MAMUJU– Camat Mamuju Abdul Rahim Mustafa meminta nelayan tidak berasumsi bahwa pengeboran minyak oleh empat kapal milik PT Statoil sebagai penyebab langkanya ikan di perairan Mamuju.
Karena itu, perwakilan nelayan disarankan melihat langsung lokasi pengeboran. Tawaran itu demi menengahi pertemuan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mamuju, kemarin, antara Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulbar, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Mamuju dan perwakilan Statoil, dengan para nelayan. Konsultan Statoil Yunoko mengatakan, keberadaan kapal itu sama sekali tidak mengganggu ekosistem karena sebelumnya sudah diteliti.
Memang ada imbauan agar kapal menjauh di radius 500 meter dari kapal.Sebab,kipas mesin yang terdapat di sisi kanan dan kiri lambung kapal sangat besar dan membahayakan keselamatan nelayan. Keterangan itu tetap tidak memuaskan nelayan. Beberapa perwakilan mereka mengatakan, pengeboran itu menimbulkan getaran kuat sehingga mengusir ikan.
Demikian juga kipas yang daya hisap dan dorongnya sangat kuat. Bahkan,beberapa di antara mereka mempertanyakan legalitas amdalnya.Terkait ini, Kepala Bidang Amdal Badan Lingkungan Hidup Sulbar Amram mengatakan bahwa Statoil sudah mengantongi dokumen lingkungan hidup, yaitu upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.
Dokumen itu dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Kepala DKP Mamuju Syamsul Suddin mengakui kelangkaan ikan memang sedang terjadi di Mamuju.Kondisi ini dibuktikannya sendiri di TPI Mamuju. ”Setiap pagi saya selalu ada di TPI,memang ikan sangat jarang. Logikanya bukan karena keberadaan kapal.Tuduhan ini perlu dibuktikan dulu agar jelas duduk permasalahannya. Saya sudah pasti berada di belakang para nelayan. Namun untuk satu hal ini, saya harap jangan asal menuduh,” katanya.
Dia juga menyesalkan tidak ada keluhan nelayan yang masuk terkait langkanya ikan ini. Mereka baru bicara setelah muncul di media massa.Padahal, masalah ini tidak perlu dibesar-besarkan dan bisa diselesaikan secara internal. Kepala ESDM Sulbar Agussalim Tamadjoe mengatakan, tidak ada permasalahan administrasi terkait keberadaan Statoil di perairan Mamuju.Sebab, mereka membuat kontrak dengan Pemerintah Pusat.
Nanti kalau perusahaan ini berhasil menemukan minyak, baru ada sharing profit dengan Pemprov Sulbar, Pemkab Majene, dan Pemkab Mamuju.Dia mengakui Statoil memang belum maksimal mengeluarkan dana bantuan kepada nelayan atau masyarakat Mamuju karena memang belum menemukan migas. ”Mereka baru mencari. Beda dengan Pearl Oil yang sudah berhasil. Kami bisa mengajukan proposal bantuan untuk pembangunan TPI ini misalnya,” ujar dia.
Nurlina,salah seorang nelayan, mengungkapkan tentang kelangkaan ikan ini. Menurutnya, para nelayan sudah mengajukan permintaan bantuan pada DKP Mamuju. Paling tidak, ada bantuan beras untuk menutupi kekurangan. Namun, sampai sekarang tidak ada realisasinya. Karena itu, melalui perwakilan, mereka mencoba mengadukan ke DPRD Mamuju dan DPRD Sulbar.
Adapun kaitannya dengan Statoil, dia berasumsi bahwa perusahaan ini melakukan eksplorasi di wilayah Mamuju yang sedang paceklik ikan.Ada dugaan, keberadaannya memperparah keadaan.Apalagi, disinyalir ada beberapa rumpon yang terputus.
Pertemuan itu diakhiri dengan kesepakatan seperti yang disarankan Abdul Rahim Mustafa. Rencananya, Statoil akan melanjutkan eksplorasinya di sumur yang lain. Lokasinya tetap di Blok Karama. herman mochtar
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/477574/
Nanti kalau perusahaan ini berhasil menemukan minyak, baru ada sharing profit dengan Pemprov Sulbar, Pemkab Majene, dan Pemkab Mamuju.Dia mengakui Statoil memang belum maksimal mengeluarkan dana bantuan kepada nelayan atau masyarakat Mamuju karena memang belum menemukan migas. ”Mereka baru mencari. Beda dengan Pearl Oil yang sudah berhasil. Kami bisa mengajukan proposal bantuan untuk pembangunan TPI ini misalnya,” ujar dia.
Nurlina,salah seorang nelayan, mengungkapkan tentang kelangkaan ikan ini. Menurutnya, para nelayan sudah mengajukan permintaan bantuan pada DKP Mamuju. Paling tidak, ada bantuan beras untuk menutupi kekurangan. Namun, sampai sekarang tidak ada realisasinya. Karena itu, melalui perwakilan, mereka mencoba mengadukan ke DPRD Mamuju dan DPRD Sulbar.
Adapun kaitannya dengan Statoil, dia berasumsi bahwa perusahaan ini melakukan eksplorasi di wilayah Mamuju yang sedang paceklik ikan.Ada dugaan, keberadaannya memperparah keadaan.Apalagi, disinyalir ada beberapa rumpon yang terputus.
Pertemuan itu diakhiri dengan kesepakatan seperti yang disarankan Abdul Rahim Mustafa. Rencananya, Statoil akan melanjutkan eksplorasinya di sumur yang lain. Lokasinya tetap di Blok Karama. herman mochtar
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/477574/
No comments:
Post a Comment