Sunday, September 23, 2012
Membangun Sulbar Butuh Kesabaran dan Konsistensi
RADAR SULBAR 22/09/2012
BANYAK kemajuan yang dialami daerah ini sejak menjadi provinsi otonom
setelah memisahkan dari induknya, provinsi Sulawesi Selatan pada 2004
silam.
Tingkat capaian pertumbuhan hampir semua aspek di Sulbar dalam
beberapa tahun terakhir menjadi buah bibir di semua kalangan bahkan
menjadi perhatian bagi tokoh-tokoh nasional dan pengamat ekonomi.
Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh menyampaikan, apa yang diraih Sulbar
saat ini tidak datang begitu saja. Tetapi membutuhkan kesabaran, kerja
keras, konsistensi, dan harus dengan komitmen kuat.
Dalam menjalankan itu, Anwar ia berbagi peran dengan Wakilnya, Aladin
S. Mengga. Anwar mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan penataan
program penentuan rencana pembangunan, sementara Aladin memiliki
tanggungjawab mendisiplinkan dan mengawasi kinerja aparatur
pemerintahan.
Dalam urusan pembangunan, Anwar mengaku harus bolak-balik dari daerah
ini ke Jakarta. Semuanya untuk menggolkan program yang telah
dirancang. Sebab setelah konsep itu tuntas, pekerjaan selanjutnya
adalah bagaimana merealisasikan program itu. Kalau APBD atau APBN
tidak sanggup membiayai, maka solusi kedua adalah memancing masuknya
investasi dari negara asing.
Kemudian, satu hal yang cukup penting, kata Anwar, daya saing terkuat
untuk ukuran provinsi adalah Sulbar, baik dari segi pangan maupun
ekonomi. Karena sumberdaya alam daerah cukup baik dan mulai dikelola
dan dimanfaatkan untuk masyarakat.
“Jika dicermati, capaian pertumbuhan ekonomi di Sulbar bukan omong
kosong. Fakta menunjukkan bahwa berbagai sektor menjadi pemicu
pertumbuhan ekonomi Sulbar yang sangat membaik dalam beberapa tahun
terakhir ini,” kata Anwar, Kamis, 20 September, di rumah jabatannya.
Ia mencontohkan, pertumbuhan ekonomi ini dipicu dari membaiknya
pembangunan pertanian, perkebunan, perikanan dan pembangunan
infrastruktur jalan, bandara maupun pelabuhan laut.
Karena itu, konsistensi pemerintah daerah yang mampu mensinergikan
program pusat. Sinergitas antara pemerintah pusat hingga ke daerah
salah satu komponen yang tidak boleh dipisahkan.
Anwar optimis mampu mensinergikan program pusat akan membawa provinsi
ini menjadi provinsi terdepan di masa mendatang. Dikatakan, sebelum
provinsi ini terbentuk tak ada orang pusat yang berani diajak ke
Mamuju, Ibukota Sulbar sekarang. Belum berangkat kesini, banyak orang
sudah membayangkan kondisi perjalanan pasti menyita energi besar.
“Tetapi, saat ini kondisinya berbeda. Belum diajak, orang sudah ingin
mengunjungi daerah yang telah banyak mengalami kemajuan ini,” ucap
Anwar.
Pertumbuhan ekonomi yang mengalami peningkatan signifikan tersebut
sangat berkualitas. Mulanya angka kemiskinan di Sulbar juga bisa
ditekan dengan capaian berkisar 13,58 persen dari jumlah angka
kemiskinan di Indonesia sebesar 13,33 persen. Angka kemiskinan di
Sulbar dari tahun ke tahun berhasil ditekan sekitar dua persen lebih
setiap tahunnya.
Investasi Perkebunan
Realisasi investasi sektor perkebunan di Sulbar, khususnya di
Kabupaten Mamuju, mencapai sekitar Rp1.769 miliar pada 2012. Dalam
data yang pernah dirilis Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan
Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik
(SIPISE) Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BPMD) Sulbar,
menunjukkan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) untuk sektor
perkebunan dan tanaman pangan cukup stabil.
Sedikitnya ada tujuh perusahaan swasta nasional yang berinvestasi di
Mamuju. Umunnya bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit dan
perkebunan kakao.
Secara rinci yang melakukan pada bidang perkebunan kelapa sawit adalah
PT Wahana Karya Lestari dengan nilai investasi Rp131 miliar, PT Berhan
Intercontinental dengan nilai investasi Rp 191,6 miliar, PT Surya Raya
Lestari 2 dengan nilai investasi Rp97,977 miliar. Kemudian PT Tunas
Fajar Perkasa dengan nilai investasi Rp66 miliar, PT Manakarra Unggul
Lestari dengan nilai investasi Rp600 miliar.
Sedangkan untuk investasi sektor perkebunan kakao terdapat dua
perusahaan diantaranya PT Aneka Surya Agro dengan nilai investasi
Rp350 miliar dan PT Aneka Surya Agro bergerak perkebunan kakao dan
industri pengeringan kakao dengan nilai investasi Rp332,5 miliar.
Sektor perkebunan kelapa sawit di Mamuju ini telah memberikan
kontribusi positif bagi peningkatan kesejahteraan petani, sehingga
tidak mengherankan jika banyak petani di Mamuju turut mengembangnkan
komoditi unggulan daerah ini.
Dukung Sektor Pertanian
Jauh-jauh hari, Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh meminta pemerintah
pusat mendukung kebijakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)
10 juta ton surplus beras tahun 2014.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah memanggil sembilan gubernur
termasuk Sulbar agar membuat konsep untuk menggenjot produksi beras
sehingga mencapai target surplus beras. Target nasional untuk
menggenjot peningkatan produksi beras bukan perkara yang sulit
dilaksanakan sepanjang pemerintah pusat konsisten mendukung setiap
usulan dari daerah.
Konsep yang ditawarkan Sulbar adalah membuka percetakan sawah baru
seluas 25.000 hektar dan membangun sarana irigasi berskala besar.
Sehingga petani sawah tadah hujan bisa panen minimal tiga kali dalam
setahun. Kalau itu jalan, Sulbar bisa menyumbang surplus beras hingga
1,5 juta ton per tahun.
Sebagai Badan Koordinasi Pembangunan Regional Sulawesi (BKPRS), Anwar
menyampaikan jika lahan pertanian di Mamuju saja saat ini masih
memiliki potensi untuk mencetak sawah baru di atas 25.000 hektar.
Kalau 25.000 hektar lahan itu maksimal pengelolannya dengan target
produksi rata-rata 6-7 ton per hektar, maka Sulbar akan mampu
menyumbang peningkatan produksi beras nasional.
Kandungan Migas yang Menjanjikan
Bicara mengenai kekayaan alam, Sulbar tidak kalah menjanjikannya
dibandingkan dengan provinsi lain, terutama pada sektor minyak dan gas
(migas).
Sejak 2009 silam, sejumlah perusahaan migas telah melakukan eksplorasi
dan mencari sumber-sumber yang dapat diproduksi dalam jangka waktu
lama. Sembilan blok migas yang ada dalam kandungan perut bumi
merupakan berkah bagi keberlanjutan percepatan pembangunan di daerah
ini. Potensi kekayaan alam di provinsi terbungsu ini sangat melimpah
khususnya potensi pertambangan migas. Itu masih dalam tahap eksplorasi
oleh perusahaan terkemuka dunia.
Sembilan perusahaan migas ini telah melakukan investasi untuk mencari
titik migas itu, diantaranya Pearl Oil, Marathon International, Conoco
Phlips, Statoil Hydro, Tatelly dan PTT Ep Thailand.
Blok-blok migas yang sementara dalam tahap eksplorasi ini tentu
menjadi aset berharga yang patut disyukuri untuk mempercepat
pelaksanaan pembangunan di daerah.
Pemerintah terus membuka diri bagi setiap investor yang hendak
berinvestasi di Sulbar sepanjang memenuhi aturan perundang-undangan
yang berlaku. Majunya investasi di daerah merupakan ciri menuju
kemakmuran masyarakat. (**)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment