Wednesday, May 30, 2012
Kita Tidak Akan Pernah Berhenti (Pertahankan Lereklerekang)
RADAR SULBAR 29/05/2012 0
MINGGU 27 Mei 2012, lebih dari 50 orang mahasiswa dari berbagai
organisasi di Majene bersama sejumlah akitivis LSM, organisasi
kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat Majene memadati ruang rapat Wakil
Bupati Majene.
Catatan: Sudirman Samual
Persoalan kepemilikan Pulau Lereklerekang yang meruncing pada gugatan
Pemprov Kalsel atas Permendagri nomor 43 tahun 2011 memicu emosi dan
menguras pikiran serta tenaga masyarakat Sulbar, khususnya di Majene.
Betapa tidak, atas gugatan itu maka pulau dengan luas sekira enam
hektar di selat Makassar ingin direbut pihak lain. Padahal, kawasan
atau area sekitar pulau yang masuk blok Sebuku itu memiliki potensi
minyak dan gas bumi yang cukup luar biasa.
Jika ini lepas, kesempatan Majene bersama empat kabupaten lain serta
Pemprov Sulbar untuk mendapatkan dana yang bisa menjadi pendapatan
daerah hilang begitu saja. Hal ini tentu tak akan dibiarkan, dan harus
dipertahankan.
Menyikapi permasalahan yang masih menggelinding ini, diskusi yang
diinisiasi Radar Sulbar dan mendapat sambutan cukup serius dari Pemkab
Mamuju akhirnya digelar diskusi di ruang rapat Wakil Bupati Majene
dengan menghadirkan Bupati Majene Kalma Katta, Peneliti Maritim Ridwan
Alimuddin, serta Praktisi Hukum Arsalin Aras, yang dipandu oleh
penulis selaku moderator.
Dalam diskusi banyak dibahas mengenai perjalanan panjang proses hukum
dalam kasus ini agar seluruh peserta mampu memahami dengan baik
bagaimana persoalan ini menggelinding. Bupati Majene dua periode ini
juga memaparkan instrumen-instrumen yang telah dilakukan hingga kini
agar dapat mempertahankan Lereklerekang diantaranya menggelat rembug
nasional di Jakarta, membentuk tim advokasi yang terdiri dari sejumlah
pakar hukum, pejuang pembentukan Sulbar, hingga pejabat Pemprov
Sulbar, dan Pemkab Majene.
Pada diskusi ini, semangat membela setiap jengkal tanah wilayah
Kabupaten Majene menggelora dan membuat ruangan yang sesak dengan
antusias peserta yang hadir makin terasa “panas” meski sejumlah
pendingin ruangan tetap menyala ditambahkan dengan kipas angin.
Ketua Komisi II DPRD Majene Rusbi Hamid yang mulai menanggapi dengan
menyatakan perlu dibentuk tim aksi yang akan melakukan tekanan secara
ekstraparlementer atau parlemen jalanan. Tanggapan juga datang dari
Wakil Ketua DPRD Majene Marzuki Nurdin serta Sekretaris Daerah Majene
yang mendukung pembentukan tim khusus. Tim tersebut adalah tim hukum
dan tim politik, yang tidak akan menjadi tim advokasi bentukan Pemkab
Majene.
“Kita harus menyiapkan bukti-bukti baru agar bisa melakukan PK,
disamping melakukan upaya hukum lain yang bisa ditempuh. Selain itu,
kita juga harus membentuk tim politik yang akan memfasilitasi dalam
melakukan pressure secara politis kepada berbagai pihak terkait di
Jakarta,” sebut Kalma.
Menghadapi perbedaan pemahaman utamanya persoalan keabsahan keputusan
Mahkamah Agung (MA) yang mengabulkan gugatan Pemprov Kalsel serta
metode yang bakal ditempuh, Kalma menyebut Pemkab Majene siap
menghadapi segala kemungkinan bahkan yang terburuk sekalipun. Dengan
begitu, segala daya dan upaya dapat dimaksimalkan untuk tetap
mempertahankan pulau yang memiliki luas sekira enam hektar yang
berjarak sekira 150 kilometer dari wilayah Majene.
Kalma juga sepakat dengan pola lain yang diusulkan yaitu membuat
kelompok aksi, baik pada tingkat lokal mapun nasional. Bahkan, kalma
berjanji akan ikut melakukan demonstrasi bila masyarakat ingin turun
ke jalan dalam mendesak Menteri Dalam Negeri (Mendagri) atau pun pihak
terkait lainnya yang berwenang dalam masalah ini.
“Saya bahkan berani bilang sebagai pengandaian, belahlah dadaku ini
agar bisa dilihat kami sangat serius,” kata Kalma sambil memengang
dadanya yang disambut tepuk tangan seluruh hadirin. (*)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment