan di sekitar areal ekploitasinya seluas 3.212 kilometer persegi.
Selain itu, pihaknya juga membantah melakukan kekerasan terhadap nelayan dengan menggunakan aparat keamanan untuk melarang mereka melaut di Perairan Sulawesi sesuai keterangan nelayan yang sebelumnya melakukan aksi unjuk rasa di DPRD Sulbar.
"Kami menggunakan teknologi canggih yaitu dengan menggunakan kapal GDF Ekplorer atau kapal yang berfungsi melakukan pengeboran migas, dan kapal itu berbahaya jika ada nelayan yang mendekat jika melakukan pengeboran, jadi kami tidak usir tetapi memperingatkan agar nelayan tidak mendekat pada saat kapal itu melakukan pengeboran karena berbahaya," katanya.
Ia mengatakan, kapal yang melakukan pengeboran migas itu hanya melarang nelayan melaut pada jarak 500 meter, selebihnya nelayan dapat melaut menangkap ikan.
Sehingga, ia mengatakan, nelayan tetap boleh melaut dan PT Stat Oil tidak pernah melarang sepanjang jaraknya 500 meter dari kapal yang melakukan pengeboran migas karena apabila nelayan mendekat akan berbahaya bagi keselamatannya.
Sebelumnya ratusan nelayan di Mamuju melakukan aksi unjuk rasa dengan mendatangi kantor DPRD Sulbar, mereka mengaku dilarang melaut oleh PT Stat Oil yang melakukan pengeboran migas di perairan Sulbar.
Selain itu, mereka menuding PT Stat Oil telah membuat mereka kesulitan mencari nafkah sebagai nelayan dan menjadi pengangguran, karena selama kurang lebih empat bulan lamanya para nelayan menganggur karena dilarang menangkap ikan di Perairan Sulbar oleh Stat Oil dengan menggunakan aparat keamanan. (T.KR-MFH/F003)
COPYRIGHT © 2012
http://makassar.antaranews.com/berita/37185/stat-oil-akan-ganti-kerusakan-rumpon-nelayan
Subscribe to:
Posts (Atom)