Riendy Astria
Kamis, 24 Januari 2013
JAKARTA- Setelah ExxonMobil, kini giliran Statoil Indonesia yang mengembalikan blok migas di wilayah Selat Makassar kepada Pemerintah.
Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Hadi Prasetyo memperkirakan ada 12 Wilayah Kerja (WK) eksplorasi di Indonesia yang dikembalikan kepada pemerintah. Hal ini disebabkan selama melakukan eksplorasi tidak ditemukan cadangan hidrokarbon.
Hadi Prasetyo
“Kemungkinan ada sekitar 12 WK, tapi saya tidak memegang datanya sekarang, saya sedang di luar kota,” kata Hadi melalui pesan singkatnya kepada Bisnis, Kamis (24/1).
Seperti diketahui, belum lama ini ExxonMobil mengembalikan tiga blok migas eksplorasi kepada pemerintah. Dua diantaranya berada di wilayah selat Makasar, yakni Blok Surumana dan Blok Mandar.
Sekarang, giliran Statoil Indonesia bersama Pertamina Hulu Energi memutuskan untuk mengembalikan seluruh wilayah kerja (WK) di Blok Karama, Selat Makassar, Sulawesi Barat.
Selama enam tahun, Statoil telah melakukan seluruh komitmen kegiatan eksplorasi dan kewajiban yang disebutkan dalam perjanjian kontrak bagi hasil. Adapun kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan adalah studi geologi dan geofisika, seismik 3D, dan pengeboran tiga sumur, yani Sumur Gatotkaca, Sumur Anoman, dan Sumur Antasena).
Seluruh kegiatan eksplorasi di WK tersebut diperkirakan telah memakan biaya sebesar US$ 271 juta. Mengenai biaya, lantaran tidak menemukan cadangan yang ekonomis, seluruh biaya eksplorasi yang telah dikeluarkan sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
General Manager - Government Relations & Public Affairs, Statoil Indonesia Mochamad Tommy Hersyaputera mengatakan ini merupakan suatu proses/tahapan normal dalam kegiatan eksplorasi migas. Eksplorasi migas membutuhkan biaya besar dan teknologi tinggi.
Mochamad Tommy Hersyaputera
Apabila hasil dari eksplorasi menunjukan indikasi adanya cadangan, maka akan dilakukan pengembangan, begitu juga sebaliknya. Namun, setelah pihaknya melakukan eksplorasi selama enam tahun di tiga sumur wilayah kerja Blok Karama, hasilnya tidak menunjukan adanya cadangan hidrokarbon.
“Maka untuk tahap selanjutnya, kami merasa perlu untuk mengembalikan wilayah kerja Karama kepada Pemerintah, setelah menyelesaikan/memenuhi komitmen yang tertera pada kontrak kerja sama,” kata Tommy.
Di Indonesia, Statoil saat ini mempunyai interest di 9 wilayah kerja lainnya. Selain Blok Karama, Statoil juga bertindak sebagai operator di wilayah kerja Halmahera-II. Statoil masih akan terus mengeksplorasi wilayah wilayah di Indonesia, pada khususnya di laut dalam, bagian timur Indonesia
DI Blok Karama, Statoil berlaku sebagai operator dengan memegang hak partisipasi sebesar 51 %. Sisanya 49 % oleh Pertamina Hulu Energi.
Di Indonesia, Statoil belum berproduksi lantaran seluruh area masih dalam tahapan eksplorasi. Produksi Statoil per harinya hampir mencapai sekitar 2 juta barrel oil equivalent per harinya yang sebagian besar dihasilkan dari lapangan Statoil di Norwegia.
Statoil merupakan badan usaha milik negara (BUMN) pemerintah Norwegia, yang bergerak di bidang energi. Didirikan tahun 1972, dengan sekitar 20,000 pegawai, Statoil beroperasi disekitar 36 negara di seluruh dunia. Pemerintah Norwegia memiliki sekitar 67 % saham di Statoil.(faa)