Rabu, 19 Desember 2012
TIM WORK. General Manager EP Region KTI, Satoto Agustono (kanan) di RM Bahari Makassar, malam tadi. Satoto mengantar Region KTI maksimal menopang produksi migas nasional.
MAKASSAR, FAJAR -- Wacana mengelola blok Mahakam yang selama ini dikuasai pihak asing, dijawab General Manager EP Region KTI, Satoto Agustono.Menurut dia, dengan SDM dan kemampuan infrastruktur yang dimiliki Pertamina saat ini, pihaknya mampu mengelola blok yang menyimpan potensi gas bernilai Rp1.000 triliun tersebut.
Saat ditemui FAJAR, di RM Bahari, Selasa 18 Desember kemarin, Satoto juga menjelaskan cara manajemen PT Pertamina EP Region KTI (Kawasan Timur Indonesia) meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaannya.
Satoto Agustono, mengaku lebih memilih membangun semangat para karyawan, untuk bisa menjiwai pekerjaannya. Bekerja dengan semangat penjiwaan dan rasa tulus, menurut Satoto, lebih baik dibandingkan memaksa karyawan bekerja. Apalagi jika menjejali mereka dengan hadiah dan sanksi, sekadar untuk memenuhi target perusahaan.
Strategi Satoto terbukti. Pertamina region KTI yang ditargetkan oleh perusahaan memproduksi minyak hingga 10.000 barel per hari di tahun 2013, malah berhasil membukukan rekor produksi 12.137 barel per hari, tahun ini.
“Di tahun 2012, sebenarnya kita hanya ditarget memproduksi hingga 8.000 barel per hari. Tapi kenyataannya produksi kita sudah meningkat 25 persen,” kata Satoto.
Satoto yang kebetulan di Makassar dalam rangka kunjungan kerja, mengaku tidak mematok target khusus di tahun depan. “Yang terpenting, kita bisa mempertahankan semangat karyawan agar terus menjiwai pekerjaannya,” ungkapnya. Satoto menceritakan salah satu lapangan migas yang dimiliki pertamina KTI adalah Field Bunyu.
Lapangan tersebut dulunya tidak produktif. Cuman 400 barel per hari (BOPD) pada 2009. “Berkali-kali pengeboran gagal menghasilkan minyak (total loss), sehingga banyak yang patah semangat. Namun, penyebab sebetulnya adalah penjiwaan yang masih kurang. Makanya yang kita lakukan adalah membangun semangat mereka bekerja. Bukan untuk
perusahaan, atau diri sendiri. Tapi untuk negara,” katanya. Akhirnya, berkat penjiwaan tersebut, pengeboran hingga 1000-2000 meter mendapat sumber energi tersebut. Dengan hasil itu, dia optimis, Pertamina bisa mengelola blok Mahakam yang terletak di Kalimantan Timur.
Sebelumnya, wacana mengelola sendiri blok Mahakam dilontarkan sejumlah praktisi dan pemerhati masalah migas. Beberapa pemerhati perminyakan, seperti Marwan Batubara, dan Dr Kurtubi, mengkritisi rencana pemerintah melanjutkan kontrak pengolahan blok tersebut agar tetap dikelola perusahaan asing. (sbi/ysd)
No comments:
Post a Comment