Thursday, March 21, 2013
Komisi VII Inginkan Pembangunan Pabrik Pupuk di Sulbar
20-Apr-2012
Komisi VII Dawan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menilai dengan didukungpotensi gas yang ada di Block Sebuku di wilayah pulau Laria-Lariang, menginginkanpembangunan pabrik pupuk di provinsi Sumatera Barat.
Sulbar sebagai provinsi harus ada industri, harus ada keadilan. Sulbar jugamerupakan koridor ekonomi, yang memiliki daerah pertanian dan perkebunan yangbanyak terdapat wilayah Sulbar, sehingga sudah sepantasnya pabrik pupuk juga dibangun di provinsi ini. “Apabila hal ini terjadi maka pabrik ini akan menjadi pabrikpertama yang ada di Indonesia bagian timur,” tegas Nazaruddin saat mengikutikunjungan kerja Komisi VII di Provinsi Sulbar, Selasa (17/4).
Dukungan juga terlontar dari Nazaruddin Kiemas, yang mengatakan Setelahmempelajari ternyata jika pipa ditarik ke provinsi lain itu 340 km, hampir tiga kali lipatdibanding ke Sulbar. Dia mengungkapkan bahwa pabrik tambahan pupuk kaltim itusendiri belum di bangun. “Jadi kalo belum dibangun toh haknya tetap sama untuk PKTtapi di bangunnya di Sulbar. Jadi hak gasnya tetap sama. PKTnya pun ada keuntunganpipanya lebih pendengan maka biayanya lebih murah,” paparnya.
Memang ada masalah teknis masalah palung namun menurut masukan para ahli halitu dengan teknologinya dapat teratasi. Untuk pemerintah costrecovery hanyasepertiganya. Jadi saling menguntungannya dan untuk Sulbar belum ada industri.
Wakil ketua Komisi VII Zainudin Amali menegaskan, akan berkoordinasi dengankomisi VI DPR yang membidangi industri dan BUMN, supaya bagian dari pupuk kaltimyang holding ada di Pusri dapat dilakukan di Sulbar, mengenai keterlambatan dapatditeloransi sampai dua tahun, namun efeknya masyarakat merasakan secaralangsung apa yang terkandung di dalam perut bumi mereka.
Dia menambahkan dibanyak tempat kenapa tidak memberikan dukungan penuh, apaitu minyak, gas, atau lainnya, karena mereka tidak merasakan secara langsung.Tempatnya dieploitasi SDA, tapi tidak merasakan manfaatnya. Menurut Zainudin, Kitaharus merubah paradigma itu, apa yang utama yang kita makmurnya dimana tempatdimana tempat SDA itu ada. Itu merupakan kewajiban kami melihat secara obyektif. (as) Foto: Agung Sulistiono.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment