Monday, January 14, 2013

Migas Blok Suremana-Mandar Tak Ekonomis


RADAR SULBAR 14/01/2013


Exxon Mobil Setop Eksplorasi


EDITOR: MUHAMMAD ILHAM

JAKARTA — Target pemerintah daerah di Sulbar mendapatkan cipratan bagi hasil pengelolaan minyak dan gas (migas), tak seperti yang diimpikan. Dari sejumlah blok yang dieksplorasi sejumlah kontraktor
migas internasional di provinsi ini, satu per satu mulai mundur.

Pada Desember lalu, Statoil sebagai pemegang kontrak pengelolaan Blok Karama Kabupaten Mamuju, menyatakan menghentikan eksplorasinya. Sebab tidak menemukan cadangan migas yang ekonomis. Hanya dalam tempo sebulan, ExxonMobil Oil Indonesia, salah satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Indonesia, menyatakan mengembalikan Blok Surumana dan Blok Mandar di Sulbar ke pemerintah.

Pengembalian kedua blok ini lantaran dinilai tidak ekonomis. Wakil Presiden ExxonMobil Indonesia untuk urusan publik dan pemerintah Erwin Maryoto mengatakan, perusahaan ini telah memutuskan mengembalikan asetnya kepada pemerintah setelah bertahun-tahun melakukan eksplorasi di Sulbar.

 Erwin Maryoto

Menurutnya, semua kontraktor minyak dan gas di Indonesia, memiliki tiga sampai enam tahun untuk mengetahui apakah konsesi mereka memiliki cadangan hidrokarbon yang cukup untuk memasuki tahap produksi. “Jika kita tidak dapat menemukan cadangan komersial, tentu saja kita akan mengembalikan ke pemerintah,” katanya.

Blok Suremana dan Mandar terletak di Selat Makassar, persisnya di perairan Sulbar. Blok ini memiliki empat sumur minyak dan gas pada kedalaman 1.500 meter. ExxonMobil memenangkan kontrak bagi hasil (PSC) untuk mengembangkan blok Suremana pada tahun 2006. Perusahaan memegang saham 80 persen dalam kontrak dan sisanya dimiliki oleh Malaysia yang berbasis di Petronas. Perusahaan juga memenangkan tender Blok Mandar pada 2007 dan memegang saham 100 persen.

“Namun, setelah melakukan serangkaian survei seismik dan pengeboran sumur, kami menemukan cadangan tidak ekonomis untuk dikembangkan,” ungkapnya.

Erwin menolak mengungkapkan jumlah yang diinvestasikan oleh ExxonMobil dalam pengembangan proyek. Secara umum, minyak dan gas kontraktor menghabiskan setidaknya USD100 juta untuk mengeksplorasi minyak dan gas di laut dalam.

Secara umum, Indonesia mengalami penurunan produksi minyak selama bertahun-tahun karena sumur mengalami penuaan. Produksi minyak mentah Indonesia pada 2012 hanya sekitar 870.000 barel per hari (bph) dari sekitar 1,3 juta barel per hari secara teratur diproduksi di awal 2000-an.

Hal ini telah mendorong pemerintah untuk memaksimalkan eksplorasi lebih lanjut di perairan dalam, terutama berlokasi di bagian timur Indonesia. ExxonMobil merupakan salah satu minyak asing pertama dan investor gas untuk memasuki perairan dalam Indonesia untuk mengeksplorasi cadangan hidrokarbon.

Sementara industri mengharapkan untuk berinvestasi USD26,2 miliar tahun ini, lebih tinggi dari tahun lalu total sekitar USD23 miliar hanya USD2,7 miliar akan dihabiskan untuk eksplorasi, dengan 200 kontraktor yang berencana mengebor 75 sumur eksplorasi dan lebih dari 80 coal bed methane (CBM) eksplorasi gas sumur.

Selain dua blok di Sulbar, Erwin mengatakan ExxonMobil juga berencana mengembalikan blok Gunting di Jombang, Jawa Timur kepada PSC yang memenangkan pada 2008. “Kami hanya melakukan survei seismik dan belum dibor, tapi kami menghadapi perlawanan sosial dari masyarakat,” katanya. (**)

No comments:

Post a Comment