Sunday, March 17, 2013

Statoil Lepas Blok Karama

Jakarta | Jum'at, 25 Jan 2013
Luther Kembaren

STATOIL Indonesia bersama Pertamina Hulu Energi (PHE) memutuskan untuk mengembalikan seluruh wilayah kerja (WK) di Blok Karama, Selat Makassar, Sulawesi Barat. Ini dilakukan setelah kedua perusahaan migas itu melaksanakan pengeboran di tiga sumur sesuai komitmen dalam kontrak kerja sama.

Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Hadi Prasetyo menyatakan, di blok tersebut tidak diperoleh bukti cadangan hidrokarbon. "Alasannya dikembalikan ke pemerintah itu karena hasil evaluasi yang telah dilakukan mengindikasikan tidak ditemukannya cadangan hidrokarbon di WK tersebut, meski telah berupaya optimal," kata Hadi dalam pesan singkatnya, Rabu (23/1).

Selama enam tahun, Statoil telah melakukan seluruh komitmen kegiatan eksplorasi dan kewajiban yang disebutkan dalam perjanjian kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract/PSC). Adapun kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan adalah studi geologi dan geofisika, seismik 3D, dan pengeboran tiga sumur (sumur Gatotkaca, Anoman, dan Antasena).

"Seluruh kegiatan eksplorasi di WK tersebut diperkirakan telah memakan biaya sebesar US$271 juta," ujar Hadi.

Menurut dia, karena tidak menemukan cadangan yang ekonomis, seluruh biaya eksplorasi yang telah dikeluarkan sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.

Pertamina Hulu Energi menguasai 49 persen participating interest pada proyek Blok Karama dan 51 persen dikuasai Statoil.

General Manager, Government Relation & Public Affair Statoil Indonesia, Mochamad Tommy Hersyaputera menyatakan Statoil telah mengucurkan dana sekitar US$271 juta untuk mengebor tiga sumur di Blok Karama. "Seluruh komitmen eksplorasi itu tertuang pada kontrak kerja sama Karama," katanya.

Menurut Statoil, pengembalian Blok Karama ke pemerintah RI sebagai tahap normal dalam kegiatan eksplorasi migas. Ini dilakukan karena tak ada cadangan di blok tersebut yang bisa diproduksikan secara komersail. "Kami menilai ketiga sumur eksplorasi di wilayah kerja Karama tidak menunjukkan adanya cadangan hidrokarbon. Maka untuk tahap selanjutnya, kami merasa perlu untuk mengembalikan wilayah kerja Karama kepada Pemerintah, setelah menyelesaikan dan memenuhi komitmen yang tertera pada kontrak kerja sama," tuturnya.

Perlu diketahui, dalam operasinya di Tanah Air, Statoil berminat terhadap sembilan wilayah kerja lain selain Karama. Kini kontraktor migas itu menjadi operator di wilayah kerja Halmahera-II. Tommy menyampaikan, pihaknya akan terus mengeksplorasi wilayah-wilayah di Indonesia, khususnya untuk kegiatan eksplorasi di laut dalam (deep water) pada wilayah timur Indonesia.

Saat ini, seluruh area wilayah kerja Statoil terus dalam tahap eksplorasi. Produksi Statoil sekitar 2 juta barrel oil equivalent per hari dan sebagian besar berasal dari lapangan Statoil di Norwegia.

Statoil merupakan badan usaha milik negara (BUMN) pemerintah Norwegia yang bergerak di bidang energi. Pemerintah Norwegia memiliki sekitar 67 persen saham di Statoil. BUMN ini berdiri sejak 1972 hingga kini memiliki sekitar 20.000 pegawai. Statoil beroperasi di 36 negara di seluruh dunia. Dini Hariyanti

No comments:

Post a Comment